21 - Ayo

2.6K 294 201
                                    

"Untuk masalah hati, yang lalu adalah pembelajaran. Dan, ayo tatap ke depan untuk sebuah tujuan."

▪️▪️▪️▪️▪️

Bulan berjalan kesusahan di koridor karena dia membawa setumpuk buku untuk di bawa ke ruang guru. Entah kenapa ada beberapa guru yang sangat menyukai Bulan untuk di suruh membawa buku dan dia tidak tau apa alasannya.

Bulan pagi tadi memang berangkat bersama Semesta. Tapi kini, saat Bulan membutuhkan Semesta, Semesta sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Semesta memang menyebalkan.

Saat Bulan berjalan gontai menuju ruang guru. Tiba-tiba ada seseorang yang mengambil alih sebagian buku dari tangan Bulan. Hal tersebut membuat Bulan menoleh dan menatap orang yang kini ada di sampingnya.

"Kak Aksa?"

Aksa tersenyum. Senyumnya sangat manis di mata Bulan. Bulan juga baru kali pertama melihat senyuman di wajah Aksa. Bukankah Aksa terlihat sempurna dengan wajah dan senyumnya yang seperti sekarang.

"Kenapa sendiri?"

"Entahlah Bu Sulis seneng banget nyuruh gue, Kak."

"Karena lo amanah. Nyenengin."

"Ha? Gimana, Kak?" Aksa menjawab dengan gelengan.

Bulan kembali fokus menatap ke arah depan. Bulan sudah tidak tau apa topik pembicaraan yang harus di lontarkan pada Aksa.

Sebenarnya Bulan bukan orang yang gagap akan topik pembicaraan. Tapi setiap dengan Aksa rasanya susah untuk berbicara frontal seperti Bulan berbicara dengan yang lainnya. Mungkinkah ini efek menyukai dalam diam Bulan? Atau memang Bulan tidak terbiasa dengan orang cuek seperti Aksa? Entahlah, Bulan tidak mengerti.

"Oh iya," ucap Aksa yang membuat Bulan menoleh, "happy birthday!"

"Makasih, Kak. Lagian 'kan Kakak udah ngucapin semalem."

"Belum langsung."

"Sorry gak bisa kasih apa-apa."

"Gak apa-apa. Gue gak berharap di kasih. Ucapan dan doa aja udah seneng kok."

"Yang terbaik."

Bulan tersenyum, "makasih."

Aksa dan Bulan langsung menyimpan buku yang mereka bawa di meja Bu Sulis. Setelah itu, mereka langsung keluar dari ruang guru dan berjalan berdampingan.

"Gimana Esta?" tanya Aksa.

Bulan menoleh, "apanya?"

"Playboynya?"

Bulan tertawa, "udah gak, Kak, syukurlah tobat dia."

"Karena lo." Bulan hanya tersenyum mendengar perkataan Aksa.

"Gue percaya Esta. Kalau dia macem-macem. Gue orang pertama yang hajar dia," kata Aksa.

Bulan yang mendengar penuturan Aksa menoleh menatap Aksa dengan senyumannya. Jujur sifat Aksa yang hangat seperti ini membuat Bulan senang.

"Makasih, Kak."

"Sama-sama."

"Gue duluan," kata Aksa.

"Iya. Hati-hati."

Aksa kembali tersenyum. Dan sebelum pergi, Aksa menyempatkan dirinya untuk mengacak rambut Bulan. Setelahnya Aksa langsung pergi meninggalkan Bulan yang masih tak percaya dengan tindakan Aksa.

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang