42 - Hari Terakhir

1.8K 205 231
                                    

Siap ramaikan lagi part ini? Di tunggu komentarnya, ya❤️
SELAMAT MEMBACA!💚

▪️▪️▪️▪️▪️

"Hidup itu tentang siapa yang bertahan."

▪️▪️▪️▪️▪️

Pagi ini, Semesta dan teman-temannya sudah berkumpul di depan gedung yang kemarin menjadi tempat tewasnya Luki. Semesta juga sudah menceritakan bahwa semalam dirinya mendapatkan beberapa bukti. Hal tersebut mendapatkan respon negatif karena merasa tak enak jika Semesta hanya berjuang sendirian.

"Apapun benda yang menurut kalian aneh, ambil aja. Jangan lupa sarung tangan, ya," kata Semesta.

"Kita mencar kali, ya?" kata Erwin.

Ya, hari ini adalah hari terakhir mereka harus menemukan segalanya dan membuktikan bahwa Bulan tak bersalah. Bukan hanya masa depan Bulan yang terancam, tapi masa depan mereka juga. Kalau hari ini mereka tak bisa membuktikan Bulan tak bersalah, maka mereka semua akan di keluarkan dari sekolah, termasuk Chiko.

"Iya, mencar aja," jawab Ulfa.

Mereka langsung berpencar ke segala penjuru ruangan untuk menemukan sesuatu benda yang menurut mereka asing dan mencurigakan bisa ada di sana. Dan beberapa dari mereka ada yang mencari keluar gedung.

Semesta, Aksa, dan Ulfa memilih untuk menjelajahi di bagian luar. Sedangkan, Erwin, Risa, Fahrul dan Chiko ada di bagian dalam. Mereka benar-benar fokus dan jeli melihat barang-barang yang sekiranya mencurigakan.

Mereka mencari dari pagi sampai jam sembilanan. Namun, mereka belum mendapatkan apapun. Risa dan Ulfa yang notabene nya adalah perempuan juga sudah merasa lelah karena proses pencarian ini. Tapi mereka tidak boleh merasa seperti itu. Mereka mau kembali bersama Bulan.

"Kalau lo capek istirahat aja, Ris," kata Erwin pada Risa.

Risa menoleh. "Gak kok. Gue masih semangat," ucap Risa.

"Jangan maksain," kata Fahrul.

Chiko dan Erwin dengan sengaja berdeham bersamaan untuk menggoda keduanya. Dan karena hal itu, mereka kembali fokus ke pencariannya.

Di luar gedung juga, Ulfa terlihat sudah mulai lelah. Aksa menyadari hal tersebut. Dia berkata, "kalau capek istirahat aja, Fa."

Ulfa menoleh mendengar perkataan Aksa. "Gak capek. Pegel aja."

"Jangan maksa lo, Fa, takut sakit," kata Semesta.

"Iya, kalem, Kak."

Ulfa kembali mencari di sekitar rerumputan di sana. Ulfa dengan teliti melihat-lihat seluruh sudut. Dan pada akhirnya, Ulfa menemukan sesuatu yang menurut Ulfa tidak wajar ada di sini. Di sana ada sebuah suntikan, bukankah tidak wajar ada suntikan di sebuah gedung kosong yang dulunya hanya sebuah rumah biasa? Ulfa merasa janggal.

"Kak!" panggil Ulfa yang membuat Aksa dan Semesta menoleh. "Sini deh. Ada yang aneh."

Karena permintaan Ulfa, Semesta dan Aksa melangkahkan kakinya mendekat ke arah Ulfa. Mereka penasaran tentang apa yang Ulfa maksud.

"Ada apa, Fa?" tanya Semesta.

"Dulunya gedung ini cuman rumah biasa, kan?" tanya Ulfa.

"Menurut yang gue tau, gedung biasa, sih."

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang