Bab 9 - Kau Tutup Hidupmu dengan? bagian 1

2.6K 140 0
                                    

"Tang siang ini kamu antar jenazah ke area duren sawit ya."

Tatang sempat kaget mendengarnya.

"Loh? Jakarta bos?" tanya Tatang

Pak Zainal merasakan Tatang ada rasa keberatan dengan tugasnya.

"Jakarta Timur.. Udah ga usah pakai ngeluh, ga usah pakai lama. Langsung berangkat sana."

"Siap bos." jawab Tatang

Saat berjalan ke arah ambulans, Tatang nampak gedek & sumpek, karena belum persiapan perjalanan jauh. Tatang masuk ke ambulans dan membawanya ke depan pintu kamar jenazah. Ketika Tatang, hendak mengambil jenazah di kamar jenazah rumah sakit, nampak banyak sekali rombongan anak SMA dan beberapa guru berbaju KORPI berdiri di ruang jenazah.

"Farel... Farel... Hiks Hiks Hiks..." tangis anak anak SMA bersama dengan Guru Guru

Pak Dirman selaku petugas yang memandikan dan mengkafani almarhum Farel, memanggil Tatang.

"Tang sini bentar." panggil Pak Dirman pelan

"Iya Bah, gimana?" tanya Tatang

Pak Dirman pun menjelaskan kenapa anak anak SMA & guru gur menangis di depan kamar jenazah.

"Tang, ini almarhum meninggal karena kecelakaan. Tadi pagi masih berangkat ke sekolah, tapi mengeluh pusing. Lha kok ya naik motor sendiri, ternyata pas di simpang lima jatuh, kepalanya kehantam mobil, pas dibawa kesini ternyata sudah meninggal karena gagar otak." kata pak Dirman

Pak Dirman pun menuju kedalam ruang jenazah, sambil menunjuk tepat di kepala almarhum.

"Tang ini, darahnya masih ngalir, nanti kamu hati hati ya bawa mobilnya, kasihan jenazah."

"Nggih Bah, siap Bah." jawab Tatang

Tatang bersama pak Dirman menggeledek peti jenazah ke arah ambulan. Saat pintu belakang ambulan dibuka, beberapa orang mendekati Tatang & pak Dirman.

"Mas titip almarhum Farel ya mas, dia orang baik. Dia sering memberikan makanan ke karyawan bersih bersih sekolah, hampir tiap pagi mas." ujar salah satu guru bernama Bu Siti, sambil menangis

"Nggih Bu, siap, insyaAlloh saya hati hati bawa almarhum sampai rumah duka."

Beberapa saat kemudian ada teman sekolah almarhum bernama Eko dan Ardhy mendatangi Tatang.

"Pak minta tolong titip ini nggih, tolong diberikan ke keluarga Farel." kata Ardhy, sambil memberikan satu plastik barang.

"Ini apa dek?" tanya Tatang

"Comic yang sempat kami pinjam ke almarhum Pak." kata Eko

Tatang sedih campur kagum dengan keluguan anak anak tadi.

"Oalah iya dek, insyaAlloh nanti saya serahkan ke keluarga almarhum." jawab Tatang

Tatang pun menunju ke bangku supir ambulans, meletakkan plastik disebelah kursi supir, lalu dia berangkat menuju rumah duka.

Saat ambulan mulai keluar dari pelataran rumah sakit, semua menangis mengantar keberangkatan Farel dari rumah sakit, tak terkecuali Toro, dia mengejar mobil ambulans sampai di luar pintu keluar rumah sakit.

Tatang yang merasa kasihan melihat Toro berlari. Ia memilih menghentikan ambulans sejenak, menunggu Toro menghampiri dia. Saat Toro sudah disamping ambulans, Tatang membuka kaca jendela mobil.

"Kenapa adek?" tanya Tatang

"Saya saksi hidup Farel Pak, sebelum kecelakaan dia shalat duha bareng saya, dia sempat curhat ke saya, kalau dia banyak salah ke kedua orang tuanya. Tolong sampaikan maaf almarhum ke orang tua Farel ya mas."

Toro menyampaikan ke Tatang sambil menangis tersendu sendu, dipeluk oleh teman teman yang menghampirinya. Tatang pun ikut sedih. Ia pun berteriak ke teman teman Farel dan gurunya.

"Siap adek... adek... bapak... ibu..., semua titipan insyaAlloh saya sampaikan, pamit dulu nggih, wassalamu'alaikum."

"Waalaikumsallam, hati hati mas, Farel.... Farel....."

Teriak semua teman teman Farel dan Bapak Ibu Guru, disertai tangisan melepas kepergian almarhum Farel selama lamanya.




Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Onde histórias criam vida. Descubra agora