Target

17 6 0
                                    

Covered in lips

Whispers in your eyes

I'll be yours

Tak! Tak! Tak!

Rahandika mengetukkan kuku jari mengikuti irama lagu yang baru ia ciptakan. Ia mendengarkan ulang sekaligus memeriksa apakah ia melakukan kesalahan sembari menunggu jam setengah dua datang. Pria itu kini berada di dalam mobil yang terparkir di kawasan sekolah dasar tempat anaknya menimba ilmu. Jemputan kali ini khusus karena Jana akan membawa serta Yoda. Rahandika paling tidak bisa menolak keingian anaknya. Jana bilang ia pulang dengan sosok penting, jadi pria tetap menjemput meskipun bus sekolah sebenarnya juga bisa mengantarkannya pulang.

Entahlah apa yang dimaksud oleh anak semata wayangnya. Dia sudah punya banyak Yoda di rumah. Kali ini Yoda seperti apa yang akan ia lihat dan sepenting apa sosok itu sampai Range Rover putihnya harus keluar kandang?

"Ah sudah jam pulang," Rahandika berbisik pada dirinya sendiri ketika menyadari beberapa anak sudah keluar dari gerbang sekolah. Pria 35 tahun itu keluar dari tempat tunggunya dan berdiri di depan gerbang. Fisik tinggi besar dan rambut kemerahan yang makin jelas ketika terkena sinar matahari. Selain ia menjadi pusat perhatian para ibu di sana, tidak lupa juga mereka membicarakan status dudanya, Jana juga dapat menemukan ayahnya dengan mudah.

"Itu, kita sudah dijemput papiku," Surajana merangkul teman barunya sambil melambaikan tangan pada Rahandika.

"Wow, papimu sangat menonjol ditengah kerumunan ya," komentar anak laki-laki yang bersama Jana.

"Selalu seperti itu. Papi! ini temen dekat aku, Yoda," Surajana langsung mengenalkan anak itu pada ayahnya.

"Yodha, Om," anak laki-laki yang bersama Jana langsung mengulurkan tangan dan mengenalkan namanya dengan pengucapan 'dh' yang lebih jelas lalu tersenyum pada Rahandika, "Yodha Arkananta Danendra."

"Yodha Arkananta Danendra? Baiklah, ayo kita naik ke mobil," Rahandika memimpin dua anak itu untuk berjalan menuju parkiran. Ia berusaha menenangkan diri karena anak dari ketua yayasan tempat anaknya bersekolah kini bersamanya. Pria itu langsung tahu begitu nama belakangnya disebutkan, keluarga Danendra. Jadi, tidak boleh ada kesalahan sedikitpun atau lebih buruk lagi, anak itu pulang dengan keadaan tergores. Tentu saja, Rahandika tidak mau berurusan dengan Pak Danendra.

Baiklah, ia harus tetap menjaga anaknya sembari tetap mengerjakan aransemen. Terlebih setelah insiden dengan Marendra kemarin.

Setelah Surajana duduk di bagian kedua mobil bersama kawannya, Rahandika masuk ke bagian pengemudi, "Sekarang kita berangkat, anak-anak." Range rover putih itu beranjak dari tempat parkir menuju jalanan untuk kembali ke kandangnya. Sepanjang perjalanan, ayah dari Surajana mengawasi gerak gerik anaknya. Ia was-was kalau Jana melakukan sesuatu yang dapat membuat Yodha merasa tidak nyaman.

"Ehm, kalian dekat sejak kapan?" Rahandika kini berusaha membuka pembicaraan di antara mereka.

"Tiga minggu lalu sepertinya, Om. Awalnya waktu aku lihat Jana pakai plester gambarnya Yoda, jadi kita ngomong-ngomong," jawab Yodha sambil memamerkan gigi putihnya.

"Iya, haha, plester yang norak," Jana menyahut sambil tertawa.

"Aku setuju," anak itu tertawa bersama Jana. Rahandika menghela napas, oke, mengapa rasanya jadi seperti dia dibicarakan oleh dua bocah itu? Sebenarnya, plester itu salah satu koleksinya juga dapat difungsikan ketika ada yang terluka atau ia hanya sedikit sensitif tanpa alasan hari ini.

"Tapi terus kita sadar ulang tahunnya ayahku bareng sama ulang tahun, Om," Yodha melanjutkan perkataannya yang malah membuat Rahandika membelalakkan mata sembari tetap menyetir.

The CureWhere stories live. Discover now