BAB 36

45.1K 2.4K 138
                                    

Samuel POV

Aku menjauhi Arabella bukan karena menyerah, aku hanya membutuhkan waktu untuk berpikir. Melihat Arabella yang selalu berduaan dengan Jake, cukup menyakitiku. Ditambah kata-kata Jake yang menyindirku.

Aku akan mengejarnya lagi, nanti. Biarkan Jake menang dulu saat ini.

Namun, kini aku tidak bisa menahan rinduku. Sudah lama aku tidak melihatnya.

Jadi aku akan menemui Arabella, di apartemennya. Ya, aku sudah mengetahui apartemennya karena mengikuti Jake waktu itu.

Apartemen Arabella memiliki balkon yang memudahkan aku untuk masuk tanpa lewat pintu. Beberapa hari ini aku terbiasa memasuki apartemennya, hanya untuk mencium wanginya saja. Aku juga sering tidur di kasurnya.

Tidur sambil mencium wangi Arabella itu benar-benar memuaskan. Walaupun masih kurang cukup.

Aku mengambil dalaman Arabella yang paling sexy dan membayangkannya, pasti sangat cantik. Aku benar-benar seperti orang mesum yang mencuri dalaman seorang gadis.

Arabella itu mungil, akan tetapi badannya sangat pas di tanganku. Payudaranya membentuk dengan sangat sempurna, membuatku tidak bisa berhenti menyentuhnya.

Pintu terbuka mengalihkan perhatianku, sial Jake dan Arabella sudah pulang. Cepat-cepat aku bersembunyi di lemari.

Aku tidak tahu apa yang Jake dan Arabella bicarakan, akan tetapi tetap sangat menyebalkan. Jake menang banyak bisa datang ke apartemen Arabella setiap saat.

Tidak berapa lama, Arabella memasuki kamarnya dengan berantakan. Bajunya yang sudah setengah terbuka dan napasnya yang tertatih-tatih.

Pikiranku memburuk membayangkan Jake lah yang membuat Arabella kecapean. Apa mereka sudah sejauh itu?

Arabella membuka atasannya tanpa rasa malu. Aku membelalak dan menelusuri lekuk tubuh wanitaku yang sangat sexy. Sudah lama aku tidak melihatnya.

"Kau nakal, rabbit."

Aku melihat semuanya.

Arabella memainkan payudaranya sendiri. Aku tidak tahu Arabella memiliki sisi ini sebelumnya. Dia sangat binal dan aku menyukainya.

Aku tidak bisa menahan rasa senangku saat Arabella menyebut namaku, alih-alih Jake. Dia membayangkanku, kan.

Perlahan-lahan aku keluar dari persembunyianku. Aku harus menghukum rabbit yang nakal. Bisa-bisanya dia puas, sedangkan aku tersiksa melihatnya seperti itu. Aku juga menginginkannya.

Tanpa aba-aba aku memeluknya dari belakang. Arabella menegang dan melihatku dengan takut. Kau tertangkap, sayang.

"Kau masturbasi memikirkanku, huh?"

Arabella membelalak dan ingin menjauhi dirinya dariku, akan tetapi tidak bisa. Aku membalikkan badannya hingga kita berhadapan. Dadanya menempel padaku, dapat kurasakan putingnya yang masih menegang.

"S-samuel, sedang apa kau d-disini?" Tanyanya takut-takut.

Wajahnya memerah, imut sekali.

Arabella ingin menutupi dirinya dengan selimut. Dengan cepat selimut itu aku jatuhkan ke lantai. Aku sangat suka melihatnya naked.

Kulitnya putih bersih, aku menggeram tidak sabar memberikannya banyak kissmark. Enak saja nanti Arabella ku dikira jomblo. Dia punyaku.

"Sam, aku malu," ucapnya mencicit. Arabella menunduk tidak berani menatap mataku.

"Kau sangat sexy, aku menyukainya," bisikku di telinganya. Arabella kegelian membuatku gemas. Aku menggigit telinganya dan dia mendesah pelan. Dia menggodaku.

Tidak dapat menahan nafsuku lagi, aku menuju lehernya. Kuberikan kissmark yang banyak di sana. Sesekali aku memainkan payudaranya yang sudah menegang di hadapanku.

Kurasa aku memainkannya dengan sangat bernafsu, hingga Arabella mendesah begitu kencangnya. Aku menyalurkan rinduku selama ini ke tubuhnya.

"Samuel ahh, pelan."

Aku menegadah melihat wajahnya yang sedang mendesah, membuatku semakin turn on. Matanya tertutup menikmati semua perlakukanku.

Aku terbiasa melihatnya seperti ini saat di rumahku dulu. Arabella selalu menolak, akan tetapi sekali aku menyentuhnya, dia akan menikmatinya. Itu yang membuatku ingin menyentuhnya lagi dan lagi.

Namun, aku masih menjaga Arabella dengan tidak memasukinya. Biarkan itu kusimpan sampai Arabella menyerahkannya sendiri. Aku tidak mau puas karena paksaan.

Walau karena hal itu, aku harus selalu masturbasi. Yang penting Arabella tidak semakin takut padaku.

Aku menatap wajahnya yang malu-malu menatapku. Untungnya tidak ada tatapan takut di sana. Membuatku ingin menghentikan waktu saat ini.

"Kau sangat cantik. Aku merindukanmu."

Arabella semakin memerah dan menegang.

Aku mencium bibirnya dengan lembut. Tidak ada paksaan, tidak ada nafsu, hanya kerinduan di sana.

Bibirnya sangat halus dan nikmat. Aku menutup mataku ingin menikmati momen ini. Arabella juga menutup mata sama sepertiku.

Yang tidak kusangka adalah Arabella membalas ku, dia balik menciumku. Dengan gerakannya yang kaku dan malu-malu, entah mengapa aku menyukainya.

Dengan Evelyn palsu biasanya dia membalas ciumanku dengan nafsu, tidak pernah ada perasaan di sana. Akan tetapi saat ini aku seperti merasakan hal baru dari ciuman. Dan lebih nikmat.

Kami hanya saling melumat hingga lima belas menit berlalu. Kurasa Arabella sudah mulai kehabisan napas, karena itulah aku menghentikannya.

Kami bertatapan dan aku semakin menyadari bahwa aku mencintainya. Aku ingin menjaganya. Aku hanya ingin Arabella menatapku seperti ini, bukan ekspresi marah atau takut padaku.

Ekspresi polosnya adalah yang paling ku suka.

Namun, kata-katanya selanjutnya menyadarkan ku. Aku masih sangat jauh untuk membuatnya mencintaiku.

"Maaf, ini kesalahan. Kumohon menjauh lah dariku."

Arabella masih takut padaku dan aku benar-benar menyesali masa lalu.

------------

SORRY YAAAA GAADA ++ SEPERTI YANG KALIAN PIKIRKAN AHAHAHHAHAA

NANTI YA GESSS KITA LULUHKAN DULU HATI ARABELLA

BIARIN SAMUEL NYESEL DULU OKE OKEE

JANGAN LUPA VOTE COMMENT

THANK UUUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now