🍁--dua puluh tujuh

14.4K 799 47
                                    

Tiga hari sudah berlalu, semuanya berjalan baik-baik saja

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


Tiga hari sudah berlalu, semuanya berjalan baik-baik saja. Dalam waktu tiga hari tersebut sesekali Ardan mengirim pesan kepada Zia untuk memastikan apakah sudah makan atau belum.

Seperti sekarang ini, Zia sedang duduk manis di sofa menunggu kedatangan Ardan.

Pria itu mengatakan akan sampai di apartemen siang, tapi hingga sekarang pria itu belum juga datang.

Bahkan sekarang jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Makanan yang dimasaknya pun sudah dingin dan Zia sudah tidak ada selera untuk makan.

Matanya mulai terpejam, Zia tertidur dengan posisi duduk.

Tapi, suara pintu terbuka membangunkannya. Samar-samar Zia melihat seorang pria dengan koper berukuran sedang yang dibawanya, itu adalah Ardan.

Pria itu baru sampai di apartemen setelah menghabiskan waktu bersama Vina. Memang benar tadi Ardan sampai di Jakarta siang hari, hanya saja Vina melarangnya pulang. Jadilah Ardan menemani Vina terlebih dahulu sebelum menemui Zia.

"Assalamualaikum," ucap Ardan saat Zia menghampirinya.

"Waalaikumsalam, bapak kok baru sampai?"

"Tadi saya langsung ke cafe, maaf ya." Ucapnya berbohong, lalu menghela nafas lega karena sepertinya Zia percaya.

"Makan malamnya udah dingin, Zia angetin dulu sebentar. Bapak duduk aja di sofa. Kalau udah selesai, nanti Zia panggil."

"Saya masih kenyang, tadi sudah makan di cafe."

Benar, Ardan masih kenyang. Karena sebelum pergi ke apartemen, ia sudah makan terlebih dahulu bersama Vina.

"Saya ke kamar dulu."

Zia mengangguk sembari tersenyum tipis menatap kepergian Ardan. Tangannya mengusap pelan area perut, ia tidak ingin anaknya kelaparan disana. Jadi, lebih baik makan saja walaupun sedikit.

Mulut Zia terbuka menerima suapan nasi dari sendok yang dipegangnya, lalu mengunyahnya dengan perlahan . Sementara itu air mata terus menetes membasahi pipi, kecewa karena Ardan tidak memakan masakannya.

Zia sudah melewatkan makan siangnya karena ingin makan bersama sang suami, dan sekarang saat pria itu pulang, Ardan malah tidak makan dengan alasan masih kenyang.

"Makan sama papa nya nanti ya sayang." Zia mengusap perutnya lagi sembari tersenyum tipis, tapi air matanya tetap mengalir membuat pandangannya memburam.

Sebisa mungkin ia menahan isakannya agar tidak terdengar, hingga tenggorokannya terasa sakit dan Zia menghentikan makannya.

Ia buru-buru merapihkan meja makan dan pergi ke kamar mandi. Setelah di kamar mandi, Zia sengaja menyalakan keran meskipun tidak digunakan.

Zia jongkok didekat pintu, wajahnya ia sembunyikan dilipatan tangan.

"Hiks...Hiks...Zi-zia kangen pak Ardan."

Anulika [Hiatus]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ