38 - Si Pemilik Motor Hijau

1.8K 210 166
                                    

⚠️Untuk pembaca di bawah umur harap bijak. Dalam part ini mengandung kekerasan fisik⚠️

▪️▪️▪️▪️▪️

"Melarikan diri bukanlah solusi tepat menyelesaikan masalah."

▪️▪️▪️▪️▪️

Bulan baru saja pulang setelah lelah bekerja seharian menjadi waiters di sebuah cafe. Bulan memutuskan untuk keluar dari cafe starlight setelah tempo hari bertemu dengan Semesta di sana. Bulan yakin kalau Semesta pasti akan mencarinya lagi.

Bulan duduk di sebuah kursi sambil menonton televisi. Bersyukur Bulan masih bisa tinggal di rumah ini berkat seseorang. Dia harus banyak terima kasih pada orang itu karena telah banyak membantunya. Bahkan, pekerjaan yang Bulan dapatkan pun karena orang itu.

Bulan menonton berita di televisi. Dia terkejut saat berita di televisi megabarkan sebuah berita meninggalnya seorang pengusaha terkenal.

"Pengusaha terkenal, Luki Alamsyah di duga meninggal karena pembunuhan. Terdapat luka tusuk di perut bagian kirinya. Sampai sekarang, polisi masih mencari bukti-bukti kuat untuk mencari pelakunya."

"Papah," gumam Bulan dengan mata yang berkaca-kaca.

Air mata Bulan lolos dari matanya karena dia benar-benar merasa sedih tak bisa bertemu papahnya bahkan sampai papahnya meninggal. Bulan langsung mematikan televisi lalu kembali membawa tasnya untuk pergi ke tempat kejadian dan menemui papahnya.

Saat Bulan membuka pintu, Bulan di kejutkan oleh kedatangan beberapa orang berseragam polisi ke kediaman Bulan. Bulan tidak tahu apa maksud dan tujuan mereka datang ke sini. Bulan benar-benar bingung dengan maksud mereka, Bulan merasa kalau dia tak sama sekali melakukan kesalahan.

"Maaf dengan Saudari Bulan?" tanya salah satu Pak polisi pada Bulan.

"Ya, saya sendiri," kata Bulan.

"Anda kami tahan," kata Pak polisi sambil menunjukan surat penahanan atas nama Bulan. Bulan terkejut bukan main, pasalnya dia tak pernah merasa melakukan kesalahan.

"Kenapa saya di tahan, Pak?"

"Anda di duga pembunuh Luki Alamsyah."

Bulan menggeleng sambil menitikan air matanya. "Saya gak pernah bunuh papah saya sendiri."

"Bukti yang di temukan di duga kuat menjuru pada anda."

"Saya gak mau, saya gak salah."

"Mari ikut kami dulu ke kantor polisi."

Dua orang polisi wanita langsung memborgol tangan Bulan ke belakang. Sedari tadi, Bulan meronta minta di lepaskan. Tapi, polisi ini dengan kuat menahan lengan Bulan.

Bulan benar-benar tak bisa berhenti menangis. Bahkan, saat ini, saat dirinya sedang di introgasi Bulan susah menjawabnya karena isakan tangisnya yang susah untuk berhenti.

Bagaimana tidak, Bulan harus berada di kantor polisi saat kepergian papahnya. Bulan harus di sini, di tuduh sebagai seorang pembunuh papahnya sendiri. Papah yang sangat dia sayangi dan sangat ia rindukan. Bahkan, pertemuannya dengan papahnya saja belum terjadi. Tapi, Bulan harus menerima semua ini. Bagaimana Bulan bisa melakukan semua ini saat dia menerima banyak cinta dari papahnya.

"Semua bukti menjurus ke kamu, apa kamu masih punya pembelaan?" tanya polisi itu pada Bulan yang ada di hadapannya.

"Saya gak bunuh papah saya."

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora