50 - Insiden Bola Basket

1.8K 199 148
                                    

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA❤️

▪️▪️▪️▪️▪️

"Menjadi asing bukan pilihan terbaik untuk memperbaiki hubungan. Berbicara justru solusi terbaik."

▪️▪️▪️▪️▪️

Saat jam istirahat berlangsung, Semesta dan ketiga temannya memutuskan untuk langsung pergi kr kantin. Mereka langsung pergi ke warung Ibu untuk membeli nasi seperti biasanya.

"Kebiasaan lo, bangsat, ambil jatah telor balado gue," kata Semesta pada ketiga temannya.

"Siapa cepat, dia dapat. Lo kurang gercep," kata Erwin.

"Gue lagi bokek, anjir, buat beli ayam."

"Miskin amat," kata Aksa.

"Makanya siniin telornya buat gue aja. Harga telor 'kan merakyat," kata Semesta.

"Eh, bos distro!" panggil Semesta pada Fahrul.

"Anjim, sopan lo sama kakak ipar," kata Erwin.

"Udah bespren, kita. Ya gak, Rul?" tanya Semesta.

"Gak denger gue pake kaca mata."

"Makin kaya, makin bego. Itu definisi Fahrul," kata Semesta.

"Anjir, gue cabut restu gue tau rasa lo," kata Fahrul.

"Mampus," kata Aksa.

"Ya jangan gitu dong. Damai kita," kata Semesta sambil cengengesan. "Lo pake ayam aja, bos distro. Biar gue yang make telor noh."

"Ogah," kata Fahrul lalu pergi lebih dulu untuk duduk di kursi yang biasanya mereka tempati.

"Mampus," kata Aksa.

"Mampus, mampus aja lo. Gimana sama Ice girl. Ada kemajuan gak?" tanya Semesta pada Aksa.

"Anjir, savage. Mampus yang di jawab mampus," kata Erwin.

"Gadanta lo berdua," kata Aksa lalu pergi.

"Yah, di tinggal. Sad boy amat, Bang," kata Semesta yang ikut meninggalkan Erwin.

"Anjir, beneran sad boy gue. Di tinggal- tinggal mulu," gumam Erwin lalu langsung menyusul ketiga temannya yang sudah duduk duluan.

"Rul, lo kalau butuh bantuan distro, ngomong aja ama kita. Palingan PHD aja," kata Erwin.

"Anjim. Kaga ada keikhlasan nolongnya," kata Semesta.

"Ya buat perut 'kan, Ta, kudu yang enak, yang mahal. Apalagi traktiran, gak sayang-sayang gue mintanya."

"Lo gak sayang-sayang. Fahrulnya yang sayang-sayang nraktirin sad boy macam lo," kata Semesta.

"Anjir, sad boy, Bang," kata Fahrul.

"Mampus," kata Aksa.

"Lo juga sad boy, bang, gak nyadar?" kata Erwin pada Fahrul. "Lo juga, Aksa, mulutnya lama-lama gue jait, ya, ngomong cuman mampus-mampus aja dari tadi."

"RISA!" panggil Semesta yang membuat ketiga temannya mengikuti arah pandangan Semesta.

Orang yang di panggil Semesta menoleh. Dia hanya sendirian tanpa Bulan dan juga Ulfa.

"Ngapain lo panggil?" tanya Fahrul.

"Sensi amat. Gue cuman mau tanyain Bulan di mana doang. Bukan mau nikung," kata Semesta.

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang