38. 🌹 Loving Can Hurt

312 30 1
                                    

°°°
Kepercayaan memang hal terpenting dalam suatu hubungan. Namun kepercayaan juga hal termahal dalam suatu hubungan.
°°°
Shena Angeline
°°
🌹🌹🌹

"Aldrian!!"

Baik Shena maupun Aldrian yang baru saja keluar dari pintu kelas XII IPA 4 langsung menoleh ke asal muasal suara. Mendapati sesosok gadis dengan baju seragam yang nampaknya sesengaja 'diperketat' itu berjalan mendekati Aldrian tanpa dosa.

Shena mulai melipat tangan didepan dada. Bukan, bukannya ia tipe pacar yang pencemburu. Lagi pula apa faedahnya cemburu pada gadis yang sama sekali tidak pantas disandingkan dengannya. Ya, meskipun ia Queen sekolah tahun lalu sih. Tapi Shena tetap tidak peduli. Toh gelar itu sekarang miliknya, dan mahkota sekolah masih anteng bertengger dikamarnya.

"Aldrian, tadi aku nyariin sampe ke kelas kamu lho." Gadis itu memegang lengan Aldrian dengan manja.

Oke, pertama, dia pake bahasa aku-kamu. Kedua, tangan itu main asal nempel aja macem lalat yang hinggap di makanan. Okey, cukup sudah kesabaran Shena diuji.

"Oh iya, aku mau ngembaliin hape nya Ana. Kemaren ketinggalan, waktu dia ngecharge di kamar aku." Tani masih menjelaskan nada centilnya.

Sementara Aldrian hanya bergeming ditempatnya. Tidak menyahut meski sedikit memprotes tangan Tani yang menyentuh lengannya.

Tania tersenyum sekilas pada Shena, seolah sebuah formalitas belaka. "Kemaren kamu keburu pulang sih, padahal kan kepala kamu pasti masih sakit. Tapi gapapa sih, seenggaknya kamu udah tiduran hampir 2 jam di kamar aku. Jadi pasti udah lebih mendingan pas kamu pulang."

Aldrian langsung menoleh pada Shena, dan sesuai dugaan ekspresi wajah Shena berubah. Senyum diwajahnya tak lagi terbit. Jika semalam saja mereka bisa bersama, lalu apa susahnya membalas pesan singkat Shena?

Ah iya, ketiduran di kamar Tania. Alasan yang luar biasa. Memangnya kasur Aldrian di rumah bermasalah? Atau rumahnya digusur pemerintah?

"Too much information, thankyou." Shena berucap sekilas lalu berbalik meninggalkan mereka berdua.

Aldrian berlari secepat kilat menyusul Shena. Hingga tangannya berhasil meraih pergelangan gadis itu. "Shen, Shen, aku bisa jelas-"

"Gak ada yang perlu dijelasin. Aku gak mau denger apapun." Shena menatap tajam dan menghunus hati Aldrian.

Cowok itu menarik pundak Shena agar menghadpnya. "Shen, kamu bialng percaya sama aku."

"Oh nicely. Terus kalo gue percaya sama lo, lo bebas tidur dirumah cewek yang gelagatnya macem cabe kiloan gitu? Iya?" Sembur Shena penuh amarah.

"Gue kemaren hampir mati dan lo malah berduaan sama kakak kelas kecentilan macem Tania." Shena menarik nafas panjang. "Kepercayaan itu memang hal terpenting dalam hubungan Al, tapi kepercayaan juga hal paling mahal dalam suatu hubungan."

Begitu setelahnya, Shena berjalan meninggalkan Aldrian yang masih mematung ditempat sambil memegang ponsel adiknya.

"DAMN YOU! ARGH!" Aldrian mengumpat berkali-kali. Ia menendang pot besar yang ada didepannya dengan sangat keras namun tanpa rasa sakit sedikitpun.

Bima yang sedari tadi memperhatikan semuanya dari kejauhan pun memberanikan diri menghampiri Aldrian. Sahabatnya sedang kalap, dan Bima tahu itu.

"Shena cuma butuh waktu. Dia pasti dengerin penjelasan lo kok." Bima berusaha menenangkan.

Aldrian menghembuskan nafas gusar. "Harus banget ya Tania ngomong gitu di depan Shena?!"

Bima mengeddikan bahu. "Well, Tania nganggep Shena rival. Jadi ya, ngebuat Shena tersiksa adalah kesenangan sendiri buat dia. Gue rasa gitu."

My Guardian Angel [MGA]Where stories live. Discover now