Bab 17 - Karma untuk Mbak Sri bagiann 4

1.7K 90 0
                                    

Kira kira seminggu setelah pemakaman almarhumah Mbak Sri.

Salah satu penggali kuburan, bernama pak Warno menelpon Hanung.

"Mas kuburan ibu njenengan, bagian bawah berlobang terus menerus, sudah saya urug dengan tanah pasir, tapi tetap saja turun."

Mendengar hal tersebut, Salwa & Hanung meninjau lokasi tersebut, benar saja apa yang disampaikan pak Warno.

"Bener mbak, berlobang." kata Hanung

Selang beberapa saat kemudian, pak Warno datang, dan menyampaikan sesuatu.

"Sudah saya uruk 7 hari beruntun ini Bapak, tapi tetap saja masih berlobang kembali." kata Pak Warno tukang gali kubur

"Menurut njenengan harus gimana ini Pak?" tanya Hanung

"Nanti saya coba ratakan kembali dengan pasir batu, dan tanah yang bagus mas." kata pak Warno

Hanung yang mendengar hal tersebut, memberikan sedikit uang ke Warno.

"Ini nggih mas, tolong dibantu kuatkan makam ibu sekaligus bapak saya disebelah situ." kata Hanung sambil menunjuk makam alamrhum Sarno

"Nggih mas, matur nuwun." jawab Warno

Hanung & Salwa yang hendak pulang ke rumah, dipanggil kembali oleh Warno.

"Pak Hanung...!" teriak Pak Warno

Hanung berhenti, dan menghadap pak Warno bertanya.

"Gimana Pak?" tanya Hanung

"Gini Pak, ngapunten nggih, secara orang Jawa, kalau kejadian seperti ini terkadang ada hubungan sama wasiat tanah yang belum ditunaikan." nasihat pak Warno

"Nggih Pak, matur nuwun masukannya nggih." jawab Hanung

Hanung & Salwa yang mendengar hal tersebut, memutuskan ke rumah om Yatno, karena beliau dan istrinya yang merawat almarhum sampai dengan meninggal.

Sampai di depan rumah om Yatno, Hanung & Salwa mengetok pintu rumah.

"Om... assalamualaikum Om..." salam dari Salwa

Yatno pun membuka pintu dan cukup kaget.

"Mbak mas... tak kiro sopo, monggo pinarak." mas Yatno mempersilahkan Hanung & Salwa duduk.

Mereka pun memulai pembicaraan.

"Kapan pulang ke Jakarta lagi ini?" tanya mas Yatno sambil tersenyum

"Belum ada rencana balek om, ada berapa hal yang harus kami selesaikan, termasuk dengan Om." kata Salwa

Yatno yang mendengar hal tersebut cukup kaget.

"Maksudnya gimana nggih?" tanya Yanto

"Gini om, mau bertanya, barangkali bapak ada wasiat buat kami sebelum dulu meninggal?" tanya Hanung

Yanto diam sebentar, ketika mbaak Wi datang membawa beberapa gelas teh & jamuan cemilan untuk Salwa & Hanung.

"Monggo mas mbak, diunjuk, didahar." kata Hanung

"Nggih bulek." jawab Hanung

Mbak Wi, ikut duduk menemani Yatno.

"Ada apa mas?" tanya Mbak Wi

"Mbak Salwa sama Mas Hanung, tanya wasiat bapaknya dek."

Mbak Wi yang mendengar hal tadi, masuk kedalam kamar, mengambil sebuah kertas, lalu memberikan ke Hanung & Salwa.

"Ini mbak mas..." kata mbak Wi

Hanung & Salwa yang membaca kertas tersebut takjub campur kaget.

"MasyaAlloh... bapak gambar masjid dek." Salwa yang membaca brebes mili mata nya.

"Iya mbak, ini ada tulisan dibangun di Grogol." kata Hanung menambahi ketika melihat gambar tadi

Setelah Hanung & Salwa membaca kertas wasiat. Mbak Wi pun menyampaikan wasiat alamrhum Sarno.

"Beliau ingin bangun masjid di salah satu tanah peninggalan beliau mas mbak.." kata mbak Wi, menyampaikan wasiat almarhum bapaknya

Hanung & Salwa yang mendengar hal tersebut menangis, dan berjanji akan memenuhi wasiat itu sesegera mungkin.

"Hiks...hiks...hiks...insyaAlloh akan segera kami penuhi wasiat beliau." kata Hanung

Mas Yatno pun menyampaikan nasehat kembali saat itu.

"Iya Mas Hanung... Mbak Salwa... tapi yang paling penting adalah kalian harus memaafkan almarhum bapak, beliau memang dulu di masa muda nya senang perdukunan, tapi percaya sama Om.. di akhir hidup nya, almarhum insaf dan sangat dekat dengan ibadah." kata Yatno

"Nggih om, matur nuwun sanget nasehatnya." kata Hanung

Berselang 3 bulan setelah pertemuan Hanung & Salwa ke rumah om Yatno & mbak Wi, mereka pun menunaikan wasiat almarhum Sarno, tanah nya di wakafkan menjadi masjid.

"Alhamdullilah dek, masjidnya selesai, semoga bapak ibu Khusnul Khotimah, berada di surganya Alloh." kata Salwa

"Aamiin ya rabbal Alamin ya Alloh mbak." jawab Hanung

Saat itu Hanung pun memberikan masukan ke Salwa.

"Mbak kalau boleh, masjid ini diberi nama Masjid WiYanto saja mbak. Om & Tante sudah banyak jasanya ke bapak ibu." kata Hanung

"Setuju dek." jawab Salwa

Setelah itu pun kehidupan keluarga Hanung, Salwa, Om Yatno diparingi ketenangan. Kuburan almarhum mbak Sri juga sudah tidak ada gangguan lagi.

Kira kira 1.5 tahun setelah meninggalnya mbak Sri & mas Sarno, alhamdullilah Hanung & Salwa menemukan jodoh masing masing.

Salwa mendapat suami yang sangat sabar, seorang pria yang bekerja di bidang bisnis umroh. Orangnya islamis dan mengayomi. Salwa pun berpakaian islamis setelah menikah.

Sementara Hanung, dia masuk ke salah satu pondok pesantren, menjadi seorang pengajar. Alhamdullilah di pondok tersebut dia bertemu istri nya yang berprofesi sebagai pengajar pula.


Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora