47 - Suasana Baru

1.9K 205 228
                                    

SELAMAT MEMBACA💚
Semoga mau meramaikan, ya♥️

▪️▪️▪️▪️▪️

"Lembaran baru, tata peta baru bukan dengan orang baru tapi dengan dia yang selalu ada bersamamu."

▪️▪️▪️▪️▪️

Sudah dua minggu semenjak semuanya terungkap. Elita sudah mendekam di penjara. Dahlia sampai sekarang masih ada di rumah sakit jiwa. Risa sudah keluar dari rumah sakit dengan keadaan yang sangat sehat. Di sekolah pun Bulan sudah kembali seperti biasa.

Bulan tinggal bersama Fahrul, di rumahnya Fahrul. Rumah Bulan telah di jual oleh Elita. Harta warisan Luki pada akhirnya jatuh ke tangan Bulan dan Bulan memberikan semuanya pada Fahrul. Bulan merasa senang karena dia bisa bersama Fahrul, keluarga kandungnya. Kehidupan Bulan mulai kembali normal dan banyak kebahagiaan.

Kini Bulan sedang berada di rumahnya. Dia sedang menunggu Semesta yang katanya akan datang ke sini. Benar saja, tak lama Semesta datang dan langsung masuk. Semesta dan Bulan tidak hanya berdua, ada asisten rumah tangga di sana.

"Di mana Fahrul?" tanya Semesta saat dirinya baru datang dan tidak melihat keberadaan Fahrul.

Pasalnya semenjak Bulan tinggal bersama Fahrul, Fahrul sangat over protective terhadap Bulan. Dia sangat menjaga Bulan dan menyayanginya. Apapun yang bisa membuat Bulan bahagia, akan Fahrul lakukan meskipun dengan menyerahkan nyawanya.

"Gak ada."

"Ke mana?"

"Distro."

Ya, distro yang didirikan Fahrul bernama distro Brov. Kata Fahrul Brov itu singakatan dari nama Binar Rembulan Olivia. Fahrul sengaja memberikan nama itu untuk distronya. Karena memang distro itu di buat untuk membiayai hidup Bulan.

"Mau buat cabang, kan?" kata Semesta.

"Iya. Hebat banget 'kan kakak gue."

"Ada doa gue tuh di dalemnya."

"Guna gak tuh?"

"Sekecil apapun doanya selalu guna lah, bego."

"Iya iya. Terus lo mau ngapain ke sini?" tanya Bulan pada Semesta.

"Ketemu pacar 'kan kangen."

"Geli banget, Ya Tuhan. Biasanya aja lo bego-begoin gue sekarang malah kangen," kata Bulan.

"Sesekali di kangenin lo tuh, seneng harusnya."

"Ogah," kata Bulan. "Tapi lo ngapain bawa tas?" tanya Bulan karena melihat Semesta membawa tas gendongnya yang ada di bahu kanannya.

"Gue ada tugas kimia, anjir. Udah tau gue bego kimia. Mana banyak banget lagi."

"Terus lo minta ajarin gue?" Semesta mengangguk. "Bego! Gue adik kelas lo. Mana ada gue ngerti, sih, pelajaran lo."

"Lo 'kan pinter, Lan."

"Mata lo, pinter. Kimia ulangan kemarin aja kena remed. Dapet lima puluh gue."

"Ya ampun, pacar gue bego banget," kata Semesta dengan kekehan.

"Emang ulangan fisika lo dapet berapa? Bukannya kuping gajah?"

Semesta yang tadi terkekeh kencang jadi terdiam dan menatap Bulan dengan tatapan kesal. "Buka aib, najis banget."

Tawa Bulan pecah. Kemarin Semesta memang menunjukan hasil ulangan fisikanya yang hanya mendapatkan nilai 30. Padahal Semesta saja sudah lupa kalau ulangannya memiliki nilai sekecil itu, tapi ternyata ingatan Bulan lebih tajam.

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang