BAB 57

20.4K 1.6K 95
                                    

OMGGG UDAH LAMA BANGET GA UPDATE

SO SORRY GAISSS LAGI ADA YG DIKERJAIN

TAPI GUE TTP UPDATE DEMI KALIANN!!!

SOO ENJOYY

--------

"Darah? Aku menginginkannya!" 

Lelaki itu mendekatiku yang sudah terpojok. Wajahnya sangat menakutkan dan penuh nafsu, seperti tidak makan selama sebulan penuh.

Aku menatapnya takut seakan dia bisa saja membunuhku dalam sekejap.

Di samping itu, dia merasa tersiksa. Entah mengapa aku jadi tidak tega.

"Siapa namamu?" tanyaku takut-takut.

Dia terlihat kesakitan di hadapanku. Jarak kami sudah sangat dekat, dia memojokkanku. Padahal bisa saja langsung membunuhku, hanya saja ditahannya.

"Aku Bastian, apa aku mengenalmu?" 

Hidungnya mendekat padaku dan mencium di area leherku. Tanganku sudah ditahannya di samping kepalaku.

Bastian menarik napasnya kuat, menyukai apa yang dihirupnya.

Aku mengangguk ragu-ragu. Walaupun tidak saling mengenal, dari wanginya saja sudah ketahuan bahwa kita sedarah.

Akhirnya aku mengakuinya.

"Aku kembaranmu, kumohon lepaskan aku!" pintaku terbata-bata. Bagaimana tidak takut jika dia menatapku lapar seperti itu.

Bastian tertawa mengejek ucapanku, di matanya aku tidak lebihnya dari sekedar mangsa. Lagipula Bastian tidak mempercayai keluarga.

Semua itu bullshit.

Dia mengangkat daguku hingga wajah kami saling berhadapan.

"Dengar kata-kataku, aku tidak peduli kau keluargaku atau bukan, yang penting aku bisa merasakan darah manismu, cantik," ucapnya sambil menjilat bibirnya tidak sabar mencicipiku.

Aku ternganga dan menegang di tempat. Tidak dapat ditahan aku merasa sangat ketakutan.

Kukira kita akan bersikap layaknya keluarga pada umumnya dan saling berpelukan saking rindunya.

Namun, aku tidak dapat menyalahkan Bastian. Dia kelaparan.

Yang ku dengar dari Samuel, seorang vampir tidak dapat menahan nafsu laparnya karena rasanya sesak napas. Tenggorokan terasa kering dan merasa sangat haus.

Dibanding kecewa dengan ucapannya, aku lebih mengkhawatirkan keadaannya.

Wajahnya tegas namun entah mengapa terlihat banyak kesepian di matanya. 

Ku teliti tubuhnya yang tidak mengenakan baju, bawahannya hanya tertutupi celana jeans yang tampak robek. Tubuhnya berotot, namun bukan itu fokusku.

Aku baru menyadari jika di bagian alisnya juga terdapat bekas sayatan. Belum lagi sayatan di perutnya yang masih terlihat berdarah.

Jika saja dia bukan kembaranku, aku pasti akan mengiranya preman.

Tanpa sadar aku menyentuh luka itu dengan sebelah tanganku yang bebas.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku khawatir. 

Bastian mundur perlahan merasakan sakit saat aku menyentuhnya. Dia memejamkan matanya dan menggeram. 

Tatapannya matanya menajam dan melihatku tidak suka.

"Kau sengaja ya?!" 

Melihat kesempatan Bastian lengah, aku mengambil alih kendali. Hanya ini yang ada di pikiranku, aku harus menyelamatkannya.

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now