44. 🌹 Why?

238 17 3
                                    

"Bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang benar-benar kau cintai?"

•●•
My  G U A R D I A N  A n g e l

🌹🌹🌹

SHENA sedang tertawa bersama Kiki di depan kelasnya. Gadis ramping itu kini lebih suka menggulung rambutnya. Ia lebih suka bercanda di koridor kelas akhir-akhir ini. Ya, kurang lebih selama delapan hari ini. Waktu yang cukup lama bagi Shena merasakan duduk sendirian di bangkunya. Kesepian? Tentu saja. Entah mengapa Shena begitu merindukan masa-masa dimana ada makhluk super dingin yang membuatnya kesal setengah mati. Caranya mengabaikan Shena, membuatnya kesal, tapi diam-diam begitu peduli pada Shena. Rasanya, semua hal tentang Arez begitu membuat pola pikirnya membentuk kata sepakat untuk mengiyakan bahwa Shena merindukan Arez.

"Gue mendadak kangen Arez." Kiki menyebut nama itu. Nama yang sialnya sedang memenuhi isi kepala Shena belakangan ini.

Igo mengangguk setuju. "Shen, lo gak kangen apa sama deskmate lo?"

Gadis itu menoleh sekilas bersamaan dengan detak jantungnya yang beradu tak menentu. Namun, sebisa mungkin Shena mengabaikan rasa aneh itu. "Gue lebih kangen Aldrian." Jawab Shena pura-pura acuh.

Igo menatap Shena tak percaya. "Yeee, cowok lo baru aja pamit ke ruang Osis kali. Beda sepuluh langkah dari sini aja lo kata kangen."

"Namanya juga bucin, biarin aja. Aldrian ngasih tai kucing juga kerasa coklat buat Shena." Kiki mengibaskan tangan, seolah masalah perbucinan Shena adalah hal yang tidak penting.

Shena menarik pipi kanan Kiki hingga memelar. "Ya gak gitu juga karung beras."

"Iyalah! Lo aja yang gak peka kalo lo makin bego semenjak pacaran sama tuh Ketos." Kiki memasang wajah sewotnya.

Dulu Shena paling rajin mengingatkan Kiki soal belajar, ia paling terdepan dan terpercaya jika sudah menyangkut hal yang ia sukai juga kepentingan orang-orang yang ia sayangi. Kini, bahkan Kiki tak pernah mendengar Shena mengajaknya belajar. Boro-boro belajar, ketimbang sepedaan di kompleks bersama Kiki, Shena jelas lebih memilih jalan-jalab bersama Aldrian.

Sedikit banyak Aldrian telah menyita waktu Shena dengan sekitarnya. Ini terhitung tiga hari sejak mereka baikkan. Yang Kiki tahu, ia jarang berangkat bersama Shena. Tiap pagi, mobil Aldrian selalu nongkrong didepan pagar rumah Shena. Pun saat istirahat, Aldrian langsung menjemput Shena dan tak membiarkannya sedetikpun beralih dari cowok itu. Apalagi saat pulang sekolah, Aldrian langsung melimpir menuju kelas Shena. Memastikan gadisnya itu pulang bersama. Kiki jadi malas, apakah Aldrian pikir hidup Shena hanya seputar dirinya saja?

Rejeki Ramadhan, sahabat Shena itu mulai berpikir andaikan saja Shena jadian dengan Arez. Pasti mereka bisa menghabiskan waktu bersama, tanpa ada yang terkesampingkan. Arez terlampau piawai bergabung dengan siapapun yang ada di sekitar Shena asalkan orang itu tidak berbahaya baginya. Arez tak pernah mengklaim waktu Shena. Meskipun dari segi manapun Kiki tahu jika orang tua Shena jauh lebih mempercayakan Shena pada cowok bule itu.

"Nah tuh Arez tuh." Igo menceletuk saat melihat seseorang berjalan melewati koridor ipa.

Kiki langsung heboh, ternyata dewi fortuna mendengar harapannya. "ASTAGA AREZKU!" Cowok itu mengekori Arez menuju kelasnya.

Arez tampak berbeda. Tidak serapi biasanya. Wajahnya pun tampak kacau. Terlihat dari rambut berantakkannya, sedikit kantung mata dibawah mata hazelnya, wajahnya yang tak sesegar biasanya. Dahinya yang terhias dua handiplash coklat. Juga kedua tangannya yang dihiasi perban di setiap jarinya. Arez sangat-sangat kacau.

My Guardian Angel [MGA]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ