36 - Ada Apa dengan Bulan?

1.8K 203 136
                                    

⚠️Untuk yang di bawah umur harap bijak karena dalam part ini terdapat kekerasan fisik⚠️

°°°°°

"Tawa di balik luka adalah sesuatu yang sangat susah di tampilkan."

▪️▪️▪️▪️▪️

Motor Semesta sudah terparkir tepat di depan rumah Bulan. Namun, rumah Bulan kali ini terlihat sepi. Bahkan motor Bulan yang sebelumnya terparkir di halaman rumahnya tidak ada.

"Kok sepi ya?" tanya Risa pada Semesta yang ada di balik punggungnya.

Semesta menggeleng tabda tidak tahu. "Coba kita turun, pencet belnya."

Risa mengangguk lalu turun dari motor Semesta. Dia membuka helmnya. Begitu pula dengan Semesta. Setelah mereka menyimpan helmnya di atas motor, mereka berjalan mendekati pagar rumah Bulan.

Semesta menekan bel berkali-kali, namun tak ada satupun orang yang membuka pintunya. Bisa di lihat kalau rumah ini kosong, tidak ada orang.

"Kayaknya gak ada orang deh, Kak," kata Risa.

"Pada ke mana ya? Ini tetangga Bulan juga gak ada yang keluar."

"Udah mau maghrib, Kak," kata Risa.

"Kak!" panggil Risa yang membuat Semesta menoleh. "Ada yang Kakak sadarin gak dari Bulan selama seminggu pertama semenjak Bulan berubah sikapnya?" tanya Risa.

"Gue sama sekali gak bisa nyadarin sesuatu karena Bulan ngejauh dari gue."

"Bulan sering lebam, Kak."

"Lebam?" tanya Semesta yang di jawab anggukan oleh Risa.

Semesta jadi mengingat hari di mana Bulan mengajaknya pergi ke lapangan banteng. Di hari itu, Semesta juga melihat siku Bulan membiru. Tapi, Bulan bilang itu hanya terbentur sesuatu.

"Entah di bagian kaki ataupun tangan. Bahkan Bulan sering tidur di kelas dan gak mau pergi ke kantin."

"Kayaknya ada yang gak beres deh, Ris."

"Gue rasa juga gitu, Kak," kata Risa. "Tapi, kita ke masjid dulu deh udah maghrib."

"Yaudah, yuk!"

Semesta dan Risa kembali naik ke motor lalu mencari masjid yang dekat dengan rumah Bulan. Barangkali saat sholat nanti mereka bisa bertemu seseorang yang tahu di mana keberadaan Bulan dan apa yang terjadi pada Bulan beberapa minggu terakhir sampai akhirnya sekarang pergi dan memilih menjauh.

Semesta baru saja keluar dari masjid. Dia terlihat berbeda seperti Semesta yang biasa terlihat. Rambutnya yang masih sedikit basah membuat Semesta memiliki aura yang berbeda. Semesta langsung menuju ke tempatnya membuka sepatu tadi lalu kembali memakainya.

"Kak!" panggil Risa.

Panggilan tersebut membuat Semesta yang sedang memakai sepatunya menoleh menatap Risa. "Kenapa?"

"Gue tunggu di warung sebelah masjid ini, ya?"

"Ada apa?"

"Lo ke sana aja biar tau. Gue duluan."

"Oke," kata Semesta.

Setelah selesai memakai sepatunya, Semesta langsung membawa motornya untuk pergi ke warung yang Risa maksud. Warungnya benar-benar ada di samping masjid yang sebelumnya mereka datangi untuk sholat.

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang