BAB 31

48.1K 2.8K 293
                                    

HALO GAISSSS

JUJURRR!! CERITA INI SERU GA SIHH??

KAYAK GUE TAKUT ALURNYA NGALOR NGIDUL NJIRR

NI NI AKIBAT GUE BIKIN CERITA LANGSUNG UPLOAD

SEMOGA PADA BETAH DAH YA GES

BTWWW KOMEN KALIAN LUCU" BANGETTT KAN GUE JD SEMANGAT BALESINNYA

GUE JADI IKUT BINGUNG NI ARABELLA JDNYA SAMA SIAPA?!!

APA SAMUEL JAKE KITA JADIIN GAY AJA😏

CANDA GAESS

ENJOYY!!

-------

Samuel POV

Sudah ku bayangkan, Jake pasti akan sat set sat set.

Baru beberapa hari sejak aku mengetahui Arabella adalah Evelyn, Jake sudah menempel pada wanitaku, seperti perangko.

Bahkan di kafe tempat Arabella bekerja, Jake selalu menawarkan diri untuk menjadi pelayan.

Apa Jake tidak bekerja? Aku doakan saja perusahaannya bangkrut dan berharap Arabella tidak akan mau hidup dengan pria miskin.

Sedangkan aku, hanya duduk di pojokan, melihat mereka berdua. Seperti deja vu ke tujuh tahun yang lalu.

"Bella, di pipimu ada tepung," ucap Jake. Dia mendekati Arabella.

Tanganku sudah menggenggam erat cangkir kopi di depanku. Dari arah sini, mereka terlihat seperti sedang ciuman.

Membuatku panas saja.

Bagaimana sih pelayanan kafe ini? Masa tidak ada yang menegur dua karyawan yang malah mesra-mesraan di belakang dapur itu.

Sial. Jake selalu lebih depan dariku.

Walaupun ku yakin hati Arabella masih punyaku, sih. Ketampananku tidak dapat ditolak oleh wanita manapun.

"Terima kasih Jake, kau sangat baik. Ini perasaanku saja atau kau semakin tampan?" Tanya Arabella.

Aku menggeram kesal mendengarnya. Apa-apaan wanita itu, memuji pria lain selain aku. Rasanya aku ingin mencium bibirnya hingga Arabella hanya bisa mendesah saja.

Lagipula ada apa dengan Jake hari ini. Biasanya juga dia cuek, tiba-tiba saja pagi ini dia merapihkan rambutnya. Dasar pria caper!

"Sudah jelas agar aku bisa bersanding denganmu. Ini belum seberapa, aku akan lebih tampan di altar pernikahan kita nanti," gombal Jake.

Arabella tertawa dan menggeleng dengan tingkah kepedean Jake.

Dari pandanganku mereka seperti pacaran beneran, membuatku kesal saja.

Lagipula tidak akan ada pernikahan antara Arabella dan Jake. Arabella hanya milikku.

Tidak hanya itu, Jake juga merapikan rambut Arabella yang terkadang jatuh dan dengan modusnya mencubit pipi chubby itu. Berani-beraninya dia menyentuh wanitaku.

Apa harus ku potong tangannya?

Mataku yang tajam mengikuti langkah Arabella yang menuju ke toilet. Dengan cepat aku mengikutinya.

Untungnya toilet ini sepi.

Sebelum Arabella menyadari keberadaan ku, aku mendorongnya hingga kini kami berada di satu bilik toilet bersama. Arabella tampak terkejut karena kini tidak ada jarak antara kami.

"S-samuel!" Ucapnya gugup. Rabbit ku lucu sekali. Matanya menatapku takut yang membuat mata itu semakin membulat. Tubuhnya menegang dalam pelukanku.

Aku mengurungnya ke dinding dan menatapnya dalam. Eve ku.

Dulu wajahnya masih polos sekali, sekarang sudah lebih dewasa dan sexy, apalagi kalau telanjang.

"Aku merindukanmu."

Arabella terdiam dan mendorong dadaku menjauh. Namun, aku tak ingin. Aku hanya ingin berduaan dengan Arabella sebelum nanti Jake datang dan merebutnya kembali.

"Lepas, nanti ada yang masuk."

Aku tahu Arabella tengah takut karena kami di toilet umum. Bisa saja seseorang masuk dan melihat kami sedang seperti ini.

Entah mengapa memikirkannya saja, aku bernafsu.

Aku memegang pahanya dan mengangkat sedikit roknya. Terlihat paha mulus itu yang menggodaku untuk menyentuhnya. Aku mengelus pahanya yang kontras dengan tanganku.

Arabella sudah memejamkan matanya dan menahan tanganku untuk lebih jauh.

"Lepaskan aku," mohonnya dengan mata yang berbinar itu. Padahal ku tahu dia juga bernafsu, akan tetapi menahannya.

Aku melepaskan tanganku dan menatapnya. Aku mencium pipi chubby itu berulang kali. Arabella menghindarinya, namun aku tahan dengan lembut.

"Jangan ada yang menyentuhnya lagi, selain aku," bisikku.

Arabella kegelian yang membuatnya semakin manis di mataku.

Aku menyentuh rambut panjang hitam Arabella dan menaruhnya di belakang telinga.

"Rambut ini juga milikku." Ku cium rambutnya yang sangat wangi. Arabella selalu mempunyai wangi yang khas. Itu yang membuatku semakin tidak bisa menjauh darinya.

Arabella tampak gugup, akan tetapi dia menatapku dengan lembut dan tidak melawan lagi.

Aku dengan perlahan mendekati wajahnya. Ini momen yang pas untuk berciuman, Arabella terlihat pasrah.

Hidung kami bersentuhan, Arabella sudah menutup matanya dan mengerut seakan menahan sesuatu.

"S-samuel aku ingin pipis," lirihnya. Bahkan Arabella berbisik saat mengatakannya.

Aku mengurung niatku menciumnya dan menatapnya lucu. Rabbit ku manis sekali. Dia terlihat malu setelah mengatakannya.

Pantas saja pahanya bertautan, menahan cairan itu keluar. Arabella yang seperti itu saja aku menyukainya. Aku jadi membayangkan jika Arabella benar-benar menahan cairannya, namun cairan cinta kami. Pasti sangat sexy.

"Bolehkah aku melihatnya?" Tanyaku berharap.

Arabella langsung melotot dan menatapku seakan aku orang gila. Ya, mungkin aku memang sedikit gila karenanya.

"Silakan, aku akan tetap di sini," ucapku, tanpa mau ada bantahan.

---------

SAMUEL MESUM MULU🔪🔪

TAPI KALAU GA MESUM BUKAN SAMUEL

KANNNN UDAH LAMA NI YAAA GAADA PLUS PLUS

PADA KANGEN GA SIHH?!!

BTW THANK UUU YA YANG UDAH BACAAA🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now