🍁--sebelas--🍁

27.3K 1.5K 99
                                    

Zia keluar dari kamar, memikirkan kegiatan apa yang harus dilakukan berhasil membuatnya pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zia keluar dari kamar, memikirkan kegiatan apa yang harus dilakukan berhasil membuatnya pusing. Berhubung ini pagi pertama Zia sebagai seorang istri, jadi tolong dimaklumi.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Zia memutuskan ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat yang akan disuguhkan pada suaminya. Sebesar apapun kebencian Zia pada Ardan, itu tidak berarti apa-apa lagi karena mereka sudah menikah.

Tugas utamanya sebagai seorang istri adalah melayani suami, maka Zia akan mencoba melakukan yang terbaik sambil belajar ikhlas menerima takdir kehidupan.

Ardan memasuki area dapur dengan penampilan lebih baik dan berbalutkan pakaian casual, matanya melirik sekilas ke arah Zia tanpa menyapa. Lagipula sepertinya Zia belum menyadari kehadiran Ardan disana.

"Frezia."

Zia tersentak kaget, "iya?"

"Saya sudah membeli bahan masakan melalui aplikasi, sepertinya sebentar lagi tiba." Ardan sengaja memesan secara online supaya menghemat waktu, tidak banyak juga yang dia beli. Hanya bahan-bahan untuk sekali masak saja, sedangkan keperluan lainnya akan dibeli nanti bersama Zia supaya lebih jelas.

Bel apartemen berbunyi, Zia bergegas keluar guna mengambil belanjaan yang sudah dipesan Ardan. Saat pintu terbuka memang benar ada sosok pria disana, tapi tidak terlihat seperti kurir.

Penampilannya sangat rapi dengan atasan kemeja berwarna biru, "cari siapa?"

Yuda tersenyum tipis, matanya dapat mengenali sosok Zia. Hari ini terlihat lebih cantik daripada pertemuan sebelumnya, mungkin karena waktu itu Zia kurang sehat dan wajahnya pucat.

Sedangkan hari ini Zia tampil manis dengan polesan lip tint di bibirnya.

"Saya Yuda, teman dekatnya Ardan. Dia ada di dalam?"

"Ada kok, silahkan masuk."

Yuda memasuki apartemen yang baru dihuni satu malam itu, semua furniture disana masih terlihat bersih tanpa debu. Dapat dipastikan bahwa unit ini lebih luas dari yang dulu.

Di ruang tengah dapat ditemui sosok Ardan, pria itu terlihat fokus menonton tayangan berita di televisi dan mengabaikan keberadaan Yuda disana.

"Bro," ucap Yuda dan ikut duduk tak jauh dari Ardan.

"Ngapain pagi-pagi kesini?" Mata Ardan tidak beralih sedikitpun, apalagi teman mengobrolnya adalah Yuda. Sangat membosankan.

"Mau mastiin status lo, ternyata beneran udah kawin."

"Kata siapa bohong?"

"Gak ada, sih." Yuda mendapat informasi ini dari Vina, semalam gadis itu menghampirinya dan menceritakan semua yang terjadi. Setelah kepulangan Vina, Yuda mencoba menghubungi Alena guna memastikan ulang.

Bedanya, jawaban dari Alena lebih rinci dan mudah dipahami. Kala itu Yuda merasakan kepalanya berdenyut, tidak habis pikir oleh tingkah laku Ardan.

Sekedar informasi bahwa Ardan, Yuda, dan Vina sudah berteman cukup lama. Mereka sangat akrab sehingga ada permasalahan sekecil apapun suka diceritakan, tapi tidak dengan masalah yang satu ini. Ardan memilih merahasiakannya karena tidak ingin membuat mereka kecewa, meskipun kejadian malam itu murni kecelakaan.

Anulika [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang