Bab 39 - Rezeki sudah Tertakar bagiann 11

977 48 0
                                    

"Hiks... Hiks... Hiks..."

Bu Darto masih terus menerus menangis didalam mobil inova yang dikendarai pak Zainal, sementara Pri melamun sambil air mata nya menetes.

"Mas tolong kasihkan ini ke ibumu..."

Pak Zainal memberikan satu plastik tisu ke Pri yang saat itu duduk tepat disebelah pak Zainal, sementara Bu Darto tepat ada dibelakang Pri.

Saat semua sedang diam. Pak Zainal pun lantas bercerita.

"Informasi dari saksi mata kecelakaan, adek panjenengan sama teman nya sudah nyebrang ke pinggir jalan situ mas, tapi bis yang nabrak terlalu mepet kiri jalan..."

Kata pak Zainal sambil menunjuk sebuah gang dipinggir jalan.

"Loh? Kok sama persis gang yang dilarang perempuan yang bonceng aku tadi?"

Batin Pri saat melihat lokasi yang ditunjuk Pak Zainal. Hati Pri pun jadi bertanya tanya saat itu.

"Bagaimana keadaan teman yang boncengkan adik saya Pak?"

"Qodarulloh meninggal juga mas, barusan saya diberi kabar oleh pihak rumah sakit, keluarga almarhumah sudah ada disana..."

Pri sontak kaget saat itu.

"Loh meninggal juga Pak?"

"Iya, meninggal juga, kenapa mas?"

Pri lantas menjelaskan kejadian yang janggal yang tadi sore dia alami.

"Tadi waktu pulang kerja ada perempuan di pinggir jalan situ, numpang mbonceng motor saya sampai ke seberang sana Pak...."

"Terus gimana mas?"

"Dia cerita nunggu dijemput keluarga nya , terus waktu saya antar dari pinggir jalan ke depan gang situ, dia jalan menuju belakang masjid..." kata Pri sambil menunjuk lokasi tersebut

"Rumahnya di belakang masjid situ mas?"

"Nah ya itu, setelah perempuan tadi berjalan ke arah masjid, saya cari lagi ga ada Pak..."

"Hah? Mosok mas?"

"Iya Pak beneran, disitu cuman ada tembok tembok, dan yang saya lebih kaget lagi..."

Pak Zainal yang penasaran mencoba bertanya kembali.

"Kaget gimana mas?"

"Sebelum turun dari motor, dia cerita ke saya, badha ashar tadi ada perempuan sama teman nya baru saja kecelakaan di gang yang njenengan tunjuk tadi..."

"Sama persis dengan gang yang saya tunjuk tadi to mas? Jangan jangan njenengan salah lihat..."

"Saestu Pak, persis yang panjengan tunjukan tadi...."

Pak Zainal nampak diam, bingung harus menjawab apa, sedangkan Pri kembali bercerita.

"Perempuan tadi juga sempat cerita, kalau ada satu orang yang meninggal, sementara yang satunya lagi hidup..."

Pak Zainal hanya menegun air ludahnya sambil hatinya batin.

"Perempuan yang satu nya memang barusan ini meninggalnya, setelah ditangani rumah sakit ternyata Alloh berkehendak lain..." batin Pak Zainal

Mendengar cerita Pri, Pak Zainal teringat kembali cerita Tatang tentang almarhum Frans.

"Mohon maaf ya sebelumnya mas, apakah anggota keluarga ada yang dinampaki sosok perempuan tadi juga?"

"Ibu dan Bapak saya juga mas..."

Bu Darto yang masih menangis sesenggukan, nampak punggungnya sempat dielus elus oleh Pri.

"Bu yang tenang nggih Bu.......yang tenang...."

Beliau nampak dengan kondisi menangis menceritakan kejadian tadi siang.

"Mas Darto kelihatan di meja makan, sama dengan saya, hiks....hiks....hiks......"

Bu Darto menceritakan dengan hati yang tersayat ssayat sedih kehilangan anak bungsunya.

"Tadi juga sempat temannya ngaji yang besuk mau nikah, diberi selamat sama dia.....hiks....hiks....hiks...."

Pak Zainal yang mendengar seluruh kejadian tadi mulai paham apa yang terjadi.

"Mas, maaf ya sekedar cerita, berdasar pengalaman saya yang sudah sudah, hampir pasti sampean bapak dan ibu njenengan didatengi oleh Jin Qorin yang biasa nempel sama adek njenengan.."

"Jin Qorin itu apa Pak?" tanya Pri dengan nada agak takut

"Jin Qorin itu sejenis jin yang menempel sejak orang tersebut lahir sampai dengan dia meninggal..."

"Loh ada to kaya gitu Pak?"

"Ada mas..."

"Berbahaya?"

"Bukan masalah berbahaya tidaknya, Jin Qorin ada yang baik ada yang buruk mas, tapi kebanyakan buruk karena sering mengganggu..."

Pri sempat tambah kaget mendengar hal tersebut.

"Waduh"

"Tenang mas, penting rumah digunakan untuk ngaji, terus dirutinkan itu mas, dan setiap kita beraktivitas apapun gunakan hati kita untuk berdzikir..."

Setelah bercerita hal tersebut, pak Zainal nampak lebih memilih diam sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, karena suasana sedang sangat berduka. Namun hati kecil nya masih ada rasa kekhawatiran.

"Putra mas Darto dan mbak Yat sudah meninggal, tapi Jin Qorin akan tetap hidup. Setelah ini mudah mudahan tidak akan mengganggu keluarga mereka lagi." Batin dan doa dari pak Zainal kala itu.

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Onde histórias criam vida. Descubra agora