Awal Proyek

19 6 0
                                    

Setelah melepas helmnya, Giyanta langsung menata rambut gondrongnya dengan mengikat cepol. Setelah yakin rambutnya tidak berantakan, barulah dia mengambil amplop cokelat di dalam jok motornya.

"Oh, dateng juga," seorang pria berbadan besar datang dari arah punggungnya sambil membawa 6 gelas kopi.

"Mau aku bantu, Sutradara Indrajaya?" cepat-cepat ia berinisiatif untuk membawa tiga renteng gelas dengan tangan kanannya sementara amplop cokelat berpindah ke tangan kirinya.

"Seharusnya kamu ga usah tanya kalau langsung bergerak begitu. Aku selalu memperbolehkanmu membantuku, Asisten Sutradara Gardapati," Sutradara Indrajaya, atau yang biasa dipanggil Dewo oleh Giyanta karena nama pertamanya adalah Sadewo, tertawa melihat tingkah kawan kerjanya yang kadang masih canggung dan kelewat formal padahal mereka sudah bekerja bersama belasan tahun, "Gardapati, nama belakangmu keren. Setara sama Patriot atau Jagabumi."

"Tiba-tiba memuji begitu," Giyanta tertawa tipis karena pujian tidak biasa yang terlontar dari rekannya.

"Ada tamu penting?" tebakan itu langsung keluar dari mulut Giyanta setelah melihat rekan kerjanya rela keluar sendiri untuk membeli enam gelas kopi, itu terjadi ketika mereka akan kedatangan tamu atau klien.

"Yang kali ini sangaaaat penting," Dewo tersenyum saat memberi penekanan pada kata 'sangat', "tapi sebelumnya kita bisa bicarakan rekomendasi Produser Rahandika, temanmu."

"Baiklah, di ruanganmu saja," mereka berjalan bersama menuju ruangan Dewo sambil sesekali menyapa karyawan lain yang ditemui sepanjang lorong perjalanan mereka. Begitu sampai, Giyanta langsung menyerahkan berkas yang sudah ia pelajari semalaman pada Dewo.

"Video musik promosional untuk b-side album Juanna. Hei! Ini proyek besar untuk kita! Kenapa Mas Giyanta bilang sama aku pesimis buat yang ini? Dia bahkan akan langsung ke kantor kita hari ini saat ini, itu kenapa aku memanggilmu juga," setelah menaruh berkas pengajuan di atas meja kerjanya, pria itu menatap kawannya yang masih terdiam dengan mata terbelalak.

"Juanna? Ke sini? Hari ini?" Giyanta sekali lagi memproses informasi yang baru saja masuk ke telinganya.

"Iya, dia ke sini. Harusnya kita optimis menyambut klien besar kita. Kenapa kamu kelihatan bingung gitu? Sebelum ini, Mas 'kan juga menangani iklan-iklan brand terkenal," Dewo mempertanyakan sikap pesimis Giyanta yang ganjil.

"Baru 3 yang bisa dibilang terkenal."

"Dan salah satunya iklan rokok yang terkenal cukup tricky ditambah Mas juga meng-handle background sound-nya. Aku juga sudah membaca berkas ini, tim dari agensi Juanna mengirimkannya padaku dan bilang secara personal ingin Mas Giyanta yang menyutradarai ini. Kalau ditanya aku setuju atau engga, jelas aku setuju. Tapi kita tetap harus membicarakannya secara formal. Kalau butuh untuk meyakinkan dirimu, nanti tanyakan langsung apa yang membuatnya tertarik untuk membiarkan Mas mengatur semuanya. Dia di sini sekarang," pria itu beranjak dari tempat duduknya dan Giyanta mengikuti juga. Mereka harus menyambut artis yang datang ke kantor Production House dengan hangat.

"Selamat datang Juanna," Sadewo menyambut dengan hangat sementara Juanna tersenyum menanggapinya.

"Kita bisa mulai pembicaraannya langsung 'kan?" suara lembut sang artis membuat para karyawan di sana terpaku. Perpaduan aura artis yang kuat dan keramahan bisa menyihir siapa saja yang melihatnya.

"Bisa, lewat sini," kini giliran Giyanta yang bersuara. Ia menunjukkan jalan pada Juanna, dua orang penjaganya serta seorang manajer. Ketika sampai di ruangan Sutradara Sadewo dan mereka semua duduk di kursi masing-masing, barulah pembicaraan dimulai.

"Pada proyek kali ini, permintaan pribadi dari Juanna adalah agar Giyanta Gardapati menjadi sutradaranya, benarkah begitu?" Dewo mengonfirmasi permintaan klien.

The CureWhere stories live. Discover now