23. 🌹 Precious

280 32 0
                                    

Halo❤
Maap updatenya telat+pagi2
Soalnya barusan nemu edi.
Ya, you know lah edi suka ilang-ilangan gak jelas.
(Edi : ide)

Sebelumnya, jangan lupa pencet bintang di bawah. Cuma pencet kok, gak susah kan? Hehew❤❤

Oke, are you ready?

Burgundyshan🌹

••
Kalo lo mati, gue gak bakal maafin lo.
••
-Arez Airlangga-
..
My Guardian Angel
 
🌹🌹🌹

Shena membuka matanya perlahan-lahan, merasakan dinginnya hawa AC yang menerjang tubuhnya yang entah mengapa merasa sangat lelah. Ia merasa kelopak matanya tak sanggup untuk terbuka saat ini. Ia ingin kembali tidur, tubuhnya benar-benar terasa sedikit berbeda. Hidungnya terasa nyeri dan juga gatal. Tapi rasa sakitnya lebih besar ke bagian pipi kananya yang rasanya memar setengah mampus. Ia bahkan meringis saat menggerakkan bibirnya. Dan juga, leher bawahnya, di dekat dadanya terasa perih, seolah ia habis menubruk sesuatu yang berbahaya? Macan? Singa? Tebing? Batu karang?

Shena merasa pusing memikirkannya. Jadi ia memilih memejamkan matanya, lagi.

"Ish, gue udah nunggu-nunggu lo bangun, dan lo malah mau merem lagi?" Zia langsung melotot tanpa ampun.

Gadis yang terbaring itu meringis, ia merasakan sakit menerpa bagian atas dadanya dan juga pipinya.

"L-lo g-gak buta kan?" Katanya dengan singkat namun sangat mampu dicerna oleh sahabatnya itu. Lihatlah, kini gadis berambut ikal itu hampir terjungkal karena menahan tawa.

"Iye tuan putriku, hamba tau anda sedang terluka." Zia terkekeh setelahnya. "Lo bego sih!"

"A-pa?" Walaupun sulit berekspresi tapi Zia bisa melihat tatapan garang Shena dari sorot matanya.

Zia nyengir kuda, ia mengambil segelas air dan membimbing gadis itu untuk duduk dan meneguk air putihnya.

"Anak pintar." Di bimbingnya Shena agar gadis itu kembali tidur di kasur UKS dan tak lupa ia menyelimutinya dengan selimut putih besar itu.

"Lo tau, Arez panik setengah mampus liat lo kayak gini." Zia berujar meyakinkan, bahkan ia memberikan jeda bagi Shena untuk menyerap kata-katanya.

Dan gadis itu hanya terdiam, lebih tepatnya ia tidak percaya jika Arez begitu peduli padanya. Ya, memang kadang Arez peduli, tapi terlihat sebagai bentuk paksaan diri. Agar Shena tak mengadu yang tidak-tidak pada mama-papanya, mungkin.

Toh, jika Shena tak sadarkan diri, Arez bisa berhenti berpura-pura baik. Jika, semua kebaikannya selama ini hanya berlandas pada kepura-puraan. Jika.

Shena hanya meringis, karena sebenarnya ia mencoba mengatakan sesuatu. Tapi wajahnya terasa nyeri. Kalaupun Arez memang sekhawatir itu padanya, dimana ia sekarang? Rasanya Arez hanya khawatir sebagai bentuk formalitas. Ya, formalitas karena mereka tinggal bersama.

Dan, dimana Aldrian?

Di sela-sela matanya yang hendak kembali terpejam, gadis itu merasakan langkah sepatu dan aroma maskulin yang sangat familiar baginya.

"Shen?" Kata itu terdengar sangat lembut. Hingga Shena tak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.

Arez? Benarkah ia khawatir padanya?

Cowok itu merangkum tangan kanan Shena dengan kedua tangannya, dan memejamkan mata. Seolah sedang berdoa pada Tuhan atau mungkin bersyukur karena gadis itu baik-baik saja. Shena dapat merasakan tangan yang tadinya dingin itu mulai menghangat. Dan, Arez mulai menghangat pula. Tatapannya, wajahnya, sorot matanya, dan ya ampun, Shena memperhatikannya di saat-saat yang tidak tepat seperti sekarang.

My Guardian Angel [MGA]Where stories live. Discover now