55 - Pertahanan di Ambang Perpisahan

1.6K 206 211
                                    

"Mempertahankan yang berusaha pergi sesulit menahan jatuh hati."

▪️▪️▪️▪️▪️

Bulan baru saja selesai sholat dzuhur di mushola. Seperti biasanya dia memilih sholat dzuhur di kloter kedua. Karena Risa sedang halangan dan Ulfa ada urusan dengan guru, akhirnya Bulan pergi sendiri.

Tangan Bulan juga sudah terlepas dari perban coklat yang menemaninya berhari-hari. Kini dia sudah mulai beraktivitas walaupun belum di bolehkan untuk kembali latihan volly oleh pelatihnya, mungkin seminggu lagi untuk pemulihan agar Bulan kembali bermain volly.

Bulan duduk untuk memakai sepatunya. Biasanya dia suka bertemu dengan Semesta, namun kini walaupun bertemu juga mereka akan saling mendiami, entah situasi seperti ini akan bertahan sampai kapan.

Setelah selesai menggunakan sepatu, Bulan langsung pergi melangkahkan kakinya di koridor menuju ke kantin untuk menghampiri Risa yang sudah menunggunya sejak tadi. Bulan juga sudah menitipkan pesanannya pada Risa.

Bulan meraih ponsel yang ada di saku rok sekolahnya karena dia mendengar notifikasi pesan. Ternyata pesan yang masuk ke ponsel Bulan adalah pesan Risa yang menyuruhnya untuk buru-buru ke kantin karena dia sendirian.

Saat Bulan fokus dengan ponselnya dan berjalan tanpa melihat jalan, tiba-tiba dia menabrak seseorang sehingga ponsel yang sudah retak itu terjatuh lagi ke lantai. Untung saja pantatnya bisa selamat. Hal tersebut juga berlaku untuk orang yang di tabrak oleh Bulan.

"Aw," pekik Bulan.

Bulan langsung menunduk untuk meraih ponsel miliknya dan juga ponsel milik orang itu yang terjatuh. "Maaf," ucap Bulan sambil memberikan ponsel yang jatuh kepada pemiliknya.

"Maaf gue gak liat jalan," ucap Bulan lagi.

"Esta?" ucap Bulan saat melihat orang yang di tabraknya adalah Semesta. Orang yang sangat dia rindukan kehadirannya.

"Hati-hati kalau jalan," kata Semesta sambil meraih ponsel yang di berikan Bulan lalu dia simpan ke dalam saku celananya. "Jangan liat hp." Semesta langsung pergi setelah mengatakan hal tersebut.

Bulan menatap kepergian Semesta. Setelah beberapa hari tak berbicara dengan Semesta, akhirnya Semesta kembali berbicara dengannua walaupun sepenggal kata saja. Suara menenangkan Semesta benar-benar membuat Bulan rindu.

Setelah punggung Semesta menjauh, Bulan langsung memasukan ponselnya tanpa melihat bagaimana kondisi ponsel miliknya. Setelah itu dia kembali berjalan untuk menuju ke kantin dan menghampiri Risa.

"Bagus, lama banget," ucap Risa saat melihat kedatangan Bulan. Ternyata Risa memang benar-benar sendirian.

Bulan tertawa. "Maaf, sih, mie gue melar, ya?"

"Iya, tadinya mau gue buang."

"Jangan, Ris, duit ini juga."

"Kenapa lama banget lo kayak putri solo? Padahal mushola sama kantin gak jauh. Lo jalan apa ngesot, sih?"

"Hand stand gue."

"Pantes bego, otaknya di bawah."

"Rasanya anjim banget," ucap Bulan lalu menyeruput mie yang sudah tersedia sejak tadi.

"Tadi gue ketemu Esta," kata Bulan sambil mengunyah mie-nya.

"Ya 'kan emang ketemu terus. Cuman gak ada pembicaraan aja," jawab Risa sambil memakan snack yang sebelumnya dia beli untuk menunggu Bulan.

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Where stories live. Discover now