Bab 109 - Mbah Bandar Judi bagian 14

520 28 0
                                    

Sesampainya di rumah sakit Mbak Ninik & Mbak Jum, bergegas menuju ruangan almarhumah, nampak Dek Aan berdiri didepan ruangan.

Mbak Ninik menghampiri dek Aan lalu memeluknya, disertai tangis air mata.

"Dek... " tangis mbak Ninik sambil memeluk Dek Aan

"Mbak, ibu meninggal... " Dek Aan menangis dengan perasaan belum percaya kalau Mbah Titik sudah meninggal.

"Sabar ya dek... Sabar... yang ikhlas ... " mbak Ninik mencoba menepuk pundak dek Aan, untuk mengurangi kesedihan

"Iya mbak... "

Mbak Jum yang mencoba melihat ruangan almarhumah, jenazah sudah tidak ada, ruangan justru dibersihkan.

"Almarhumah mbah Titik dimana dek? Kok sudah tidak ada di ruangan?" tanya mbak Jum sambil menangis

Dek Aan melepas pelukan Mbak Ninik masih dengan keadaan menangis dan sedih, ia menjelaskan ke Mbak Jum keberadaan jasad almarhumah.

"Barusan dipindah ke ruang jenazah mbak Jum?"

"Loh iya to?" tanya mbak Jum

"Iya mbak, mau dipakai pasien yang lain setelah ini... "

Mbak Ninik yang mendengarkan hal tersebut, langsung menanyakan ke Dek Aan.

"Ruang jenazah dimana?" tanya  mbak Ninik

"Di ujung situ mbak... "

Mbak Ninik, Mbak Jum, & Dek Aan berjalan menuju ruang jenazah.

Saat sampai tepat didepan ruang jenazah. Nampak Mbak Ninik hendak masuk kedalam ruangan, namun Dek Aan memperingatkan beliau.

"Mbak tadi aku nyoba masuk ruang jenazah tapi ga boleh... "

Mbak Ninik sontak kaget.

"Lha kenapa ga boleh dek?"

"Harus lunasin biaya rumah sakit dulu mbak kata petugasnya... "

Mbak Ninik menelan ludah, bingung stres campur penasaran berapa biaya keseluruhan.

"Kira-kira habis berapa ya dek?"

Dek Aan datang menghampiri Mbak Ninik sambil menunjukan foto dari cashier rumah sakit total keseluruhan biaya almarhuhmah Mbah Titik.

"Ini mbak.... "

Mbak Ninik yang membaca total biaya di foto tersebut sontak kaget.

"Hah? 16 juta dek?"

"Iya mbak, aku ada 4 juta tabungan mbak... " jawab dek Aan sambil mengeluarkan amplop berisi uang

Mbak Ninik mencoba mengecek lagi sisa uang pembayaran sewa ruko di ebanking hpnya.

"Mbak tinggal 11 juta itu dek... "

Dek Aan lantas memberikan uangnya 4 juta di amplop ke Mbak Ninik.

"Gapapa mbak, ini buat nambahi.... "

Mbak Ninik tiba-tiba menangis saat Dek Aan menyodorkan uangnya.

"Dek ktpmu masih digadaikan ibu di koperasi merekah? 5 juta kan? Gimana nanti kamu bayarnya?"

"Sudah mbak, piker nanti saja, yang penting urusan rumah sakit selesai dulu... "

Mbak Ninik memeluk Dek Aan sambil menangis.

"Makasih banyak ya dek... "

"Sama-sama mbak... "

Saat mereka berdua berpelukan, tiba-tiba pak Kades mengirimi Mbak Jum sebuah foto.

"Mbak Ninik... Dek Aan... ngapunten nggih, tolong lihat foto ini bentar ! Ada foto yang dikirim pak Kades Wahid ke saya, kejadian bulan lalu... "

"Foto apa Jum?"

Mbak Ninik & Dek Aan kaget disertai tangisan yang lebih mendalam melihat foto yang ditunjukan Jum. Sebuah foto almarhumah Mbah Titik sedang mencatat taruhan di sebuah meja judi dengan orang-orang yang biasa berjudi di terminal dan pasar.

"Astaghfirulloh benar dugaan kita dek... " kata Mbak Ninik ke dek Aan

"Iya mbak... almarhumah ibu terjerumus kembali ke dunia bandar judi... "

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Onde histórias criam vida. Descubra agora