BAB 74

15.3K 1.2K 52
                                    

HOREEE UPDATEE

KEKNYA W BAKAL RAJIN UPDATE LAGII UHUYYYY

PADA SENENG GAA

ENJOYYY

---------

Aku mengerut bingung mendengar ucapan Alarick. Pria itu selalu saja dipenuhi emosi jika menyangkut manusia, apalagi kalau tentang Arabella.

Aku langsung mematikan teleponnya dan melempar handphone-ku. Terserah saja apa yang mau dilakukan bapak tua itu. Lagipula aku tidak takut.

Setelahnya aku memeluk Arabella dengan eratnya. Ku tempelkan kepalaku di lehernya yang wangi itu. Arabella sampai tidak bisa bergerak karena aku memeluk tangan dan kakinya.

Dia mengerang pelan dan menyamankan posisinya.

Tidak berapa lama mataku benar-benar terpejam. Namun, pergerakan Arabella yang berulang di tanganku membuatku terbangun kembali.

"Mhmm siapa tadi yang menelepon mu, Sam?" Tanyanya dengan suara serak yang menggodaku.

Matanya masih terpejam, akan tetapi badannya bergerak tidak beraturan ingin lepas dari pelukanku.

Tanpa Arabella tahu, aku malah jadi nafsu melihatnya seperti itu.

"Alarick, dia akan kesini," jawabku santai.

Berbeda dengan Arabella yang sontak membuka matanya walaupun masih setengah mengantuk. Sambil menguap, dia menunjukkan wajah kagetnya.

Aku pun menaikkan alisku bertanya. Tidak ada yang perlu dipikirkan, kan. Ku yakin Alarick hanya mengancam, seperti biasanya.

Dibanding memikirkan itu, aku lebih ingin menuntaskan nafsuku. Sejak bertemu Arabella, aku baru keluar sekali.

Harusnya kan bisa lebih dari puluhan kali, jika saja tidak diganggu Bastian dan Dariel.

Aku menatapnya bernafsu dan tanganku yang nakal mulai membuka bajunya. Baru saja melepaskan tali baju di bahunya, Arabella menahanku.

"Bukankah kita harus menyiapkan sesuatu untuk menyambut Alarick?" Tanyanya membuatku cemberut.

Aku sudah sangat kepalang ingin menyentuhnya, Arabella malah menghentikan ku begitu saja.

Lagipula kenapa harus disambut sih? Padahal Alarick tidak pernah memperlakukan rabbit ku dengan baik. Mengingat itu, aku jadi sedikit tidak menyukainya.

Aku malah berharap Alarick tidak akan kesini, aku tidak mau waktuku dengan Arabella terganggu.

"Sudahlah tidak perlu kau pikirkan, sayang," ucapku.

Aku memindahkan posisiku hingga berada di atas Arabella. Ku tumpu badanku dengan tangan agar tidak menghimpitnya, terutama bagian perutnya.

Kepalaku sudah bersemayam di leher Arabella dan mencium wangi vanila di sana dengan lekat. Aku tidak pernah bosan menghirupnya.

Ku jilat-jilat bagian sana dengan nafsu.

Namun, Arabella menahan bahuku dan sedikit mendorongku menjauh.

"Aku sedikit tidak tenang setelah tahu Alarick akan kesini."

Arabella tampak gugup dan entah mengapa terlihat raut ketakutan di sana. Bajunya sudah setengah terbuka dan menampilkan dadanya yang sedikit terlihat.

Dia tampak sexy, kalau saja tidak ada yang menganggu pikirannya sudah ku serang dia.

Aku mencium bibirnya sebagai pengalihan rasa khawatirnya itu. Lagipula Alarick dan Arabella tidak pernah bersinggungan, tidak ada alasan untuknya takut seperti itu.

"Baguslah Dad kesini, dia akan menciduk kita, dengan begitu kita bisa langsung menikah. Tidak ada tolakan lagi, rabbit," ucapku tersenyum senang.

Semakin cepat menikah semakin baik. Tidak ada yang akan merebut Arabella lagi dan dia akan selalu berada di sisiku.

Walaupun sudah mendapat penerimaan dari Dariel, kurasa tetap sulit untuk menikahi Arabella. Belum lagi izin dari Bastian. Astaga.

Tahu gitu aku nikahi dulu sebelum Arabella bertemu keluarganya.

Wajahnya masih tampak ragu dan menatapku bingung, seakan ada yang dipendamnya.

"Aku lupa memberitahumu, Sam. Aku menghilang karena dikurung Daddy mu, kurasa dia tidak menyukaiku. Karena itu, bukankah kita harus menyambutnya dengan baik?" Tanya Arabella sambil menggigit bibirnya, takut salah berucap.

Berbeda denganku yang mengerut dan menelaah wajah Arabella mencari kebohongan. Akan tetapi tidak mungkin dia berbohong.

Aku tahu di rumah Alarick memang ada semacam penjara untuk para vampir yang akan berubah. Kalau benar Arabella dikurung di sana, akan ku bunuh dia.

Penjara itu seingat ku sedikit kotor dan gelap.

"Kau tidak apa-apa, Bella?" Tanyaku khawatir. Jujur saja aku baru mengetahui kalau dia diculik.

Ku kira Arabella menghilang karena lebih memilih keluarganya dibanding aku. Jangan bilang dia menemui Alarick sendirian? Aku benci memikirkan Arabella ketakutan dan kelaparan di penjara itu.

Arabella mengangguk, namun wajahnya masih terlihat sedikit ketakutan. Sepertinya dia juga membayangkan hal yang sama denganku.

"Aku bersama Babas waktu itu, aku baik-baik saja, Sam." Arabella tersenyum manis berusaha menenangkanku.

Aku malah semakin mengerut tidak suka membayangkan Arabella berduaan dengan lelaki lain. Apalagi di ruangan yang gelap dan sepi. Walaupun itu Bastian, aku tetap tidak menyukainya.

Mengesampingkan urusan Alarick tadi, aku malah ingin menghukum rabbit nakal di hadapanku yang berani-beraninya menghilang dan bersama lelaki lain.

Tanganku bergerak dari paha ke dadanya hingga dress tidur yang dipakai Arabella sedikit naik, menampilkan pahanya yang mulus. Sampai di dadanya, aku meremas gundukan daging itu lembut.

"Aku cemburu, Bella. Tidak perlu pikirkan Alarick lagi, dia pasti sedang sibuk bersama Evelyn," ucapku yakin.

Ku harap Evelyn sangat mengganggunya hingga Alarick tidak berpikir mau kesini lagi. Aku masih ingin menikmati waktuku dengan Arabella yang hilang sebulan yang lalu.

Selama sebulan itu aku merasa impoten karena tidak bernafsu pada siapa-siapa.

Sekarang, disuguhkan gadis manis di hadapanku membuatku ingin mengurung dan menelanjanginya selama untuk menggantikan waktu yang hilang itu.

Ku bawa tangan Arabella yang menganggur ke arah bagian bawahku.

"Lebih baik kita tuntaskan ini dulu, rabbit, aku sudah tidak tahan."

-----------

HEHH SAM LU MALAH MIKIRIN NAFSU DULU

UDAH TAU BAPA LU OTW KE SANA

BTW ARABELLA SM SAM G IKUT PUASA YA GES MOHON MAKLUMIN😭

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA

LOVE YOUUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now