Bab 27 - Rezeki sudah Tertakar bagiann 1

1.4K 62 0
                                    

"Pak...shalat...Pak...shalat...Bapak Shalat..."

Jumat dikala subuh saat udara sedang dingin dingin nya, Marni berusaha mengingatkan bapak nya, Pak Darto, untuk shalat.

"Bapak ngantuk...sudah lah jangan ganggu !" Pak Darto marah membentak Marni

Marni saat itu sedih melihat bapaknya seperti itu, dia hanya bisa berdoa saat itu.

"Ya Alloh mudah mudahan engkau bukakan pintu hati bapak hamba ya Alloh.."

Bu Darto selaku ibu Marni, yang mengetahui Marni dibentak bapaknya, menghampiri Marni dengan raut wajah sedih.

"Sudah dek...sudah...bapakmu sudah berkali kali ibu sama masmu ingatkan...tetap saja ngeyel" kata Bu Darto

"Jangan gitu Bu, kita ga boleh bosan bosan ngingatkan bapak Bu, sudah beberapa bulan bapak tidak shalat sama sekali..." jawab Marni

Mas Pri selaku kakak Marni, mendengar percakapan ibu dan adek nya, langsung mendatangi mereka.

"Ada apa ini pagi pagi kok sudah rame?" tanya mas Pri

"Adekmu ini lo mas, sudah ibu bilang ga usah ngingetin bapak lagi, daripada nanti dibentak bentak terus..." kata Bu Darto

Mas Pri pun meminta Marni duduk di meja makan saat itu.

"Marni minta tolong sini bentar ya..." Mas Pri meminta tolong

"Nggih mas...." jawab Marni sambil duduk didepan mas Pri.

Marni paham betul saat itu Mas Pri hendak menyampaikan sesuatu.

"Gimana mas?" tanya Marni

"Dek, kamu kan tau bapak dulu mudanya non muslim, baru jadi muslim setelah nikah dengan Ibu to"

"Iya mas, terus kenapa?" tanya Marni

"Ya ngasih tau nya pelan pelan dek, ga bisa langsung kamu dedel gitu, harus pelan pelan..."

"Gini mas, bapak sudah menikah dengan Ibu 23 tahun to? dan beberapa kali dulu bapak juga sempat shalat to...?"

"Iya dek, cuman adek juga harus faham bapak mualaf di usia 30 tahun.. " jawab mas Pri

"Maksudnya gimana mas?" tanya Marni

"Artinya.................. Bapak, dari kecil tidak ditanamkan orang tua nya dasar & keimanan bahwa shalat itu dasar beragama, beda sama kita..." jawab mas Pri

"Beda gimana mas ?" tanya Marni kembali

"Beda dek, kesadaran kita shalat sudah ditumbuhkan Ibu dari kecil, sementara bapak masih perlu kita tumbuhkan, itu pun pelan pelan, dibawa have fun gitu ngasih tau nya... biar bapak penerimaanya juga enak..." nasehat mas Pri

Saat mas Pri sedang menasehati Marni, pak Darto ternyata mendengar apa yang mereka bicarakan dari ruang sebelah.

"Shalat lagi shalat lagi yang dibahas !" bentak Pak Darto ke Marni dan mas Pri

Mas Pri memilih duduk diam, sementara Marni menahan emosi nya yang mulai naik.

"Bapak sudah capek kerja dari pagi sampai malam, kalihan masih aja cari cari kekurangan bapak !" bentak Pak Darto

Marni yang emosinya naik, berdiri lalu memberi tau pak Darto.

"Pak shalat itu bentar, paling lama 15 menit, sehari juga cuman 5 kali..." balas Marni

"Kamu apa tau di kantor suasana gimana? Bapak kencing bentar aja sudah dicari dan dimarahi supervisor produksi bapak, susah ijinnya...!" pak Darto memberi tau dengan nada tinggi

"Sudah Pak...sudah Pak..." Mas Pri mencoba menenangkan suasana saat itu

Pak Darto masih terus marah, saat itu memang dia sedang bekerja di salah satu pabrik milik Korea yang jam kerja nya luar biasa padat.

"Siang ijin shalat... Sore ijin shalat... Malam ijin shalat... Apa pimpinan ya boleh? Kalau ayah sampai dipecat gimana?" tanya pak Darto dengan nada tinggi

"Cari kerja lain Pak ! Nanti pasti Alloh beri jalan" jawab Marni ketus

"Kamu ngomong gitu enak? Yang ngasih makan kalian siapa kalau bapak nganggur !" bentak Pak Darto

"Alloh kasih jalan Pak, pasti itu... justru yang bahaya saat kita mati dalam keadaan tidak shalat, Bapak tau? pintu surga tertutup rapat untuk kita Pak..." jawab Marni dengan nada tinggi

Pak Darto wajanhya memerah emosi, nampak hendak memukul Marni tapi menahan diri, mas Pri dibelakang pak Darto mengelus elus bahu pak Darto.

"Sabar nggih Pak... sabar...dek Marni niatnya baik bapak... sabar nggih ...." Mas Pri mencoba menenangkan keadaan

Bu Darto yang saat itu sedang memasak di dapur, mendengar suasana makin memanas dari ruang tengah, dia bergegas menuju kesana.

"Pak sudah Pak...sing rukun pak...." Bu Marni memeluk pak Darto dari belakamg sambil menangis

Pak Darto mereda emosinya mendengar tangis Bu Darto. Ia memilih masuk ke kamar dan menutup pintu kamar, untuk menenangkan diri.

Sementara itu Marni dan Mas Pri bersiap untuk berbocengan naik sepeda motor. Mas Pri menuju ke kantor sementara Marni menuju SMA.

"Dek maaf ya, nanti mas ada acara kantor sampai malam, ga bisa jemput dek Marni..."

"Gapapa mas, nanti aku naik bis atau angkot..." jawab Marni

Bu Darto yang saat itu membuat puding dari kemarin malam menawari mas Pri dan Marni makan..

"Dek sarapan dulu...di kulkas juga ada puding" kata Bu Darto

"Nggih Bu.." jawab Marni dan mas Pri

Mereka berdua pun sarapan dengan nasi SOP yang sudah dimasak Bu Darto. Saat hendak berangkat ke sekolahnya, Marni berpesan ke Bu Darto.

"Bu nanti puding coklanya aku sisain satu ya, aku makan setelah pulang sekolah.."

"Iya dek... ibu buat 2 mangkok, buat kamu sama mas mu..." jawab Bu Darto

"Nggiih Bu, matur nuwun, aku berangkat dulu...wassalamu'alaikum."

"Hati..hati ya dek...waalaikumsallam..."

Salam Marni ke Bu Darto di saat itu, membekas sekali di hati Bu Darto sampai dengan saat ini.


Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Where stories live. Discover now