Bab 23 - Kau lihat yang aku tidak lihatt? bagian 2

1.4K 72 2
                                    

"Shek....Shek...Shek...Shek...." suara sikat dan handuk menggosok badan almarhumah Yanik

Nampak di kamar mandi belakang, Bu Dwi dan Ibu Ibu kampung memandikan jenazah almarhum Bu Yanik

Selesai dimandikan, jenazah dikafani, ditaruh keranda untuk selanjutnya dishalatkan.

Saat almarhumah hendak di shalatkan Mbak Saras menemui Bu Dwi saat itu.

"Bu insyaAlloh nanti dikebumikan di Melayu Banyuwangi, tanah kelahiran Ibu." kata mbak Saras

"Ga terlalu jauh to mbak?" tanya mbak Dwi

"Mboten Bu, sudah wasiat Ibu, pingin dimakamkan di sebelah Mbah Kakung."

"Ya sudah kalau gitu, keluarga disana sudah dikabari ya mbak?" tanya Bu Dwi

"Sudah Bu, ada Mbah Uti & bude bude disana juga disana"

"Iya mbak, yang penting sudah ada yang nyiapakan pemakaman almarhum disana"

"Nggih Bu."

Hamdan yang melihat Bu Dwi dan Mbak Saras mengobrol, bergegas menemui mereka.

"Mbak....Bu... Saya sudah pesan ambulan barusan, info dari pihak rumah sakit jam 10 sampai sini."

"Iya dek, makasih ya." jawab Saras

Bu Dwi yang mendengar informasi dari Hamdan, bertanya ke Saras.

"Nanti yang dampingi di ambulan siapa mbak...mas?" tanya Bu Dwi.

"InsyaAlloh Hamdan Bu, saya bareng rombongan keluarganya Bapak."

Bu Dwi yang mendengar Saras menyebut rombongan keluarga Bapak, mencoba bertanya sehalus mungkin ke Hamdan & Saras

"Mas... maaf banget ya, kalau aku salah ngomong, nyuwun sewu ya, bapak sudah tau ibu meninggal?"

Hamdan yang mendengar menjawab agak ketus, dan keras ke Bu Dwi, tapi Bu Dwi sabar karena memahami kondisi psikologis mereka terhadap bapaknya.

"Saya sudah ngabari, bude Sur, sama Om Wardi Bu, harusnya Bapak juga sudah diberi tau." jawab Hamdan agak ketus dengan nada tinggi

"Bude Sur sama Om Wardi itu siapanya bapak mas?"

"Bude Sur kakak kandungnya bapak Bu, kalau Om Wardi adek kandungnya Bapak."

"Oalah ya, sudah, minimal keluarga dari bapak sudah tau." kata Bu Dwi

"Sudah Bu, insyaAlloh bude Sur sama Om Wardi nanti juga ikut ke Banyuwangi.

"Alhamdullilah, apik iku Bude sama Om mu mbak, mau ikut kesana." jawab Bu Dwi memakai bahasa jawa

"Nggih Bu, sebelum telepon, saya kira tidak mau ikut, alhamdullilah mau." jawab Sarah

"Lha ya....alhamdullilah." jawab Bu Dwi

Bu Dwi yang melihat terik matahari diluar rumah bergegas bertanya ke Saras

"Jam berapa sekarang mbak?" tanya Bu Dwi

"Jam setengah 9 Bu." jawab Saras

"Pelayat tak persilahkan masuk yang mau menshalatkan."

"Nggih Bu."

Beberapa pelayat yang hendak menshalatkan almarhumah pun masuk kedalam ruang tengah, nampak pula Pak Yamin teman kantor almarhum Yanik datang hendak menshalatkan almarhumah.

"Sing sabar nggih mbak, insyaAlloh Khusnul khotimah." kata Pak Yamin sambil menyalami Mbak Saras

"Nggih Pak.. aamiin ya Rabal Alamin." jawab Saras

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora