BAB 55

20.9K 1.6K 40
                                    

HALOOOOO

CEPET KAN UPDATENYAAA

ENJOYY

-------

Kakiku melangkah pelan setelah sampai di tempat Alarick.

Pandanganku teralihkan melihat rumahnya yang besar, seperti istana. Namun, terdapat hawa mencekam di dalamnya. 

Ditambah banyak penjaga dengan badan kekar yang berdiri di tiap sudutnya.

Sepertinya peran Alarick memang sepenting itu sampai dikawal oleh beberapa orang.

Evelyn sudah berdiri di sana dengan gaun rumahannya yang sexy. Wajahnya tidak pernah terlepas dari polesan bold make up dengan warna bibir merah gelap.

Penampilannya selalu sempurna, di rumah sekalipun.

"Aunty!" saat pandangannya mengarah kepadaku. Seketika mukanya mengerut mendengar panggilanku padanya.

Rasanya aneh jika aku memanggil dengan nama, mengingat dia sudah berpuluh-puluh tahun lebih tua dibandingkan aku.

Walaupun wajahnya masih terlihat kencang dan sexy.

"Berhentilah memanggilku aunty, aku terdengar tua, bocah. Ah sudahlah, selamat datang di rumah kami," ucapnya sambil mempersilakanku masuk.

Aku gugup dan spontan mataku mencari keberadaan Alarick. Tidak ada. Entah mengapa aku bernapas lega saat ini.

Aku belum siap bertemu dengannya. Hawanya tidak main-main.

"Kau tidak jadi pergi ke luar negeri, aunty?" tanyaku.

Seingatku, Evelyn pernah mengatakan akan pergi. Namun, sampai saat ini dia masih di sini. 

"Tidak, aku mengikuti Alarick. Dia masih ada urusan di sini."

Aku mengangguk mengerti. Sepertinya Alarick dan Evelyn beneran menjalin hubungan melihat kedekatan mereka berdua.

Aneh saja rasanya setelah dari Samuel lalu pindah ke ayahnya, Alarick. Tapi itu bukan urusanku.

Aku lebih penasaran dimana keberadaan Alarick.

"Lalu dimana dia sekarang?" 

Evelyn menunjuk pintu di ujung sana. "Kami habis bermain, sepertinya dia lelah. Jika saja bukan karena kau menelponku, kita tidak akan berhenti," gerutunya.

Wajahnya yang cantik itu merengut dan menatapku sebal. Sedangkan aku hanya tersenyum tidak enak.

Pantas saja terlihat bercak-bercak kemerahan di bahunya.

"Ada apa kau kesini?" Tanya Evelyn penasaran.

Bahkan, dia baru tahu kalau aku mempunyai nomornya. Samuel memberikannya padaku. Lebih tepatnya aku mencurinya dari handphone Samuel, saat dia setengah sadar.

Samuel memberi nama 'Jalang' di nomor Evelyn yang akhirnya aku ganti menjadi 'Aunty Eve'. Lebih baik, kan.

"Aku hanya penasaran. Kau tahu, aunty? Aku punya saudara kembar selama ini. Aku mencurigai mu, kau dulu half vampire, kan?" tanyaku tanpa basa basi.

Evelyn mengangguk ragu dan setelahnya menggeleng. Tampak jelas kebingungan di wajahnya. Sepertinya dia tidak mengerti kenapa aku mengira itu dia.

Baru saja akan ku jelaskan, dia sudah memotong ku.

"Iya aku darah campuran. Tapi aku bukan half vampire. Aku pemilik darah manis, sepertimu," jelasnya membuatku ternganga.

Sepertinya Samuel salah sangka.

Pantas saja Evelyn mempunyai wangi mawar yang sangat melekat. Sepertinya itu memang wangi darah aslinya yang masih tertinggal sampai dia menjadi vampir.

Namun, aku masih belum mengerti. Samuel dan Jake pernah bilang bahwa rasa darah Evelyn hambar tidak ada rasanya. Seharusnya manis sepertiku.

Tidak dapat ku tahan, aku bertanya padanya.

"Tapi kenapa darahmu tidak manis, aunty?"

Evelyn sepertinya sedikit tersinggung, terlihat dari raut wajahnya yang berubah manyun. Untung saja dia sudah tahu sifatku yang blak-blakan, makanya dia memanggilku bocah hingga saat ini.

Dia memukulku gemas.

"Itu tujuanku menjadi vampir, bocah. Kau sendiri, apa tidak cape diburu terus? Kau selamat karena Samuel melindungi mu. Tapi ku yakin banyak vampir di luar sana sudah menandai mu, apalagi kau pernah pergi ke pesta vampir. Dan darahku hanya manis jika dihisap pasanganku," terangnya.

Aku mengangguk mengerti dan bergidik ketakutan. Jika banyak vampir yang mengejar ku, itu pasti sangat menakutkan.

Bertemu dengan Samuel dan Jake saja awalnya seperti mimpi buruk bagiku.

Di samping itu, aku menyadari suatu hal. Berarti Evelyn bukan kembaranku juga. Aku harus mencari half vampire atau vampire.

Entah mengapa aku jadi kecewa. Padahal ku kira keberadaannya ada di dekatku. Sepertinya aku salah.

Anna dan Evelyn, ternyata bukan salah satu dari mereka.

Aku melamun memikirkannya. Tanpa sadar seseorang dengan aura yang sangat kuat mendatangiku. Belum lagi beberapa pelayan yang langsung berbaris menyambut di setiap langkahnya.

Evelyn berjalan menjauhiku dan bergerak ke arah sosok itu, Alarick. Sontak aku mendongak.

Evelyn mengalungkan tangannya pada lengan kekar Alarick. Senyumnya semakin lebar saat melihat keberadaan pria itu. Berbeda denganku, aku terpaku.

Tatapannya yang tajam menghunus ku. Sudah ku tebak dia tidak akan suka dengan keberadaan ku.

Alisnya mengerut seakan mempertanyakan keberadaanku saat ini. Jujur saja aku gugup setengah mati. Kehadirannya menghipnotis ku.

"Kenapa kau di sini?" Tanya Alarick dengan suara beratnya. Terdengar geramannya yang tidak suka dengan kehadiranku.

Aku masih bertanya-tanya kenapa Alarick sebegitu tidak sukanya denganku, padahal kami tidak pernah bersinggungan sebelumnya.

Dengan mengumpulkan keberanian, ku coba untuk berbicara tenang.

"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu."

Tidak dapat ku tahan suaraku bergetar dan gugup.

Aku mengeluarkan buku tua yang sedari tadi ku pegang. Wajah Alarick tampak terkejut dan seketika mengeras menatap ke arah buku itu, seakan tau apa yang ada di dalamnya.

Dengan sekali tarikan napas panjang, aku menguatkan diriku. Aku harus dapat jawaban saat ini juga.

"Aku ingin tahu tentang ibu dan adikku yang kau bunuh. Juga kembaranku. Kau pasti tahu semuanya, kan?"

------------

SABAR YAH PERLAHAN LAHAN RAHASIANYA MULAI KEBONGKAR

UDH TERJAWAB YAH KEMBARANNYA BUKAN ANNA ATAUPUN EVELYN AAHAAHHHAHAA

MAAF TEBAKAN KALIAN SALAHHH!! SILAKAN MENCOBA LAGI

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS OKEE

LOV UUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang