Bab 8 - Pentingnya Syahadatt bagiann 2

2.7K 136 0
                                    

Selesai berbicara dengan pak Dirman, Tatang kembali membawa jenazah ke rumah duka. Sampai di rumah duka, pak Yatno dan beberapa warga sudah menunggu. Mereka bergegas membawa almarhum ke ruang tengah untuk di shalatkan. Yatno pun meminta Sarno menunggu sebentar di depan rumah.

"Mas tunggu sebentar ya." ujar Yatno

"Nggih Pak, saya tunggu disini." jawab Tatang

Nampak Yatno masuk ke dalam rumah dan membawa satu kardus rokok untuk Tatang.

"Mas makasih banyak ya, maaf cuman bisa ngasih ini." kata Yatno

"Terima kasih banyak nggih Pak, diparingi sabar sekeluarga, insyaAlloh almarhum Khusnul Kotimah." ujar Tatang

"Aamiiin.. "

Tatang pun pamit ke Pak Yatno untuk kembali ke rumah sakit.

"Pak maaf nggih saya pamit kembali ke rumah sakit." kata Tatang

"Nggih mas." jawab Yatno

Di saat Tatang sedang berjalan menuju ambulans, ada seorang wanita tua, berusia kira kira 60 tahun mendatangi Yatno, lantas berteriak.

"Karepmu opo No, bojoku mati, aku mbi anakku lagi mbok kabari?" bentak Sri istri almarhum Sarno dengan logat jawa

Semua pelayat pun memperhatikan Yatno dan mbak Sri yang bertengkar dengan suara keras.

Yatno pun tetap diam, melanjutkan langkahnya ke tempat persemayaman mas Sarno.

Mbak Sri tak terima, dia tambah marah marah, lalu megejar dan menarik baju Yatno, hingga badannya hampir tersungkur jatuh.

"Sampean maksudnya apa mbak? Malu ini banyak pelayat" kata Yatno

"Jawaben pertanyaanku, kenapa awakmu lagi ngabari aku mbi anak anaku neg mas Sarno meninggal?"

Yatno yang terpancing emosi, akhirnya ikut marah juga.

"Mbak awakmu mbi anak anakmu sibuk rebutan harta ne mas Sarno saat masih hidup, sempat to ada inisiatif ngrawat mas Sarno? sempat to sebentar saja miker kesehatan mas Sarno?"

Mbak Sri pun diam tak menjawab apapun, wajahnya nampak malu. Dia lebih memilih berjalan ke arah peti almarhum mas Sarno, dan duduk didepan peti suami nya.
Mbak Sri nampak tak menangis sama sekali, wajanhnya nampak mecucu.

Ketika Tatang sedang melihat pertengkaran Yatno dan Mbak Sri. Tiba tiba ada seorang supir becak bernama Mbah Warto mengajaknya bicara.

"Heran ya mas kok berantem kaya gitu?" tanya Tatang

"Nggih Pak, ada apa ya? Baru ini saya lihat di pelayatan ada orang berantem." jawab Tatang

Mbah Warto pun selanjutnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mbak Sri itu kakak kandungnya Yatno mas. Wataknya suka menyalahkan orang lain, sedang Yatno orangnya baik, tulus bantu orang, almarhum Sarno semasa hidup yang memperjuangkan sampai sembuh ya Yatno, sampai sawah milik Yatno dijual untuk ngobatin almarhum." cerita Mbah Warto

"Oh gitu, lha anak anak anaknya sekarang dimana Mbah?" tanya Tatang

"Anak anaknya kerja di Jakarta semua mas, tapi ya gitu mas." jawab Mbah Warto

"Ya gitu gimana Mbah?" tanya Tatang

"Ya gitu mas, pada rebutan harta bapaknya padahal masih hidup, termasuk istrinya sendiri, almarhum tanah & rumahnya dimana mana mas, cuman ya itu mas." Mbah Warto menjelaskan

Tatang yang penasaran bertanya lagi.

"Njenengan gae penasaran saya terus mbah, ya itu gimana Mbah?" tanya Tatang

Mbah Warto diam sebentar, lalu menyampaikan sesuatu diluar dugaan Tatang.

"Almarhum Sarno ini dukun mas, seneng ritual pesugihan, dan ritual ritual yang berhubungan dengan perkara syirik."

"Waduh, kasihan ya Mbah." Tatang menanggapi

"Kasihan banget mas, meninggal dengan cara seperti ini, belum lagi anak istri nya malah rebutan harta tinggalan almarhum. Mereka sama sekali ga peduli ke almarhum dari sakit sampai meninggal." ujar Mbah Warto

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang