🍁--tiga belas--🍁

24.4K 1.4K 29
                                    

Selesai mengantar Nadira ke depan gerbang, kini Zia sedang merapikan kostan terlebih dahulu sebelum kembali ke apartemen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selesai mengantar Nadira ke depan gerbang, kini Zia sedang merapikan kostan terlebih dahulu sebelum kembali ke apartemen. Saat memilih pakaian yang akan dibawa, Zia melihat beberapa seragam sekolah didalam lemari. Mengingatkan dia pada keinginannya untuk melanjutkan sekolah, tapi kalau harus mengorbankan calon anaknya sendiri rasanya sangatlah sulit.

Zia melihat seluruh sudut kamar kost yang sudah rapi dan bersih dari debu, sekarang waktunya dia untuk pulang. Di punggungnya sudah ada tas berisi pakaian dan beberapa perlengkapan lain yang Zia butuhkan.

Sebelum benar-benar pulang, Zia mampir terlebih dahulu ke sebuah taman untuk menghirup udara segar. Matanya melihat satu bangku panjang tidak berpenghuni didekat pot bunga besar, kakinya membawa dia kesana untuk beristirahat.

Suasana disana tidak terlalu ramai membuat Zia leluasa untuk menjernihkan pikiran, "sejuk banget disini."

"Iya, disini emang sejuk." Balas seorang remaja laki-laki.

Zia membuka matanya untuk melihat pemilik suara, "kak Riko?!" Bibirnya tersenyum lebar mengetahui orang didekatnya adalah Riko.

"Hallo, Zia. Apa kabar?"

"Mm, kabar baik."

Riko memberikan sebotol susu kesukaan Zia, "kesini sama siapa?"

"Makasih," Zia menerima susu tersebut dan langsung meminumnya. "Sendiri, kalau kakak?"

"Sendiri juga, lagian aku cuma lewat terus gak sengaja liat kamu."

"Abis dari mana emang?"

"Biasa, abis main dari rumah Edwin."

"Ooh, begitu."

Riko tersenyum tipis, "kapan mulai sekolah lagi?"

"Kayanya Zia mau berhenti sekolah, kak." Ucapnya lirih, keputusan yang dia ambil memang bertolak belakang dengan keinginannya. Tapi kembali lagi pada pilihan yang Ardan kasih, Zia tidak bisa mengorbankan calon anaknya.

"Kenapa?"

Zia menceritakan kejadian tadi pagi di apartemen, tentang Ardan yang memberinya pilihan. "Zia gak bisa bunuh anak ini, jadi lebih baik Zia ngalah buat berhenti sekolah."

Riko tidak langsung menjawab, dia berfikir lebih dalam untuk menemukan alasan jelas yang membuat Ardan melakukan hal ini.

Di sisi lain Riko setuju dengan keputusan yang Zia ambil, karena jika wanita itu tetap bersekolah akan menimbulkan berbagai macam persepsi negatif di lingkungan sekolah. "Keputusan yang kamu ambil gak salah, Zi. Tapi nanti aku coba ngobrol sama bang Ardan, kali aja dia berubah pikiran. Paling tidak beberapa waktu kedepan kamu bisa home schooling."

"Iya, makasih banyak ya."

"Buat?"

"Buat kak Riko yang selalu baik sama Zia, tapi sayangnya Zia malah bikin kakak kecewa."

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now