BAB 69

19.6K 1.5K 84
                                    

UDAHH LAMA YAH GA UPDATEE

ENJOYYY

------------

Arabella POV

Aku terkejut saat seseorang mengetuk pintu kamar mandi. Badanku yang masih telanjang menegang dan tidak tahu harus berbuat apa. Berbeda dengan Samuel yang masih saja menggerakkan bagian bawahnya di vaginaku.

Aku menutup mulut kuat-kuat. Sebisa mungkin tidak mendesah, Aku takut Bastian mendengarnya dari luar.

"Hmm Sam udah," rintih ku menahannya. Aku mendorong dadanya, memintanya untuk berhenti.

Saat kurasakan bagian bawahnya membesar. Samuel semakin mempercepat gerakannya membuatku mabuk kepayang. Tidak dapat menahan diriku, aku mencakar kulitnya hingga sedikit berdarah.

"Ahh rabbit," desahan seraknya bersamaan dengan cairannya yang memasuki ku. Aku sampai mendongak merasakan kenikmatan itu.

Samuel memang jarang keluar di luar, selalu di dalam. Aku pernah menyarankan menggunakan kondom saja, dia marah besar dan akhirnya kita bermain seharian agar dia tidak ngambek lagi.

Cairan di bawah sana terasa sangat banyak hingga membasahi pahaku. Aku terengah-engah, begitu juga dengan Samuel.

"K-kurasa kita harus keluar," ucapku sambil masih menarik napas.

Tubuh kami berdua sudah basah, begitu pun dengan baju kami yang sudah tidak tertolong karena terdapat beberapa kancing yang sudah terlepas dan robekan.

"Aku baru keluar sekali," rengeknya tidak mau melepaskan bagian bawah kami.

Dasar bayi besar ini, siapa suruh mainnya pindah kesini? Aku malah jadi ingin tertawa melihat raut wajahnya yang lucu.

Aku mengelus pipinya dan menatapnya lekat.

"Nanti lagi ya, kita bisa melakukannya kapan saja."

Akhirnya Samuel mengangguk dan dengan tidak rela melepasnya. Samuel mengambilkan handuk di atas wastafel dan membalut ku dengan itu.

Setelahnya, Samuel menggendongku keluar dari bathtub.

Dibukanya pintu itu dan terlihat Bastian yang mengucek-ngucek matanya. Sepintas raut wajah terkejutnya sangat kentara.

Dengan cepat dia mengambil alih ku dari Samuel.

"Ku kira kau sedang mandi, ternyata lebih buruk dari dugaanku," ucapnya sarkas. Tangan Bastian mencengkram ku erat dan menatap Samuel tajam tidak menyukainya.

"Kami tidak melakukan apa-apa, Bella minta ditemenin ke toilet."

Aku menganga mendengar alasannya. Wajah Samuel polos tidak merasa bersalah. Padahal ku yakin tanpa harus ku ucapkan secara jelas, Bastian pasti tahu apa yang kami lakukan.

"Ya, hanya ke toilet dan membuka baju kalian. Tentu saja aku percaya."

Bastian tampak kesal dan akhirnya membawaku menjauh. Dia membawakan ku baju tidur yang nyaman dan memintaku menggantinya ke toilet. Samar-samar aku mendengar ucapan mereka.

"Keluarlah!" Suara Bastian dengan nada tegasnya. Aku sampai sedikit terkejut mendengarnya.

Saat ada aku tadi, dia tidak ada berbicara se keras itu.

"Aku akan menunggu Bella dan kembali ke kamar," ucap Samuel dengan kekeuh nya. Aku intip sedikit melalui pintu dan melihatnya bersedekap dada.

Aku yang takut sendiri dengan apa yang akan terjadi.

Aku keluar dari kamar mandi dan melihat Samuel yang sudah ditarik Bastian keluar kamar. Tangannya mengangkat ke arahku meminta untuk ditahan. Namun, aku hanya terdiam.

Setelah Bastian menutup pintunya, tidak lagi terdengar suara itu. Hanya gedoran pintu yang sangat kencang tanda Samuel tidak terima.

"Bas, kurasa lebih baik aku dengan Samuel," pintaku sambil menggigit bibir gugup.

Bastian sontak menggeleng dan membawaku ke tempat tidur. Dimatikannya lampu kamar dan dipeluknya aku erat.

"Tidurlah, kau aman bersamaku."

Gedoran pintu itu masih terasa kencang tanda Samuel masih berada di sana. Namun, Bastian tetap cuek dan memelukku erat, tidak diperbolehkannya aku untuk bergerak.

Karena masih terasa lelah, tanpa sadar aku terpejam dan terlelap.

Napasku mulai teratur dan pandanganku sudah menggelap. Tidak ku pedulikan lagi teriakan Samuel di luar sana.

Aku tertidur sangat nyenyak sampai pagi hari menjelang. Tanganku juga memeluk Bastian hingga kini posisi kami saling berhadapan.

Cahaya matahari memaksa masuk mataku untuk terbuka. Saat indra perabaku mulai terasa, aku malah terkejut mendapati ada seseorang di belakangku.

Aku melihat sekilas tangannya yang kekar dan memelukku erat. Samuel.

Aku bahkan tidak tahu kapan dia masuk, tiba-tiba saja sudah berada di belakangku.

Posisi kami sekarang adalah aku berada di tengah antara Bastian dan Samuel. Samuel tampak melingkarkan kakinya padaku dan aku tertidur di lengannya. Sedangkan Bastian hanya memelukku dengan satu tangannya.

Aku merasa terimpit berada di tengah-tengah mereka berdua.

"Bas, Sam, bangun," panggilku serak.

Aku tidak bisa bergerak karena ditahan seperti ini. Jangankan bergerak, untuk bernapas saja sulit. Spontan aku melepaskan pelukan Samuel yang lebih ketat terlebih dahulu.

"Hmm, Bella, aku masih mau memelukmu," pintanya dengan suara serak khas bangun tidur. Samuel tidak membuka matanya dan malah mempererat pelukan ini. Aku semakin terjepit.

Akhirnya aku mencoba melepaskan Bastian, namun sama saja. Tidak ada di antara mereka yang mau melepaskannya.

"Bas, Sam, hmm lepaskan." Gerakku kesana kemari karena tidak nyaman. Tidak ada yang mau bangun.

Suara langkah kaki terdengar kuat dari luar pintu sana. Terdengar suara beratnya yang memanggilku.

"Arabella, Arabella, dimana?!" Teriaknya mencari keberadaanku. Dariel.

Refleks aku terduduk dan membangunkan keduanya sekaligus. "Ada ayah!" Ucapku yang membuat Bastian maupun Samuel bangun begitu saja.

Apalagi Samuel yang langsung merapihkan rambutnya saat terbangun. Dia terlihat sangat gugup dan menggenggam tanganku erat.

Pintu terbuka dengan kasar dan menampilkan sosok Dariel yang sedikit berantakan. Napasnya terengah-engah tanda dia baru saja berlari untuk mencariku.

"Ku kira aku kehilanganmu lagi! Bastian, sudah ku bilang jangan menganggu Bella yang sedang tertidur! Lalu kau siapa dekat-dekat dengan Anakku? Kau mau mati, huh?"

---------

EHEHEHEEEH

MAAF YA KLO GAJE

DAN KLO LAMA UPDATENYA

DAH LAH GUE GAPEDE


SMOGA BSK BSK DATENG BNYK IDE

YOO PD BLG AAMIINNN

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAA

LOV UUUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now