41 - Sedikit Demi Sedikit

1.8K 220 357
                                    

Ayo ramaikan kolom komentar lagi. Selamat membaca ❤️

▪️▪️▪️▪️▪️

"Perjuangan. Hanya kata itu yang bisa kami tunjukan."

▪️▪️▪️▪️▪

Hari ini adalah hari kedua Semesta dan teman-temannya berusaha mencari bukti tentang kebenaran yang bersangkut paut dengan Bulan. Sejak kemarin, mereka benar-benar tak berhenti mencari ke segala tempat untuk mencari bukti yang sebenarnya.

Semenjak motornya di jual, Semesta lebih memilih menggunakan ojol atau angkutan umum yang lainnya untuk kemana-mana. Dia juga jadi malas pulang karena dia malas bertemu Maria. Dia melakukan hal itu juga semata-mata untuk mengirit bekalnya agar tidak habis untuk ongkos pulang pergi yang tak tentu arah.

Malam tadi, Semesta memilih untuk menginap di kontrakan Aksa karena dia hanya tinggal sendirian. Jadi, pagi ini mereka bisa berangkat bersama menuju ke tempat tujuan mereka.

"Ta!" panggil Aksa yang baru saja selesai menelpon barusan..

Semesta menoleh. "Kenapa?"

"Kayaknya gue gak bisa ikut deh, di bengkel ada urusan penting katanya."

"Yaudah, lo urus bengkel aja. Gue sama Chiko."

"Chiko?"

Semesta mengangguk. "Tadi dia nelpon mau ikut."

"Sorry, Ta."

"Kalem, anjir. Kayak apaan aja dah."

"Gue duluan. Jangan lupa kunci pintu," kata Aksa.

"Yo, hati-hati." Aksa mengangguk lalu meninggalkan Semesta.

Kini Semesta, Chiko, Fahrul dan Risa sudah ada di tempat, di mana mereka menjanjikannya semalam. Fahrul dan Risa sempat bertanya-tanya kenapa Chiko yang datang. Namun, setelah mendapatkan penjelasan, mereka mengangguk mengerti.

Setelah berbicara sebentar, mereka langsung pergi ke jalan Ahmad Yani nomor 12. Tempat dimana Bulan merasa bahwa dia kehilangan kartu identitas dan memberikan jaketnya pada orang lain.

"Nah, Kak, gue kemarin udah cari tau tempat ini sedikit," ujar Risa saat mereka sudah sampai di tempat tujuan mereka. "Ternyata di tempat ini emang gak di pasang CCTV."

"Ha? Gak ada CCTV?" tanya Chiko yang mendapatkan anggukan dari Risa. "Kita gak dapet apa-apa dong?"

"Iya, Ris, kita ke sini mau cari bukti tentang Bulan," kata Semesta.

"Iya, gue tau. Makanya gue sempet nanya ke temen-temen gue yang ada di sini. Kalian liat rumah itu," tunjuk Risa ke salah satu rumah yang lumayan besar. "Di sana ada CCTV yang ngarah ke jalan. Karena kejadian Bulan di pinggir jalan, pasti ada mobil yang lewat. Dari CCTV rumah itu, kita bisa liat mobilnya dan cari tau mobilnya. Kita cari tau di mana mobilnya dan kalau dapet bisa jadi di mobil itu ada black box nya yang gak sengaja rekam kejadian Bulan."

"Mungkin emang rada ribet. Tapi, gak ada cara lain."

Mereka semua mengangguk dan cukup tercengang dengan ucapan Risa. Mereka takjub karena Risa bisa berpikir sejauh itu tentang kejadian kali ini.

"Woah," seru Chiko. "Selain cantik, otak lo juga jalan, Ris," katanya yang justru mendapat tatapan tajam dari Fahrul.

"Santai dong, Rul, nanti mata lo keluar gimana?" ucap Chiko pada Fahrul.

"Apaan, anjir, gue ngapain?" kata Fahrul.

"Bacot lo, Rul, bilang aja lo takut di tikung Chiko, kan?" ujar Semesta.

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang