BAB 77

13.4K 1K 75
                                    

HELLOOOO UDH 5 HARI NI GA UPDATE

LAMA JUGAAA

I'M SORRYYYY

ENJOYY

------

Baru saja akan keluar, suara ketukan pintu yang sangat kencang menggagalkan aksiku lagi. Orang itu sepertinya memukul-mukul pintu luar dengan tenaga hingga bunyinya terasa sangat kuat. Padahal saat ini aku berada di kamar, yang mana jauh sekali dari pintu luar.

Belum lagi teriakannya yang sangat ku hapal. Bapak tua itu.

"Samuel, hei! Dimana kau? Ku tahu kau di dalam! Keluarlah sebelum ku bakar seluruh istana ini." Dia Alarick.

-------

"Astaga, tidak bapak tidak anak sama saja tidak sabaran," ucap Bastian yang berjalan ke arah pintu luar dengan wajah lelahnya.

Sedangkan aku dan Arabella baru saja turun dari kamar atas. Arabella ku gendong karena masih sangat lelah. Sudah ku suruh agar dia tetap di kamar dan tidur. Namun, dia merasa tidak sopan jika tidur di saat Alarick datang.

Ku biarkan Bastian yang membuka pintu dan ku turunkan Arabella di sofa.

"Ah kau! Bagaimana rasanya menjadi vampir utuh, huh?" Tanya Alarick menanyakan Bastian hal yang tidak ku mengerti. Mereka seakan sudah kenal.

Bastian menatap Alarick tajam dan terlihat sekali membencinya. Sepertinya ada masalah di antara mereka yang tidak ku ketahui.

"Terima kasih om pemarah, aku suka menjadi vampir seutuhnya," jawab Bastian berusaha santai. Padahal tangannya mengepal tanda dia sedang menahan amarahnya.

Aku belum pernah melihat Bastian marah sebelumnya, dia selalu terlihat manja. Apalagi jika berada di dekat Arabella.

Alarick menyeringai dan masuk ke rumah tanpa izin. Dia melewati Bastian dan aku dengan tubuhnya yang oleng. Sepertinya Alarick tengah mabuk, tangannya memegang botol alkohol yang beberapa kali dia minum sambil berjalan.

Membuatku malu saja.

Aku pun akhirnya menggotongnya untuk duduk di sofa.

Arabella yang melihatku kesulitan membawa Alarick, berniat membantuku. Namun, belum sempat hal itu terjadi, Alarick sudah menunjuk Arabella dan menatapnya berbinar.

"Ahh! Kau manusia yang menggoda anakku. Si darah manis. Kalau ku tahu kau anak Isabella, sudah ku culik dari dulu. Seharusnya aku yang memilikimu," ucap Alarick membuatku menggeram marah.

Sontak ku lepas tubuhnya yang lemah hingga dia terjatuh ke lantai. Walaupun Alarick adalah daddy-ku, akan tetapi tidak ada yang boleh mengklaim Arabella, selain aku.

Alarick tertawa dan terduduk di lantai. Matanya masih menatap Arabella membuat ku sontak berdiri di hadapannya, melindungi wanitaku.

"Dad, kurasa kau harus pergi. Kau terlihat tidak sehat," pintaku mengusirnya.

Entah mau ditaruh mana mukaku melihat Daddy datang dan membuat kacau di rumah orang.

Arabella menggenggam tanganku kuat seakan memperingati ucapanku yang terlalu kasar.

Hubunganku dengan Alarick memang tidak baik sejak pesta vampir itu. Aku menyayanginya, akan tetapi juga membencinya.

"Arabella Isabella ahahaha nama yang mirip bukan? Aku yang menamai mu, manusia! Seharusnya kau adalah anakku. Aku benar-benar membenci kalian," ucap Alarick dengan tawaan nya yang mengejek itu.

Aku tidak mengerti apa yang terjadi di antara keluargaku dan Arabella. Hanya saja Alarick tampak sangat kacau.

Tidak berapa lama, pintu dari ruang kerja terbuka dan menampilkan Dariel dengan wajah tenangnya. Langkahnya pasti dan terlihat berwibawa saat dia berjalan.

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now