52. 🌹 Airlangga's

226 22 4
                                    

Laki-laki hebat itu selalu mempertahankan
apa yang ia punya. Jika ia lalai pada perempuannya.
Dia bukan pria yang tepat.

•••

If you let me inside of your world
There'll be one less lonely girl
-Justin Bieber-

MY  G U A R D I A N  ANGEL

🌹🌹🌹

KANZIA tampak sangat khidmat memilih-milih kaos oranye diantara tumpukan pakaian di boks Fashion Store di salah pusat perbelanjaan terbesar kota ini. Pandangan Kanzia sibuk mencari. Dari tadi setidaknya ia telah menemukan lima buah kaos berwarna oranye, yang mana merupakan ketentuan dari OSIS untuk digunakan saat acara Camp lusa. Gadis berambut ikal itu memang pandai memilih baju, terhitung sejak beberapa menit yang lalu, kegesitan Kanzia memang membuahkan hasil yang lebih cepat dibanding sahabatnya.

Zia melirik sahabat baiknya yang malah asyik bermain ponsel. "Lo kesini dianter siapa?"

"Arez." Jawab Shena tanpa pikir panjang. Seolah jawabannya adalah suatu hal yang biasa saja.

"Oh-what?" Kanzia menautkan kedua alisnya, gadis berkaos navy itu memijat dahinya dengan telunjuk. "Gue gak pikun kan kalo pacar lo tuh namanya Aldrian Brawijaya."

Shena beralih sepersekian detik dari layar ponselnya. Gadis cantik yang sedari tadi telah menjadi pusat perhatian --karena wajah cantiknya itu tampak tersenyum santai.  "Nope, itu lo masih seratus persen inget."

Sumpah demi apa pun Kanzia ingin mengecek isi kepala Shena. Hanya untuk memastikan apakah otak gafis itu berada pada tempat yang tepat. "Terus ngapain lo dianter Arez, samyang?"

"So what?" Shena terkekeh meremehkan dengan jemarinya yang tak terlepas dari ponsel. Gadis cantik bahkan kini tersenyum dan menerawang langit-langit gedung. "Terus kalo gue dianterin Kiki, lo bakal berspekulasi kalo gue jadian sama Kiki, gitu?"

"Ya, beda judul sih." Kanzia mendengus kesal, "Kiki kan bukan selera lo."

Shena tampak berpikir sejenak dan menghentikan jemarinya yang menari diatas ponsel. Lantas beberapa detik berikutnya melanjutkan aktivitasnya. "Arez juga bukan selera gue."

Ingin sekali Kanzia berkata kasar pada sahabatnya. Mana ada spesies tampan berduit mempesona serta berhias juataan kelebihan itu bukan selera Shena? Kanzia sampai hafal tipe idaman sahabatnya itu diluar kepala. "Iriz jigi bikin siliri-"

"Apasi bego!" Shena mendengus memotong cibiran Kanzia.

"Lo tuh ya Shen, bener-bener deh!" Kanzia memilah kaos oranye dengan wajah enggan, "Gue nanya nih, Aldrian kurang apa? Ganteng? Oke. Tinggi? Iya. Berbakat? Banget. Ketos pula."

Shena mendengarkan acuh sembari tetap bermain ponsel. Gadis itu sibuk bertukar pesan dengan orang tuanya dan sesekali merecoki roomchat Aldrian namun pacarnya itu masih tetap konsisten mengabaikan Shena. "Emang pacar gue gak ada kurangnya."

"Terus kenapa lo masih nempel sama si Arez, kunyuk!"

Sebenarnya Shena juga merasa sedikit bersalah. Bagaimana kalau Aldrian marah padanya? Tapi, ada satu hal yang Shena sadari dan sialnya akan selalu menjadi fakta utama. "Karena gue gak akan bisa jauh dari Arez, Zia."

Kanzia merasa telinganya kehilangan fungsi untuk mencerna kalimat Shena, "Hah? Gimana-gimana?"

"Orang tua kita deket, papa gue pun lebih percaya sama Arez daripada sama pacar gue. Lo inget insiden gue hampir kecelakaan beberapa bulan lalu?" Shena kini bebas dari fokus ponselnya, gadis itu menatap Kanzia dengan wajah datar. "Gue bilang kalo ada jadwal pemotretan dan berangkat bareng Aldrian."

My Guardian Angel [MGA]Where stories live. Discover now