BAB 94

9.1K 808 51
                                    

CEPETTT KAN UPDATENYAAA? BCOZZ GUE SAYANG KALIANN!

PADA SENENG GAAA?!

BTWWW G NYANGKA WOIII KBAPV UDH 100 BAB!! (WALOPUN BLOM RESMI)

KEKKK PANJANG JUGA NI CERITA YA! SPILL ALESAN KALIAN DONG KENAPA MASIH BETAH SAMA CERITA INI?!!

YANG JAWABANNYA PALINGGGGG KREATIF GUE KASIH HADIAH🌝🌝

ENJOYYY

----------

Aku menatap Samuel khawatir dan tetap berniat mendekatinya. Walaupun auranya mencekam dan menakutkan, aku percaya Samuel tidak akan melukaiku.

Dari belakang, aku menatap sayapnya yang terlihat sangat cantik menyatu dengan punggungnya. Putih dan berkilau, berbeda dengan badannya yang kekar.

Beberapa helai berjatuhan saking terburu-burunya dia tadi, ku rasa saat akan terbang, beberapa vampir mencoba mencegahnya dengan menarik sayap itu.

Aku jadi merasa bersalah dibuatnya, seharusnya aku menuruti Samuel.

Dengan langkah perlahan aku berdiri di sebelahnya dan memegang lengannya hingga dia menoleh padaku.

Raut wajahnya tampak sembab dan kelelahan, akan tetapi matanya menatapku tajam, penuh nafsu.

Samuel terlihat berantakan dengan beberapa bercak darah di wajahnya dan luka menganga di dadanya. Tanpa sadar mataku menatapnya sayu, tidak suka melihatnya dipenuhi luka.

"Maaf, aku tidak tahu akan seperti ini," ucapku merasa bersalah.

Aku menelan ludah dengan kasar saat melihat lukanya yang tepat berada di hadapanku. Luka itu masih mengeluarkan darah segar dan terlihat sedikit dagingnya.

Napas Samuel menghantamku kuat seakan menunjukkan amarahnya dengan keputusanku membuka pintu tadi. Kedua tangannya memegang pinggangku dan memelukku erat.

Tanpa ku sangka, dia menelungkupkan wajahnya pada leherku.

"Aku masih marah padamu, Arabella. Mereka sangat banyak dan hanya kau satu-satunya manusia di sana. Aku bisa gila hanya dengan memikirkan apa yang akan terjadi padamu. Jangan membuatku khawatir lagi, please, aku benar-benar memohon padamu," lirihnya terdengar sangat frustrasi di telingaku.

Rengkuhannya mengerat dan mencengkramku semakin mendekatinya. Bahkan kurasa dengan kekuatannya ini, aku bisa hancur di pelukannya.

Namun, ku biarkan hal itu agar Samuel tenang. Napasnya masih terengah dan kurasakan badannya yang gemetar.

Dengan ragu-ragu akhirnya aku pun membalas pelukan Samuel. Ku elus punggungnya dan sesekali menepuknya seperti anak kecil yang merajuk.

Masih terbayang saat terpisah dengan Samuel tadi, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku pun takut terjadi apa-apa padanya. Dan melihat luka yang sangat banyak bersemayam di tubuh Samuel, aku merasa tidak nyaman.

Aku merasa tubuhku terbakar dan ingin membunuh semua vampir yang berani-beraninya melukai Samuel.

Namun yang menjadi fokusku lagi adalah di tengah heningnya bukit ini, aku merasakan detak jantungnya yang berdetak keras sama sepertiku. Senyumku sontak terbit memikirkan perasaan kami yang sama.

Dan ini pertama kalinya aku mendengar Samuel memohon seperti itu, rasanya hatiku hancur karena rasa bersalah yang teramat sangat. Dia seakan sedang melampiaskan semua perasaannya pada pelukan kami saat ini, membuatku tidak mau melepaskannya.

Tidak berapa lama, pelukannya terurai dan Samuel menatapku dengan wajah cemberut. Hidungnya tampak merah dan bibirnya mengerucut.

Tanpa sadar, tanganku menyentuh pipinya dan mengelusnya lembut, dia lucu sekali.

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now