BAB 99

7.5K 552 53
                                    

WKWKWK IYA IYAAA GAJADI TAMATT

SIAPAA YG SENENGG?

THANK UUU SO MUCH DUKUNGANNYA KE NOVEL INI YAHH, TERHARUU HUHUHU

MAAF YAH LAMA BGT UPDATENYA BCOZZ GUE LG SIBUK KMRNN:(

MASIH PADA NUNGGUIN GA SIH?? KOMEN YG BNYK DONGG!!

BTW ADA EXCITED UNTUK KUIS LAGII GAAA? AHAHAHHA

ENJOYYY

------------

"Kalian benar-benar gila!" ucap Jake sambil membuka pintu di belakangku.

Melihat wajahnya yang terkejut dengan menggelengkan kepala, membuatku malu setengah mati.

Beberapa menit yang lalu, seperti yang dapat dibayangkan, aku dan Samuel melakukannya lagi. Dan dengan tidak tahu malunya, kami bercinta di luar.

Sudah dapat ditebak, bukan, itu semua ide siapa. Tentu saja bukan aku. Walaupun tidak dapat dipungkiri aku pun menikmatinya.

Rasanya wajahku memanas jika membayangkannya lagi, aku takut gairahku kembali naik. Tadi Samuel benar-benar liar, dia tidak membiarkanku kabur sejengkal pun.

Begitu pula ucapannya yang memuji tubuhku terasa sangat memabukkan dan memancing nafsu.

"Ku kira hanya lamaran biasa, Sam. Kau memang unpreditacable," lanjut Jake dengan decakannya yang khas itu.

Di belakangnya, Bastian sudah mengangguk setuju dengan bibir mengerucut. Matanya menyipit sinis pada Samuel dan kentara sekali tidak sukanya.

Berbeda dengan Samuel yang sedang memakaikanku baju. Walaupun kemeja ku sudah sangat robek, akan tetapi tidak ada pilihan lain untuk memakainya.

Ekspresi Samuel masih tersenyum puas dengan menatapku memuja. Perhatiannya hanya padaku, seakan tidak ada orang lain selain kami.

Dengan takut, aku pun meremas tangan Samuel kuat. Perasaan malu ku sudah di ujung tanduk, rasanya aku ingin bersembunyi di bawah selimut dan tidak menemui siapapun.

Bercak merah yang sangat banyak tercetak jelas di sepanjang leherku hingga ke paha. Belum lagi cairan kami yang belum dibersihkan, masih berceceran sampai ke lantai.

"Ayo sayang kita pulang, disini banyak lalat pengganggu," sindir Samuel dengan aba-aba menggendongku, tangannya sudah berada di antara tengkuk dan bawah lututku. Gerakannya sangat lembut hingga refleks aku memeluk lehernya.

Sebisa mungkin ku tutup wajahku di dadanya, tidak mau melihat Jake dan Bastian yang masih memelototi Samuel. Bahkan tanpa diberitahu pun, ku yakin mereka sudah tahu apa yang baru saja kami lakukan.

Dan untung saja Samuel peka jika kaki ku sudah sangat sakit, jangankan untuk berjalan, digerakkan sedikit saja sudah terasa ngilu. Begitu pun dengan perutku yang kram.

Aku meneguk ludah kasar mengingat little Samuel dihentak berkali-kali oleh ayahnya, semoga dia baik-baik saja.

Bastian mendekat pada kami dan menghalangi jalan Samuel yang berada di hadapannya. Dengan sigap, dia sudah merentangkan tangan, ingin merebutku.

"Biar aku saja, aku tidak mempercayaimu lagi, Sam. Kau selalu menyiksa kakak ku," ucap Bastian mencoba menarik tubuhku dari pelukan Samuel.

Namun, tentu saja tidak semudah itu.

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now