53. 🌹 Camp 1

236 20 0
                                    

  Membangun hubungan itu bukan hanya tentang bahagia bersama tapi juga tentang menutup luka bersama.

••

How would you feel, if i told you i loved you?
It's just something i want to do.

-Ed-Sheeran-

▪︎
.
.

M Y   G U A R D I A N  A N G E L

🌹🌹🌹

ALDRIAN sibuk menata kardus-kardus yang akan digunakan untuk kegiatan di lokasi camp nanti. Laki-laki bertubuh ideal itu tampak menghitung barang dengan dahi yang sedikit berkerut samar. Terhitung sejak kedatangannya satu jam yang lalu dan diantar oleh mamanya, Aldrian bingung harus memulai tugasnya. Pasalnya mamanya bersikeras menunggu di mobil karena merindukan sosok Arez yang mana merupakan adik tirinya. Aldrian tahu, Arez telah berbuat baik dengan memberikan waktu untuknya menghabiskan waktu bersama sang mama. Namun, tetap saja, Sovia tak pernah sedikit pun melupakan Arez. Mengenai hal-hal yang Arez suka, bagaimana kelebihan Arez dan sejauh apa pun adik tirinya itu berada, mamanya akan tetap berusaha memperhatikan Arez. Jujur saja, Aldrian tidak suka.

Bukannya Aldrian iri, toh sewaktu Arez hidup belasan tahun bersama mamanya, apa pernah sang mama membahas Aldrian di depan Arez? Tentu saja tidak. Aldrian ingin mamanya hanya melihat padanya, untuk beberapa waktu ini saja. Ia tidak ingin ditinggalkan oleh orang yang menurutnya begitu berarti. Tidak lagi.

Gadis berkaos abu-abu dengan logo Osis tampak berjalan mendekat dan membuayarkan lamunan Aldrian, "Kak, nanti osis jadi dua sesi keberangkatan. Kakak ikut yang duluan apa yang akhiran?"

Aldrian menatap adik kelasnya itu dengan sedikit berpikir. "Gue yang duluan aja deh, sekalian bantu-bantu persiapan."

"Oh oke, aku siapin keperluannya." Kata Nadien antusias.

"Map suratnya juga," Aldrian mengingatkan, "Sama bilangin Bima, konsumsi." Laki-laki itu kini memijat dahinya karena berusaha mengingat sesuatu, "Terus,"

Nadien dengan bulpoin dan mini notesnya masih setia mendengarkan, "Ya, Kak Ketua?"

Ketua Osis tampan itu menautkan alisnya, "Ngeledek?"

"Gak, ini aku lagi menjalankan tugas." Nadien tersenyum semringah sambil mengangkat mini notesnya yang berbentuk kalung. "Lagian banyak banget, ini otak aku gak kuat nginget ntar."

"Obat lo udah?"

Nadien terpaku sejenak oleh pertanyaan sederhana yang menghangatkan itu, "Udah, ada di tas."

Aldrian hanya mangut-mangut. Ia jelas tidak mau terjadi sesuatu pada Nadien, karena orang tua Nadien pun sempat beberapa kali mengirimkannya pesan mengingat kesehatan adik kelasnya itu. "Udah sarapan lo?"

"Udah, dikit sih." Cicit Nadien tersenyum kecil, "Soalnya tadi berangkatnya mepet."

"Ya udah, lo ntar berangkat bareng gue sama Bima aja, kita sarapan di perjalanan." Aldrian tersenyum, "Jangan sampe sakit, kasian bunda lo khawatir."

Sumpah demi apa pun Nadien kesulitan berpijak pada tanah. Jiwa dan pikirannya melayang mengarungi angkasa. Nadien benar-benar jatuh cinta pada kakak kelasnya ini. "Siap Kak Ketua."

"Ngeledek lagi?"

"Apa sih! Kan Kak Aldrian beneran Ketua Osis." Kata Nadien menjelaskan, gadis itu kini tersenyut begitu hangat. "Mau aku bantu nempelin nomer Kak?"

My Guardian Angel [MGA]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن