BAB 6

136K 4.7K 100
                                    

EHEHE TETEP AKU LANJUTINN

SENENG GAAA?!!

VOTE JANGAN LUPAAA!!

-------

"Diam disitu!" tegasku.

Samuel yang masih kegirangan seperti anak anjing yang menggerakkan ekornya ke kanan kiri. Matanya berbinar memperhatikan setiap langkahku.

Setelah aku terpojok tadi, dengan cepat aku memutar otak.

Hampir saja dia menyentuhku lagi, hanya tinggal jarak 1 cm sebelum bibirnya menempel pada bibirku. Aku tiba-tiba memberi ide ingin memasakkannya sesuatu.

Jangan tanyakan bagaimana reaksinya. Dia langsung tersenyum lebar dan menarikku ke dapurnya yang besar ini. Kurasa Samuel sangat senang karena aku inisiatif duluan karena biasanya aku hanya seperti patung hidup di dekatnya.

Lihat bahkan wajah tersenyumnya itu tidak hilang sampai sekarang. Entah mengapa aku merasa senang dan ingin menunjukkan bakat memasakku.

Tenang saja, aku jago memasak. Aku sering memasakkan sesuatu untuk pacarku. Ya, tentu saja aku tidak jomblo. Siapa yang jomblo di jaman sekarang. Hanya saja aku sedang LDR dengannya.

"Kau akan memasak apa?" Tanyanya antusias.

"Apa yang kau suka?" Aku melihat isi kulkas melihat-lihat isi bahan. Siapa tau aku bisa memasakkan sesuatu yang dia suka. Dengan begitu dia akan senang dan membebaskanku. Tidak ada yang tahu kan.

"Aku suka darahmu. Mungkin dagingmu juga enak. Aku tidak masalah memakannya sekaligus," jawabnya membuatku merinding. Untung aku sekarang sedang memunggunginya, Samuel tidak melihat wajahku yang menegang mendengar ucapannya.

Benar-benar seorang psikopat.

Bagaimana cara aku memasak dagingku sendiri? Tentu saja tidak bisa bodoh.

Aku tertawa kaku. "Kamu sangat lucu," ucapku sambil mengelus rambutnya. Samuel semakin tersenyum lebar. Di mataku saat ini dia seperti anjing yang mengguguk senang dielus majikannya.

Tidak tahu saja dia bahwa aku tengah ketakutan. Tapi persetan, Samuel yang seperti ini tidak akan menyakitiku kan.

Aku kembali ke kulkas dan melihat daging-daging disana. Dagingnya kebanyakan masih merah dan berdarah. Seperti baru saja diburu dan langsung dimasukkan kulkas. Atau memang benar seperti itu.

Bodo amat aku akan melakukan pekerjaanku dengan sungguh-sungguh. Lagipula daging yang kupegang saat ini tidak terlalu alot artinya akan enak jika kumasak jadi steak.

Dengan telaten aku menyiapkan bahan-bahannya, aku sudah sangat hapal apa saja yang dibutuhkan. Tentu saja aku akan memasakkan untukku juga.

"Kau semakin sexy, rabbit, mau kubantu?"

Aku menatap wajahnya yang melihat mesum padaku. Sudah jelas ia tidak benar-benar berniat membantuku. Atau lebih tepatnya Samuel pasti akan modus seperti sebelum-sebelumnya.

"Tidak, diamlah di sana!" Titahku. Sayangnya itu tidak membuatnya diam malah semakin semangat menggodaku.

Entah sejak kapan Samuel sudah berada di belakangku. Dia memeluk perutku erat. Padahal saat ini aku sedang memegang pisau, apa dia tidak takut aku tiba-tiba menusuknya. Tetapi mana mungkin juga Samuel punya rasa takut. Apalagi hanya dengan kelinci sepertiku.

Ya ampun, Samuel tinggi sekali dibandingkan badanku. Bahkan dagunya sudah menempel di rambutku. Aku merasa terkurung.

Hidungnya yang nakal mencium wangi rambutku. Apa rasa vanila lagi? Aku jadi penasaran.

Aroma tubuhku sebenarnya tidak ada wangi vanilanya. Hidung Samuel saja yang aneh.

"Ya, wanginya seperti vanila juga," ucapnya seakan menjawab pertanyaan di pikiranku. Hal itu membuatku paranoid jika Samuel memang bisa membaca pikiran.

Aku berusaha melepaskan pelukan eratnya dengan melebarkan sikuku. Tetapi sepertinya itu tidak berguna karena Samuel tidak bergerak sedikitpun.

Malah berasa tonjolan di punggungku. Jangan bilang itu ...

Tanpa aba-aba dia mendekatkan tubuhnya padaku seakan ingin benda itu digesek olehku. Semakin aku menjauh semakin dia memepetku. Dan aku sekarang terjepit oleh tubuhnya dan meja.

"Jangan banyak bergerak rabbit, kau semakin membangunkannya," bisiknya sensual, tidak lupa juga dengan jilatannya di telingaku.

Aku hanya terpaku, merasa serba salah. Kalau aku bergerak, aku takut benda itu menggesekku lagi. Kalau diam sepertinya bukan hal bagus juga.

"B-bisa tidak sih sebentar saja kau tidak mesum!" Aku ingin marah, tetapi suaraku yang keluar malah gugup dan menciut.

"Aku tidak mesum sayang, ini karena ada kau di dekatku. Dan aku tidak bisa menolak wangimu, itu hal tersulit bagiku."

Aku membalikkan badanku dengan susah payah, aku ingin berbicara dengannya serius. Tanpa kutahu aku telah melakukan tindakan bodoh, benda itu sekarang menusuk perutku.

Samuel yang semakin bernafsu, menyingkirkan semua benda yang berada di atas meja dan mengangkatku ke sana. Spontan aku berteriak saat tiba-tiba dia menggendongku. Bahkan terlihat sangat mudah dia melakukannya seakan aku hanyalah kapas.

Setelah aku duduk di meja, tinggiku dan Samuel menjadi sejajar. Dia membuka kakiku dan sekarang benda tumpul itu benar-benar menempel pada vaginaku walaupun tertutupi celana. Namun, aku dapat merasakan tonjolannya.

Terasa sangat besar dan padat.

Mataku yang nakal melirik ke bawah. Gila, celananya sangat mengembung seperti seekor burung yang ingin keluar dari sarangnya. Dan hal itu benar-benar membuatku berpikiran mesum. Seandainya dia menusukku pasti sangat sakit atau ... nikmat.

MAMA TOLONG MATAKU TIDAK SUCI LAGI.

---------

SUMPAH AKU GABUT BANGET SAMPE UPDATE AJA 3X SEHARI

VOTE COMMENT YAH GAMAU TAU

PLEASEE🤍

Kidnapped By A Possessive VampireDonde viven las historias. Descúbrelo ahora