9 - Pelukan

3.5K 330 125
                                    

Udah follow instagram thothor? Follow yuk!
@gardinavy01_
@wattpadgardinav_

▪️▪️▪️▪️▪️

"Bukan ingin mencari kesempatan. Tapi, memang pelukan memberi ketenangan."

▪️▪️▪️▪️▪️

Bulan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Tas ranselnya sudah bertengger di pundaknya. Sepatu berwarna dominan hitam juga sudah terpasang di kakinya.

Semalam Semesta benar-benar datang ke sini untuk menemui mamahnya. Bulan berterima kasih pada Semesta karena bisa membuat mamahnya semakin pulih dari hari ke hari.

Perlahan mamahnya bisa keluar dari keterpurukan itu. Mamahnya sudah mulai beraktivitas seperti biasa walaupun terkadang masih kadang melamun lagi. Bulan senang sekali melihat perkembangan yang bagus dalam hidup mamahnya selama dua tahun terakhir.

Sebelum berangkat ke sekolah. Bulan lebih dulu mengunjungi kamar mamahnya. Saat dia membuka pintu kamar mamahnya, mata Bulan berkaca-kaca. Ujung bibirnya terangkat yang berarti Bulan menampilkan senyumnya sekarang.

Bulan melihat mamahnya sedang makan menggunakan tangannya sendiri. Padahal biasanya hal itu tidak pernah terjadi. Bulan bahagia, sangat bahagia melihat mamahnya yang semakin hari makin memulih kondisinya.

Air mata Bulan tak terasa malah menetes menuju pipinya. Bulan merindukan mamahnya yang seperti ini. Bulan rindu mamahnya yang bisa bercengkrama dan bercanda riang dengannya. Bulan merindukan itu semua.

"Bulan..."

Bulan menoleh kala suara yang sangat ia rindukan kini memanggil namanya. Saat wajah mamahnya tersenyum Bulan justru kembali menunduk dan menumpahkan tangisannya di sana.

"Bulan..."

"Sini, sayang," ucap mamahnya.

Panggilan itu terus menyapa indra pendengarannya. Bulan juga tak percaya jika orang yang kini memanggilnya adalah mamahnya. Orang yang selama dua tahun tak pernah memanggil namanya lagi.

"Bulan..."

Perlahan Bulan mengangkat kepalanya. Dia juga menghapus air matanya saat dia mulai melangkah maju mendekati mamahnya.

Melihat Bulan melangkahkan kakinya mendekat, mamahnya langsung menaruh semangkuk bubur yang sebelumnya ia makan ke nakas yang ada di sampingnya.

Bulan duduk di pinggir ranjang mamahnya dan tanpa aba-aba langsung memeluk mamahnya. Bulan kembali menangis di sana. Dia sangat senang, senang sekali.

Mamahnya tersenyum melihat Bulan memeluknya. Dia mengelus rambut Bulan agar ketenangan tersalur di tubuh Bulan. Mamahnya juga mencium puncak kepala Bulan untuk menyalurkan kerinduan pada putrinya.

"Maafin Mamah, sayang, maaf karena Mamah terlalu sibuk terpuruk dan gak bisa jaga kamu."

"Maaf karena buat kamu ngerasa sendiri."

"Maaf karena buat kamu terbebani."

"Maaf karena Mamah terlalu ngekang kegiatan kamu."

"Maafin Mamah."

Bulan menggeleng menolak semua argumen mamahnya. Bulan tak peduli apapun yanh terjadi dua tahun terakhir. Bulan tak peduli dua tahun kemarin mamahnya tidak pernah memanggil namanya dan mengurusnya. Yang penting sekarang mamahnya sudah kembali.

"Maaf karena Mamah belum jadi Ibu yang baik untuk kamu, sayang."

"Gak ada yang perlu di mintain maaf, Mah, bagi Bulan Mamah pulih aja udah kebahagiaan terbesar Bulan."

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang