Bab 141 - Mbah Bandar Judi bagian 46

390 28 0
                                    

Sesosok perempuan berambut pirang bercelana hot pant, keluar dari dalam rumah Sugimin, menemui Harno & dek Aan

"Inggih, nyari siapa nggih?" tanya  perempuan tersebut

"Pak Sugimin Bu... "

"Oalah inggih, ditunggu sebentar saya panggilkan... "

Perempuan pirang tadi masuk untuk memanggil Sugimin. Sementara Harno dan dek Aan pensaran dengan perempuan tadi.

"Perempuan tadi apa istrinya ya dek?"

"Ga tau juga mas... "

"Loh gimana to, kamu kan dari kecil tinggal di daerah sini dek... "

"Ga ngikuti banget aku mas, seingatku dulu pak Sugimin belum sekaya ini mas, terus belum menikah juga... "

Perempuan berambut pirang serta bercelana hot pants, tadi kembi keluar menemui dek Aan & mas Harno.

"Ditunggu ya mas.. mbak, silahkan duduk dulu... " kata perempuan tersebut

"Nggih matur nuwun... " jawab mas Harno

Dek Aan yang penasaran lantas bertanya ke perempuan tersebut.

"Asmane sinten Bu ( namanya siapa Bu )?"

"Yuyun mbak... "

"Njenengan istrinya pak Sugimin nggih?"

"Bukan mbak, saya pegawai beliau, karyawan Salon didepan situ... " jawab perempuan pirang sambil menunjuk jalan raya

Selang beberapa saat 3 orang berwanita pirang, serta bercelana pendek hot pant datang.

"Assalamualaikum... " kata salah satu wanita pirang bercelana hot pants

"Waalaikumsallam, langsung masuk kedalam aja ya ladies... " kata Yuyun

Mas Harno & Dek Aan sontak kaget saat itu mendengar apa yang disampaikan Yuyun.

"Ladies?" celetuk Aan

"Mosok pak Sugimin ger*o... " mas Harno menimpali dengan suara pelan, sambil hatinya bertanya tanya.

Saat para ladies masuk kedalam rumah Sugimin, bertepatan pula dengan Sugimin yang keluar dari kamar mandi, menggunakan celana pendek, serta handuk kecil.

"Bos gaji bulan ini bos?" kata salah satu ladies karyawan Sugimin

"Kosik kosik, aku tak nemui tamuku dulu..."

"Yaelah Bos butuhnya sekarang... "

"Sabar udah tak siapin kok, tenang saja... "

Para ladies salon tadi tersenyum bahagia karena gaji sudah akan diserahkan, sementara Sugimin mengambil kemeja dan sarung, lalu dia gunakan, kemudian menemui dek Aan & Warno

"Loh kamu An? Ngapain kesini?" teriak Sugimin melihat dek Aan

Mas Harno langsung berdiri menyodorkan uang 1 juta sambil membungkuk merendahkan diri dihadapan Sugimin.

"Pak Min, kami sekeluarga mohon maaf nggih banyak salah, mohon dimaafkan, ini sisa utang almarhumah ibu kami tolong diterima... "

Sugimin justru marah, dia tak mau menerima uang tersebut. Dia justru mengusir keluar dek Aan & Harno.

"Kemarin itu bukan masalah uang, tapi harga diri brooo ! Sudah pulang saja ! Saya ga mau terima !"

"Tapi... " kata Aan terbata bata ketakutan

"Tapi apa?" tanya Sugimin keras

"Tapi almarhumah ibu kami belum bisa dimakamkan karena liang lahatnya penuh air...!" dek Aan menjelaskan dengan kondisi menangis

Sugimin justru tertawa mendengarnya.

"Hahaha, kapok wis , baru tau rasa kan dia sekarang... "

"Kami mohon dimaafkan nggih... " dek Aan menangis sambil berlutut didepan Sugimin

"Ga bakal, dan jangan harap gua peduli sama emak kamu yang udah mati !"

Harno yang melihat istrinya, Aan, dan almarhum ibu mertuanya di perlakuan demikian, merasa tak terima.

"Wis dek berdiri, jangan berharap kebaikan ke orang yang hatinya sudah mati... " teriak Harno sambil mengajak Aan berdiri dari posisinya berlutut

"Heh maksudmu hatinya mati apa !" jawab Sugimin

"Ya kamu itu hatinya mati ! Heh G*rm* berkedok alim !" bentak Harno sambil tangannya menunjuk  Sugimin dengan tatapan tajam


Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Where stories live. Discover now