22. 🌹 AREZ or ALDRIAN

311 31 0
                                    

••
Lo bakal pilih sapa? Arez, cowok yang tinggal serumah sama lo. Atau Aldrian, pangeran impian lo.
••
-Kanzia Aurellia-
..
MGA

🌹🌹🌹

Shena dan Arez bersamaan duduk di meja yang sama pagi itu. Ekspresi keduanya sangat jauh berbeda. Arez, si idola baru sekolah itu tampak mati-matian menahan tawa. Sementara Shena, gadis yang paling sering membuat kaum adam patah hati itu, tampak memasang raut jengkel setengah hidup.

Kedua tangannya terlipat di depan dada, usai meletakkan ranselnya di atas meja. Shena, gadis itu bahkan enggan melirik Arez--cowok yang hingga detik ini masih menertawainya.

Sial.

Kelakuan keduanya langsung mendapat sorotan penuh ekspresi dari tiap-tiap manusia di kelas Sebelas Ipa Empat. Rerata dari mereka menatap iri, dan sebagian seperti menikmati pemandangan pagi itu yang sangat-sangat romantis menurut mereka.

Adegan cewek ngambek dan cowoknya yang tertawa, kemudian berujung pada cowoknya yang mengalah.

"Pokoknya lo harus minta maaf!"

Arez menatap Shena lekat-lekat. Membuat gadis itu sedikit bersusah payah mngatur nafasnya, "Gue? Minta maaf? Ntar deh, nunggu Bangkok jadi ibukota Indonesia." Ujarnya santai.

Seisi kelas langsung menertawai (Shena) atau mungkin mereka hanya tertawa karena apa yang mereka tunggu-tunggu. Adegan romantis layaknya di novel-novel teenfiction itu, tak akan pernah terjadi di antara Arez maupun Shena.

"Ish, gue ngambek nih." Shena manyun, diliriknya teman-teman sekelasnya dengan tatapan seperti 'diem ato lo mau mati di tangan gue.'

Sehingga seisi kelas langsung beralih pada kesibukan mereka masing-masing.

Arez meraih ponsel di saku kemejanya, "Emang gue peduli?"

"Gue akan buat lo super duper peduli sama gue!" Ujar Shena asal, namun begitu terdengar menyeramkan di telinga Arez.

Cowok yang sedang melepas jaket kulitnya itu hanya mengernyit kemudian duduk dan tetap fokus pada ponselnya. Beberapa detik kemudian, ia beranjak, "Jangan ngomongin hal yang gak akan mungkin terjadi."

"E-etss, lo mau kemana?"

Cowok itu menatap Shena dengan sebelah alisnyanya yang terangkat. "Beli minum. Tumben nanya, biasanya langsung ngintilin."

Gadis itu langsung tergagap di todong oleh perkataan Arez yang sialnya adalah suatu kebenaran. Ya, sejak Arez tinggal di rumahnya. Kerjaan Shena hanya mengikuti Arez, menjahilinya, atau bahkan berdebat dengannya. Shena jujur kesal setengah mati dengan Arez.

Karena hanya di depan Arez lah, ia menjadi gadis yang tak dihujani oleh pujian. Tidak di gubris kecantikannya, atau bahkan dijejali oleh kata-kata manis. Kadang ia merasa sangat tidak berharga di depan Arez.

Tapi mengikuti cowok itu kemanapun ia pergi tetaplah menjadi sebuah rutinitas tersendiri selama beberapa hari ini. Terkecuali jika sudah menyangkut urusan Aldrian.

Aldrian tetaplah yang utama di hatinya.

"Ikutttt! Cus!" Shena beranjak dan berjalan mengikuti Arez, atau lebih tepatnya mengintili Arez. Karena ia berjalan tepat dibelakang cowok itu.

Arez sedikit merasa risih dengan tatapan siswa-siswi Nusantara di sepanjang koridor yang melihat mereka dengan tatapan yang sulit ia artikan. Namun Shena malah terlihat tak terlalu memperdulikannya. Tunggu dulu, untuk apa Arez memperhatikan apakah gadis itu risih atau tidak, bukankah Shena sudah terbiasa menjadi pusat perhatian dari segala penjuru di sekolah ini? Jadi lumrah hukumnya menjadi sorotan sepanjang koridor seperti ini baginya.

My Guardian Angel [MGA]Where stories live. Discover now