Bab 20 - Engkau sudah menunggu ku Ayah? bagian 3

1.4K 81 0
                                    

Tatang nampak menunggu di teras rumah almarhum Mbah Kamto, tepat saat jenazah sedang dishalatkan

Sementara ambulans yang dia kendarai, di parkir di halaman rumah tetangga, karena jalan masuk rumah almarhum hanya 2 meter.

"Ediannn... semasa hidup mungkin orang baik."

Tatang takjub melihat banyaknya pelayat yang menshalatkan saat itu, ratusan orang bergantian menshalatkan almarhum mbah Kamto.

Kira kira jam 9 pagi, saat jenazah selesai dishalatkan. Pihak keluarga dan pelayat nampak mulai memikul almarhum menuju ambulan.

Suara syahadat pun terdengar sangat kencang, karena dilantunkan oleh ribuan orang.

"Laillahillalah Lailllahillah....." terus menggema terdengar sampai di depan ambulan.

Saat peti dimasukan ke ambulan Tatang tak sengaja mengucap sesuatu.

"Panjang banget petine."

Celetuk Tatang saat melihat peti yang panjangan nya hampir 2.2 meter lebih.

Salah satu pelayat yang mendengar celetukan Tatang pun turut menanggapi.

"Hampir 2 meter mas tinggi almarhum." salah satu pelayat menanggapi celetukan Tatang

Kebetulan saat itu, mas Pri selaku anak tertua Mbah Kamto duduk disebelah Tatang.

Tatang pun mulai memancal gas ambulannya menuju TPU Bantaruling.

Saat di perjalanan, Tatang bertanya ke Mas Pri, karena penasaran dengan banyaknya pelayat yang datang

"Ngapunten Pak, almarhum mantan pejabat nggih?" tanya Tatang

Mas Pri yang mendengar hal tersebut, justru tersenyum.

"Bukan mas." sambil tersenyum

Mas Pri pun mulai sedikit bercerita.

"Bapak, mantan buruh pabrik tekstil mas, dulu almarhum kerja sebagai mandor di pabrik sanghaidu depan jalan situ." jawab mas Pri

Tatang yang masih penasaran bertanya kembali

"Ustad atau guru spiritual nggih? Banyak sekaliyang melayat Pak." tanya Tatang

"Bukan mas, beliau dulu kerja di pabrik sanghidu sejak jaman penjajahan, kebanyakan karyawan saat itu keturunan Tionghoa mas, Bapak saat itu mulai babat alas lah istilahe mas." jawab Mas Pri

"Babat alas gimana Pak? tanya Tatang

"Ya yang mulai masukan orang kampung sini kedalam pabrik shanghidau mas, tahun pertama 10 orang... tahun kedua 100 orang...lama kelamaan ga kerasa sampai bapak pensiun hampir 300 orang." kata mas Pri

Tatang pun lantas bertanya kembali

"Brarti tadi pelayat itu, mantan anak buah almarhum ya Pak?" tanya Tatang

"Nggih betul mas, yang bikin rame, anak cucu nya juga ikut melayat mas." jawab mas Pri

Tak heran saat itu sangat banyak pelayat yang datang, saat Tatang melihat belakang ambulan dari spion, dia Tatang shok kaget.

"Byuh... banyak benar rombongan motor dan mobil yang mengawal ke pemakaman almarhum, mirip pawai kampanye caleg gini." batin Tatang kaget

Saat sampai di depan gapura TPU bonoulir, mas Pri minta ke Tatang ambulan berhenti sebentar.

"Mas tolong minggir ke kiri sebentar." kata mas Pri

"Nggih Pak

Nampak mbak Trias turun pula dari mobil, menghampiri mas Pri, untuk mendiskusikan sesuatu.

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Where stories live. Discover now