BAB 27

53.4K 3.4K 256
                                    

OMGGGG UDAH SEJAUH INI GUE NULIS CERITA

DAN KALIAN JUGA PADA SEMANGAT KOMENNYA

I REALLY APRECIATE THAT!!

MAKANYAAA RAJIN UPDATE NI WALOPUN NGANTUK" NGETIKNYA

DEMI KALIAN!!

ENJOYY

-----------

Jake tidak dapat menolak ku lama-lama. Dia gampang sekali luluh, hatinya memang seperti hello kitty. Aku yakin dia tidak tega melihatku seperti patung hidup.

Hidup segan mati tak mau.

Walaupun Jake tidak memberitahuku semuanya, setidaknya dia memberikanku alamat Arabella bekerja.

Dan ya, disinilah aku, tengah memantaunya. Sebenarnya sudah seminggu lebih aku melihatnya bekerja.

Hanya memakai baju pelayan seperti itu saja Arabella sangat cantik. Rasanya sudah sangat lama aku tidak melihatnya. I miss her.

Apa Arabella harus senyum semanis itu kepada setiap pelanggan?

Benar-benar nakal. Kalau saja aku tidak ingat sedang berada di luar, aku akan menghukumnya. Setidaknya biarkan aku memukul pantatnya.

Aku rasa sudah cukup seminggu ini aku memantaunya. Aku ingin dia menyadari keberadaan ku. Pasti dia senang sekali, kan. Aku yakin dia sudah mencintaiku, tanpa repot-repot seperti yang Jake bilang.

Aku menyuruhnya ke ruangan VIP. Ya, mungkin setelahnya kita bisa langsung bercinta, maybe.

Aku orang yang sangat prepare, kan.

"I'm back, my rabbit."

Tidak seperti bayanganku, Arabella menegang dan bergetar. Badannya sedikit menjauh dariku yang ku cepat-cepat tahan dengan tanganku. Tapi kurasa dia tidak menyukainya.

Arabella seperti kelinci yang berusaha kabur dari mangsanya.

Apa aku semenakutkan itu?

"Long time no see, rabbit." Aku berbisik padanya. Akan tetapi hal itu malah semakin menakutinya.

Bahkan Arabella sudah menunduk tidak mau menatap padaku. Entah mengapa aku tidak menyukainya.

Tanpa aba-aba, aku memojokkannya dan mencium bibir manis itu. Sedari tadi Arabella menggodaku dengan menampilkan wajah polosnya.

Arabella terkejut dan mendorong dadaku. Tidak akan bisa, sayang.

Aku menahan dagunya agar tidak memberontak. Sebisa mungkin aku membuka mulutnya

Namun, itu tidak membuatku puas karena Arabella tidak melakukan hal yang sama denganku. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.

"Balas aku sayang," bisikku.

Arabella menggeleng dengan masih berusaha menjauhiku. Aku bisa saja memaksanya, akan tetapi tidak aku lakukan. Aku merasa tidak benar saja.

Aku menatapnya dari dekat, menyusuri setiap wajahnya. Sial, sangat menggoda. Apalagi hembusan napas Arabella yang menerpa wajahku. Apa dia sengaja?

Sekali lagi aku menciumnya. Biarkan saja Arabella tidak membalas ku, bibirnya tetap enak. Aku menutup mataku menikmati penyatuan bibir kami.

Namun, tiba-tiba saja terasa asin. Aku membuka mataku dan menatapnya menangis.

Tidak ada isakan, hanya air matanya saja yang jatuh.

"Kenapa menangis, sayang?" Tanyaku hati-hati. Spontan aku menghapus air matanya. Semuanya kulakukan dengan lembut seperti barang rapuh.

Arabella menahannya, dia tidak mau menjawab. Bahkan dia menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak terisak-isak. Dia terlihat mengenaskan.

Hatiku rasanya sakit melihat Arabella menahan ekspresinya depan ku. Aku tau dia mau menangis, aku tau dia ketakutan. Namun, Arabella tidak ingin menunjukkannya.

"Jangan jadikan aku Evelyn lagi, please," ucapnya lirih. Matanya tidak berani menatapku dan dia hanya berbisik saking takutnya denganku.

Apa katanya tadi? Aku menjadikan Arabella sebagai Evelyn. Tentu saja lebih tinggi kamu, Arabella. Evelyn bukan apa-apa lagi di mataku.

Bahkan aku tidak perlu lama-lama memilih antara Arabella atau Evelyn. Jawabannya sudah jelas Arabella.

"Apa Evelyn saja tidak cukup? Kenapa kau menginginkan ku lagi? Aku tidak mau Samuel." Arabella sudah menangis di hadapanku.

Wajahnya tetap cantik, akan tetapi lebih cantik jika tersenyum. Entah mengapa aku tidak menyukai Arabella yang menangis. Seakan aku bisa memberikan segalanya asal dia tidak menangis lagi.

"Aku akan bersujud di kaki kamu, Samuel. Tapi ku mohon bebaskan aku, aku tidak mau seperti dulu lagi."

Arabella bersiap bersujud di depanku. Dengan cepat aku menahannya.

Namun, Arabella tidak berhenti memohon padaku. Dia menangkupkan kedua tangannya dan mengucapkan kalimat yang tidak aku sukai.

"Bunuh saja aku jika harus kembali ke rumah itu."

"Aku tidak mau, Samuel. Lepaskan aku, please please."

"Aku tidak mau kembali ke neraka itu."

Ada apa sih dengan rabbit ku? Kenapa se frustrasi itu? Apa sebegitu sulitnya untuk tinggal lagi denganku?

Ahh ini benar-benar membuatku kesal. Arabella seharusnya senang melihatku, seharusnya dia langsung memelukku. Bukan seperti ini.

Aku meremas rambutku kuat-kuat. Dalam hatiku tersimpan banyak bara yang kapan saja bisa dilepaskan. Kelinci itu tidak berhenti memohon seakan aku adalah Tuhan yang bisa saja merebut nyawanya.

Aku menonjok dengan kuat dinding tepat di samping Arabella. Dinding itu sudah berlubang menapakkan tonjokanku. Ya, sekuat itu.

Seketika Arabella terdiam.

Tubuhnya semakin bergetar dan menunduk dalam. Aku jadi tidak bisa melihat mata hazel Arabella. Dia seperti kelinci yang terkurung dan siap untuk dimakan. Tetapi aku tidak mau memakannya. Seharusnya tidak perlu setakut itu, kan.

Sudahlah, aku tidak nyaman di sini. Bahkan aku lebih suka memantaunya dari jauh, dengan begitu aku bisa melihat senyum manisnya.

Berbeda saat denganku, wajah Arabella selalu menegang dan ketakutan.

"Aku akan melepaskan mu saat ini, berhentilah memohon!"

----------

UDAH YAAA

HATI SAMUEL UDAH MULAI WARAS TUH

YU BISA SAMUEL JADI BAEK!!

JANGAN LUPA VOTE COMMENT

THANK YOUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now