25. 🌹 Precious 2

269 33 0
                                    

••
Ketika ada yang lebih berharga dari diri lo sendiri, apa itu yang disebut cinta?
••
-Aldrian Brawijaya-

MGA

🌹🌹🌹
  

"ANA! MATIIN MUSIKNYA ATO LO YANG GUE MATIIN!"

Suara itu terdengar sangat kencang hingga Aldrian yang baru saja tiba di ambang pintu, menghela nafas beberapa kali sebelum memperhatikan aktifitas di lantai dua. Ya, itu adiknya. Adriano Brawijaya yang entah sedang apa dengan guling jumbo itu. Kemudian Ana keluar dengan tampang polosnya, yang mau tak mau membuat Adriano menimpuki Adriana dengan guling jumbo yang dibawanya. Dan, kembarannya itu langsung menjewer Ano hingga keduanya terlibat pertengkaran kecil. Ya, itu kecil. Kadang Aldrian melihat mereka bertengkar dengan membawa sapu, palu, gunting rumput bahkan pisau. Ah, sudahlah.

Menyadari kedatangan Aldrian, membuat Ana langsung lari saat turun tangga dan memeluk kakaknya itu dengan sangat erat. "Kak, Ano jahatin Ana."

"Halah, beraninya ngadu lo." Ano masih dengan raut kesalnya.

Aldrian mengusap puncak kepala Ana, kemudian mlepaskan pelukan adiknya itu, "Na, belajar dewasa. Sampe kapan mau perang-perangan mulu sama Ano. Yang gue tau sodara kembar itu malah akur."

"Di kembarannya Thanos." Ana menjulurkan lidahnya, membuat Ano memelototinya dengan sadis.

Aldrian membiarkan adiknya itu memeluknya, Ana memang tidak akan pernah mau mendengarkan orang lain. Sama seperti Shena. Aldrian tersenyum miris. Sebenarnya tadi ia sama sekali tidak tahu jika Shena begitu berani menerobos kerumunan, terlebih menerobos hingga dapat berdiri di antara Arez dan dirinya. Berdiri di saat yang tidak tepat. Di saat Aldrian hendak melayangkan satu pukulan di wajah Arez. Dan sialnya, gadis itu malah terhuyung ke lapangan. Tapi Aldrian yakin gadis itu tak seratus persen terjatuh karena pukulannya. Tapi mau bagaimanapun, Aldrian tetap bersalah kan? Ia tak bisa mengendalikan emosinya. Dan appaluse untuk Arez yang seolah seperti pahlawan untuk Shena. Menjijikan.

Ana menatap heran kakaknya, "Al, muka lo kenapa di plester? Eh iya, jadi beliin bakso kan?"

Dari lantai dua, Ano langsung tersenyum puas, "Sono dah beli bakso di wakanda. Yang jauh. Yang lama."

Aldrian terdiam cukup lama, ia tampak menimbang-nimbang, dalam hatinya ia hanya memikirkan bagaimana caranya pergi menjenguk Shena tanpa harus bertemu Arez. Bukan, bukannya ia takut. Hanya saja, ia malas berdebat. Buang-buang waktu. "Gue tadi basketan terus jatoh, biasa."

Ana mangut-mangut, "Kalo soal bakso?"

Aldrian menatap langit-langit rumahnya seraya mengelus kepala Ana, "Hmm, kayaknya-"

"Ayolah Al, gue udah lo php in berapa kali? Kalo lo punya cewek pasti tuh cewek udah minta putus karna lo janji-janjiin mulu tapi gak lo tepatin."

Dan kakaknya itu lanhsung tertawa, "Iya-iya, bawel banget sih." Aldrian mencubit pipi adiknya, "Emang cowok lo nanti bakal tahan sama kebawelan lo, hm?"

Ana, gadis manis itu terkekeh, "Harus dong, orang tuh ya, kalo udah cinta. Dia bakal kasih semua yang di punya, termasuk kesabaran, asalkan orang yang dicintai bahagia."

"Emang bisa gitu?"

Gadis itu mengangguk mantap, "Bisa lah."

Aldrian mendongak, mencari Ano yang kebetulan masih memperhatikan mereka berdua dari lantai dua. "No, adek lo lagi deket sama sapa?"

Cowok dengan kaos putih polos serta celana pendek cream itu tampak berdecih, memasang raut mengejek sebelum akhirnya tertawa lepas, "Mana ada yang mau sama Ana?"

My Guardian Angel [MGA]Where stories live. Discover now