17. 🌹 Aldrian Brawijaya

302 27 9
                                    

••
Kadang kenyataan gak pernah bisa sejalan dengan
apa yang lo harapkan. Tapi lo harus percaya kalo Tuhan adalah pembuat skenario terbaik di hidup lo.

-My Guardian Angel-

🌹🌹🌹

Shena sedang berguling ke kanan seraya memutar rubrik milik Leo yang tadi sempat membuat adiknya itu menangis tersedu-sedu. Jagoan kecil itu bilang jika mainan barunya rusak, padahal Leo hanya tak mampu menyusun kembali warna-warna rubrik itu hingga membentuk sebuah kotak warna yang utuh.

Gadis itu terkesiap kala mendengar ketukan di pintu kamarnya.

"Shen, Leo mau lihat ubiknya." Suara yang terdengar lembut itu begitu menggemaskan di telinga Shena.

Gadis itu terkekeh, seraya membaringkan tubuhnya dengan posisi telentang. "Masuk aja, gak di kunci."

Terdengar suara ganggang pintu yang terbuka, namun Shena masih enggan beranjak dari posisi terlentangnya. Arez yang sedang menggendong Leo langsung mencium aroma parfum rose di kamar bernuansa pink soft itu. Kamar berukuran besar itu terlihat sangat rapi, terkecuali rak buku. Bahkan sejujurnya, Arez tak percaya jika kamar Shena bisa serapi ini.

"Mana ubik Leo, kak?" Jagoan kecil itu meronta turun dari gendongan Arez seraya mengusap pipinya yang basah oleh air mata.

Gadis cantik dengan kaos putih dan celana denim di atas lutut itu bangkit dari posisinya, "Nih, kalo muter jangan terlalu bersemangat, ntar gak bisa di benerin lagi." Ujar Shena seraya mencium pipi adiknya.

"Ma'aci kakak." Leo tertawa setelahnya, ia tak henti-hentinya takjub menatap rubriknya yang kembali seperti semula.

Sementara Arez masih berdiri mengahadap rak buku, memandangi quotes-quotes yang Shena susun di meja belajarnya. Juga rumus-rumus pelajaran yang ia hias di dinding kamarnya. Arez cukup takjub melihat kreativitas Shena yang baginya setara dengan anak Taman kanak-kanak. Tangan Arez pun mulai bergerak meraih secarik kertas yang tergeletak begitu saja di atas meja belajar.

Menyadari apa yang akan Arez lakukan, Shena cepat-cepat merebut kertas itu. "Balikin!"

Cowok itu tak menggubris perintah Shena, dengan senyuman yang tak bisa Shena pahami, ia membuka secarik kertas itu dengan smirk jailnya. "Surat yang ke lima belas, wih, gila, lho tukang pos?"

"Arez, itu privasi orang!" Gadis itu merebut kertas yang baginya teramat sangat penting.

Dan tanpa usaha yang berlebih, Arez menghalau tangan Shena hingga ia bisa meraih tulisan itu lagi. Sialnya, tangan Arez memang sekuat baja. Gadis itu kesulitan untuk meraih kertasnya. "Lo tau gak sih, kalo gue selalu jadi penikmat senyuman lo?" Arez berdecih setelahnya.

"Tapi gue tahu, gue bukan alasan lo tersenyum, gue cuma penikmat doang." Lanjut cowok itu dengan santainya.

Arez memasang raut wajah jailnya setelah memandangi kertas itu kemudian ganti menatap wajah pias Shena.

Shena yang sudah kehilangan kesabaran lantas menggigit tangan Arez hingga cowok itu meringis, "Ebuset, iya, nih gue balikin."

Shena mendengus, "Lo di ajarin caranya mengahargai privasi orang gak sih?"

Cowok dengan kaos merah dan celana selutut itu duduk di ujung kasur bertema hellokitty. Ia terkekeh mendapati raut sebal milik Shena. "Jadi, gini ya, Shen, kalo lo suka sama dia. Bilang lah." Arez menatap Shena dengan cengiran, "Jangan cuma jadi tukang pos doang."

My Guardian Angel [MGA]Where stories live. Discover now