Duet

17 5 0
                                    

"Jana, Jana," Yodha menghampiri mejanya sambil membawa selembar kertas setelah bel istirahat berbunyi.

"Mau ngajak ke kantin 'kan?" tebak Jana yang sudah bangkit dari tempat duduknya.

"Iya, tapi sebelumnya aku mau tanya. Kamu suka dance?" anak laki-laki dari keluarga Danendra itu memandang temannya dengan mata berbinar, menaruh harapan.

"Dance? Itu hobiku! Ada apa? Kamu mau mengajak latihan bersama?" anak dari Rahandika itu membalas dengan berbinar juga. Inilah yang dia tidak dapat di sekolah sebelumnya, patner dance. Yodha mengangguk sebagai jawaban, lalu menyodorkan kertas yang sedari tadi ia bawa. Jana membaca kertas tersebut secara saksama.

"Lomba Dance?" anak semata wayang Rahandika mengulangi apa yang tertera di lembaran tersebut.

"Iya, benar. Kamu mau jadi patner-ku ga? Terus kalau ikut lomba gini pendaftaran ditanggung sekolah. Sekolah. Bukan karena orang tuaku. Berlaku untuk semua anak," Yodha berusaha mempersuasi teman dekatnya.

"Oh? Boleh sih. Tapi itu artinya kita harus banyak latihan bareng," Jana menyahut ide itu dengan bersemangat.

"Aku juga ingin lihat style dance-mu seperti apa. Sepulang sekolah di ruang tari?" atas keinginan Yodha, sejenak ia meragu. Kalau mereka ada di ruang tari lewat dari jam pulang berarti dia akan melewatkan jadwal pulang bus dan tentu saja ayahnya tidak akan tahu kalau dirinya akan berada di sekolah lebih lama.

"Yah, bisa. Tapi aku harus bilang sama Papiku dulu sih sepertinya," Jana menyanggupi dengan syarat, "Sebenarnya soal perizinan bisa diurus nanti. Ayo kita makan dulu!"

"Ayo, kamu mau beli apa di kantin?" tanya Yodha.

"Mungkin nasi kuning. Kamu?" untuk menjawab pertanyaan Jana, anak itu kembali ke kursinya dan mengambil tas berisi kotak makannya.

"Aku bawa bekal. Tapi kita bisa makan bareng di kantin," Yodha kembali menghampiri Jana dan mengajaknya pergi ke kantin, "Ayo, Jana."

"Ayo!" dua anak dari dua keluarga berbeda itupun berjalan ke kantin.

"Aku tunggu di sini, ya?" Yodha memilih tempat duduk di dekat penjual.

"Okay, aku mau beli dulu," Jana berjalan ke penjual untuk membeli makanan.

Sementara itu, Yodha yang sedang duduk dihampiri oleh seorang anak kelas 5, "Kak Yodha!"

"Oh, Sentana. Duduk aja sini," Yodha memberi ruang disebelahnya agak anak itu bisa duduk.  

"Kak Yodha akhir-akhir ini sibuk 'kah?" tanya Sentana, "Sayang banget kakak udah ga ikut ekskul basket lagi."

"Ya, gimana lagi. Kelas 6 memang udah harus lebih fokus sama pelajaran. Tapi kalau kalian ngajak main-main juga aku mau," balas Yodha sambil tersenyum, "Kamu bawa bekal atau mau beli makanan?"

"Oh, aku mau beli bentar, Kak," anak laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju penjual makanan yang ada di sana.

Akan tetapi belum sampai di tempatnya, ia berpapasan dengan Surajana, "Eh, Sentana? Kamu ternyata sekolah di sini?"

"Iya, Kak. Dari dulu juga di sini," anak itu membalas sembari menunjukkan senyuman, "Kakak kapan pindah? Kok ga pernah ketemu?"

"Awal tahun ajaran baru aku pindah. Kamu beli makanan?" tanya Jana pada Sentana.

"Iya Kak. Aku beli dulu ya,"  setelahnya kedua anak laki-laki tersebut berjalan ke arah tujuan masikng-masing. Sentana pergi ke arah penjual makanan dan Surajana kembali ke tempat duduk yang sudah dijaga oleh Yodha.

The CureWhere stories live. Discover now