BAB 83

9.9K 999 62
                                    

HELLOOOO SAYANG"KU!!

GA LAMA BANGET KAN YAAA UPDATENYA??

BCOZZZ KLIAN SUDAH PADA NUNGGUIN😚😚

ENJOYYYY

------

Aku terbangun saat merasakan suara ribut di sekitarku. Rasanya tubuhku masih remuk dan terasa sakit karena luka-luka di tubuhku.

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi. Kepalaku terasa pusing saking lamanya aku tertidur. Ah iya aku ingat baru saja membunuh orang, untuk pertama kalinya. Namun, tidak ada rasa bersalah sama sekali, mereka memang pantas untuk mati.

Ku edarkan pandanganku dan melihat suasana ruangan yang remang-remang dan senyap. Hanya suara debat Bastian dan seseorang yang memenuhi ruangan ini.

"Apa yang kau lakukan pada wanitaku? Kalian menculiknya dariku dan tidak bisa menjaganya dengan baik?!" Ucap seorang pria dengan marah.

Aku melihatnya dengan lekat dan merasakan dejavu pada wajahnya. Rupanya tampan dan kekar, seakan bisa membunuh Bastian kapan saja. Namun, tangannya terikat dengan rantai hingga tidak dapat melakukan apa-apa.

Bastian tampak bersalah dan memohon pada lelaki itu. Mereka seperti sudah saling kenal lama, berbeda denganku yang tidak mengenalnya.

"Aku tidak tahu akan jadi begini! Dan ini rencana Dariel bukan aku, sebenarnya apa salahmu, Sam? Ayah terlihat sangat membencimu. Ah sudahlah itu urusan nanti. Sekarang kita harus keluar dari sini," ajak Bastian masih mencoba melepaskan rantai dari tangan pria di hadapannya.

Akan tetapi tidak bisa. Rantai itu bukan barang biasa dan sepertinya tidak dapat dibuka semudah itu. Aku menatap mereka bingung dengan apa yang terjadi.

"Bas," rintih ku memanggil namanya. Aku masih tertidur, lemas untuk bergerak.

Sontak pandangan kedua pria itu mengarah padaku dan menatapku khawatir. Bastian yang peka langsung membantuku untuk duduk dan menyenderkan ku ke dinding.

"Kita dimana?" Tanyaku masih dengan suara serak.

Aku mengerut saat Bastian tidak dapat menjelaskan apa-apa. Dia hanya menunduk dan matanya tidak berani menatapku.

Setelahnya, Bastian menyentuh kedua tanganku dan menatapku lekat. Berbeda dengan pria di sana yang seperti cacing kepanasan.

"Arabella! Menjauhlah dari pengkhianat itu, dia mau memisahkan kita!" Perintahnya dengan suara tegas seakan tidak mau dibantah.

Keningku bertaut mendengarnya dengan sok kenal memanggil namaku. Belum lagi ucapannya  menuduh Bastian yang tidak-tidak, sontak aku menatapnya tajam.

Semakin ku telusuri, aku merasa terpaku dengannya. Dia tidak mengenakan baju apapun dan hanya celana jeans yang menutupi bawahannya.

Rambutnya tampak berantakan dengan kantung mata yang terlihat menggelap, seakan tidak tidur berhari-hari.

"Kau siapa?" Tanyaku singkat, padat, dan jelas. Aku tidak suka saat seseorang menatap Bastian dengan se benci itu, sama saja dengan mencari masalah denganku.

Pertanyaanku membuat pria itu menatap tajam Bastian. Wajahnya mengeras dan meminta penjelasan padanya.

Bastian yang semakin merasa bersalah pun meneguk ludahnya susah payah.

"Kau benar-benar melupakan ingatannya?!" Tanya pria di hadapanku dengan nada tinggi dan ekspresinya yang kentara sekali sedang marah.

Aku menatap keduanya bergantian, tidak mengerti pembicaraan ini mengarah kemana. Siapa yang lupa ingatan?

Bastian menggaruk rambutnya dan berpikir keras bagaimana menjawabnya. Karena jika diingat, memang dia lah yang memasukkan ramuan itu ke minumannya.

Aku mengerut bingung memikirkannya, sepertinya ada sesuatu yang terjadi padaku.

"Aku hanya menuruti perintah Dariel! Baiklah maafkan aku, tapi ini semua sudah terjadi hehe. Hal baiknya adalah kami merestui mu, selamat! Karena itu, sekarang berjuanglah!" Ucap Bastian kehabisan kata-kata. Dia hanya nyengir dan matanya berbinar. Tangannya mengepal ke atas, menyemangati.

Tatapannya sangat positif, berbeda denganku yang masih mengerut dan menatap orang di depanku dengan bermusuhan. Aku merasa aneh berada di dekatnya.

Pria itu tampak semakin marah dan auranya menyeramkan. Kakinya yang bebas menendang-nendang angin seakan ingin menghajar Bastian.

"Sini kau bocah bodoh! Berjuang berjuang ndasmu! Akan ku bunuh kau sekarang!" Teriaknya frustrasi dan bergerak ke sana kemari. Matanya melotot sempurna dan uratnya terlihat saking marahnya dia.

Sontak aku mundur semakin takut mendekatinya. Aku berlindung di belakang Bastian dan tidak ingin menatapnya. Gugup sekali ditatap se lekat itu oleh orang tidak dikenal, tatapannya rindu dan mesum sekaligus. Badanku merinding dibuatnya.

Bastian yang masih merasa bersalah membawa tanganku mendekati pria itu yang langsung ku tarik. Aku tidak mau menyentuhnya.

"Dia Samuel. Berkenalan lah, Bebel, kau akan terjebak bersama orang pemarah itu selamanya. Aku tidak bermaksud menakuti mu, tapi dia sangat posesif, berhati-hatilah," ucap Bastian memperkenalkan pria itu seperti sebuah objek antik.

Mendengar ucapannya, aku malah semakin takut dengan Samuel-Samuel itu. Aku sudah memalingkan wajah tidak mau bertatapan dengannya.

Sekali lagi, Samuel menendang kuat yang kali ini mengenai Bastian. Refleks aku menatap Bastian khawatir melihat adikku meringis di bagian perutnya.

"Kenalkan aku secara benar, bodoh! Astaga apa yang ku harapkan dari bocah tengil ini?!" Tanyanya seakan menyesali keputusannya.

Aku tidak mempedulikan Samuel dan dengan cepat membantu Bastian untuk duduk. Ku bawa tubuh itu untuk bersandar pada dinding. Tanganku berada di atas tangannya yang sedang memegang perut.

Keningku sudah mengerut melihatnya sesakit itu. Spontan aku melihat ke arah Samuel dengan tajam. Aku sangat benci saat ada seseorang yang menyakiti adikku.

"Aku baru mengenalmu, tapi kau kasar sekali, Samuel. Jangan menendang adikku lagi, aku memperingati mu!" Tegasku dengan menunjuknya sebagai bentuk ancaman.

Kini aku berada di depan Bastian dan melindunginya dari pria tidak dikenal itu.

Walaupun aku sedikit takut dia ikut menendang ku atau bersikap kasar. Namun, aku tidak ingin Bastian merasakannya.

Tatapanku padanya masih tajam dan tidak suka.

"Jangan menatapku seperti itu, rabbit. Aku korban di sini! Ah sial kau tidak mengerti apa-apa. Yang pasti aku orang baik," ucapnya dengan pasrah. Akan tetapi, mataku belum melunak menatapnya.

Berbeda dengan Bastian yang merasa kasihan pada Samuel, akhirnya dia kembali membelanya.

"Benar, Bebel, walaupun Samuel pemarah, posesif, dan selalu menindas ku, dia orang baik. Maaf aku berucap terlalu jujur," tambah Bastian dengan tawanya yang khas.

Samuel yang sudah tampak lelah menghajar Bastian, akhirnya diam dan menekan amarahnya.

Entah mengapa aku merasa lucu dengan suasana ini. Wajah Samuel yang mengerucut seperti anak bayi dan Bastian yang melet, tidak berhenti mengejeknya.

Kurasa mereka memang se akrab ini, membuatku ikut tersenyum lega.

Tidak dapat ku tahan, tanganku menutupi tawaku yang mendera keras. Perutku terasa geli melihat kelakuan mereka. Aku seperti mengasuh dua anak bayi sekarang, menggemaskan.

Tanpa ku sadari pria di hadapanku menatapku lekat dengan tatapan cintanya yang sangat dalam.

"Jangan tertawa se manis itu, rabbit, jantungku jadi berdegup cepat. Kau harus tanggung jawab!"

----------

EHEHEHEEH GEMESSSS AKHIRNYA KETEMU🥰😘💞😚✨

LUV LUVV AYANG SAMUELL

GAADA DRAMA YA GES YA LUPA INGATANNYA, PADA SENENG KANNN?

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS NYA YA CINTAHH!!

LOVE YOUUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now