Bab 132 - Mbah Bandar Judi bagian 37

442 29 0
                                    

Pak Jarot dan yang lain pun mulai mengangkat keranda jenazah keluar dari rumah mbak Ninik. Isak tangis pun melepas kepergian almarhumah Mbah Titik selama lamanya.

Saat keranda sudah didepan rumah, mbak Ninik & dek Aan menangis kencang, namun tetap berusaha melafalkan syahadat.

"Hiks... Hiks... Hiks... Laillaha illalah muhamadarasulluloh... "

Mas Harno yang menyadari kesedihan mendalam yang dialami Dek Aan menghampiri sambil menenangkan hati Dek Aan.

"Sabar ya dek... Sabar.... "

"Hiks... Hiks... Hiks... "

Dek Aan hanya diam. Kesedihannya terlalu mendalam karena jarang bertemu almarhumah semasa hidup.

"Aku urung puas ngopeni ibu... " batin Dek Aan dalam was was serta godaan setan

Sementara itu Pak Jarot dan yang lain terus berjalan pelan pelan mengangkat jenazah almarhumah mbah Titik. Nampak sekali Pak Jarot langkah kakinya seperti akan jatuh, ketika berjalan ke arah pemakaman sekitaran 600 m dari rumah Mbak Ninik.

"Ga kuat aku wis, berhenti dulu istirahat yo... " teriak Jarot

"Iyo pak, ngaso sim... " kata Wir salah satu petugas angkat jenazah saat itu

Keranda jenazah pun diturunkan sementara waktu untuk istirahat. Pak Kades Wahid yang melihat Jarot cs duduk kelelahan langsung menegur.

"Lha pie to? Lagi mlaku semene kok wis mandek?"

Jarot diam tak menjawab apapun, sementara Mbak Ninik yang heran campur kesal bertanya pula saat itu ke pak Jarot.

"Kok berhenti pak Jarot?"

Pak Jarot yang tiba-tiba kesal, melempar sebuah batu yang dia dapat dari tanah tempat dia duduk, ke arah samping kaki mbak Ninik.

"Kesel dul ! Angkaten dewe coba jenazah ibumu Nik? Neg ora pak Kades sing jaluk tolong, ga kiro aku bantu keluargamu!" Jarot marah-marah ke mbak Ninik

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz