50. 🌹 FACT

247 21 2
                                    

Kenyataan hadir dengan dua cara.
Menampar untuk menyadarkan atau menyelinap
dan melenyapkan kepercayaan.
•••

M Y G U A R D I A N A N G E L

•••

Kalau ada yang bilang masa SMA adalah masa paling indah, hal tersebut memang benar adanya. Arez tak pernah sebersyukur ini, menemukan penyembuh luka terbaik dalam keterpurukannya. Ia tak pernah pulih dan bangkit secepat ini sebelumnya. Arez benar-benar menemukan kekuatan untuk tetap berdiri tegak meski ratusan chat di sosial media miliknya menghujaninya dengan berita pertungan Chelsy yang begitu sentral. Arez bahkan mulai melupakan bagaimana rasa amarahnya berkumpul dan memuncak disuatu waktu yang sama. Ia mulai belajar mengikhlaskan, meski sulit untuk melupakan.

Shena duduk didepannya lengkap dengan semangkok icecream berukuran besar, dari cari Shena melahap makanan favoritenya itu, Arez yakin jika Shena tidak akan bersikap demikian di depan pacarnya. Di depan Aldrian Brawijaya, seorang Shena Angeline pasti akan sangat malu-malu serta jaim dalam melakukan banyak hal.

"Gihla inhi ehnyak bhanget!"

Arez berdecak, "Telen dulu, baru ngomong."

Gadis yang kini menggulung rambutnya dan memamerkan leher jenjangnya itu memasang cengirannya, "Kok jadi lo yang traktir gue sih, kan gue yang ngerepotin lo setadian."

"Baru nyadar lo kalo sering bikin gue repot?"

Shena memicingkan matanya, "Ish, gue tuh kenapa ya, bisa enak banget gitu kalo ngerepotin elo, Kiki, bokap, nyokap, Leo, kayak gak ada malu-malunya gitu."

Laki-laki blasteran didepannya itu menautkan alis tebalnya, "Punya emang?"

"Apa?"

"Malu."

"HEH GILA! Gue tuh pemalu tau! Apalagi kalo di depan Aldrian! Beh, kalem akut gue tuh, dewasa, pengertian." Shena tersenyum bangga bak diatas awan.

Arez memperhatikan Shena dengan sangat tertarik pada topik yang ia katakan. Ia memandangi gadis dengan makeup tipis yang baru saja usai pemotretan satu jam yang lalu. "Lo udah jadian cukup lama, gue rasa."

Shena menelan ice creamnya dengan susah payah, ia mengangguk kikuk, "And so?"

"So, lo emang betah jaim atau lo gak bisa be your self di depan dia karena gak nyaman?" Tebak Arez dengan ekspresi yang tidak bisa dimengerti oleh Shena.

Menjadi lebih jaim di depan orang yang kita sukai adalah hal yang normal bukan? Namun kadang Shena bingung mengapa sedetik pun ia tidak bisa gamblang dalam meminta bantuan Aldrian untuk menolongnya. Ia pasti akan melakukan seribu satu jurus jitu mengkode pacarnya itu untuk meminta bantuan, lain halnya dengan Arez yang kadang tanpa Shena pinta pun, laki-laki itu akan menawarkan diri.

Bicara soal kenyamanan, Shena tiba-tiba menunduk lesu. "Ah, gue jadi inget sesuatu. Aldrian gak pernah mau temenan sama semua temen gue, Kiki, elo, bahkan dia gak mau nemenin gue jalan kalo gue keluar sama Leo. He's love me, but he doesnt love my world."

Arez tidak terlalu terkejut, mengingat pertemuannya dengan Aldrian selalu membuatnya sukses menyimpulkan jika laki-laki itu mempunyai sesuatu dalam dirinya sehingga ia selalu akan berusaha memiliki hak penuh akan apa yang ia punya.

Gadis berjaket rajutan putih itu tersenyum masam, "Padahal gue selalu mau mengakrabkan diri sama dia dan dunianya. Termasuk ketemu anak osis dan lain-lain. Ah, apa gue yang kurang memahami dia ya Rez?"

"Cinta itu saling memahami, bukan salah satu mencoba dan yang lainnya hanya mengabaikan." Jawab Arez dengan tatapannya yang teduh.

Deg!

My Guardian Angel [MGA]Where stories live. Discover now