44 - Bulan Butuh Penerang

1.8K 232 331
                                    

Siap meramaikan part ini dengan air mata?😂
SELAMAT MEMBACA 💚

▪️▪️▪️▪️▪️

"Seribu kali membuat tawa akan di lupakan saat satu kali saja membuat luka."

▪️▪️▪️▪️▪️

Setelah sidang akhirnya Bulan di nyatakan tidak bersalah. Hasil otopsi menyatakan bahwa ternyata di dalam tubuh Luki di temukan racun yang mematikan, bahkan hanya dalam 5 menit bisa mengambil nyawanya. Dan racun yang di temukan dalam tubuh Luki sama persis dengan racun yang ada di dalam suntikan dan botol yang di temukan oleh Semesta dan teman-temannya.

Bapak yang sewaktu itu membeli mobil pelaku sampai saat ini masih bolak-balik untuk sidang di bantu oleh pengacara ternama. Mereka berdoa supaya bapak tersebut bisa bebas dan pelaku sebenarnya bisa segera di temukan.

Ternyata berdasarkan hasil otopsi, Luki meninggal karena racun yang ada di tubuhnya. Dan tusukan itu terjadi setelah tubuh Luki sudah meninggal. Bisa di pastikan juga bahwa Bulan bukanlah pelaku sebenarnya melalui beberapa penyelidikan yang berlangsung.

Ibu yang mengambil kartu identitas Bulan juga sudah di tangkap, tapi dia tidak mau mengaku siapa yang sebenarnya menyuruh dia. Pak Heru juga sudah di tangkap, tapi Pak Heru juga tak mau mengaku siapa yang menyuruhnya melakukan hal ini.

Mereka tak memikirkan hal tersebut. Kini mereka hanya senang melihat Bulan bisa bebas. Bulan tak lagi tersiksa di dalam sana. Semesta, Risa, Ulfa, Erwin dan Chiko ada di sini untuk menjemput Bulan.

Mata Risa dan Ulfa berkaca-kaca ketika melihat temannya keluar dari sana. Mereka menangis saat melihat senyuman Bulan mengembang. Mereka langsung berlari lalu memeluk Bulan erat. Mereka senang, sangat senang karena pada akhirnya mereka bisa membuktikan bukan Bulan lah pelakunya.

"Gue kangen kalian," kata Bulan.

"Kita juga," kata Risa.

Mereka langsung melepas pelukannya. "Biru-biru lo masih ada," kata Ulfa. "Pasti sakit, ya?"

"Gak, kok, yang terpenting gue bisa keluar dan sama kalian lagi," ucap Bulan dengan senyumnya. Walaupun Risa dan Ulfa tahu, Bulan menyembunyikan kesedihannya.

"Nangis aja, Lan, gue tau lo gak sekuat itu," kata Risa yang justru membuat tangisan Bulan pecah. Risa membawa Bulan ke pelukannya. Ulfa yang melihat hal itu langsung menepuk-nepuk pundak Bulan.

Semesta, Chiko, dan Erwin yang melihat pemandangan itu ikut terharu melihat pertemanan mereka yang di bilang lebih dari kata teman. Mereka mirip seperti seorang saudara yang saling melindungi dan menyayangi satu sama lain.

"Lo nangis?" tanya Chiko ketika melihat Semesta menundukan pandangannya. Semesta hanya menjawabnya dengan gelengan dengan kepala yang masih menunduk.

Kini Semesta ada bersama Bulan. Tadi, Semesta meminta izin untuk pergi sebentar bersama Bulan. Bulan juga di minta untuk tinggal bersama Ulfa sementara waktu.

Semesta mengajak Bulan ke sebuah taman yang terasa sangat asri di mata Bulan. Pemandangan ini benar-benar membuat Bulan merasa damai. Pemandangan yang sudah seminggu lebih tak terlihat.

"Duduk dulu," kata Semesta. "Lo tunggu di sini, gue ke sana sebentar."

"Ke mana?"

[✓] - Dari Semesta [COMPLETED]Where stories live. Discover now