🍁--dua puluh empat

17.1K 999 15
                                    

Ardan menuruni anak tangga satu persatu dengan koper berukuran sedang yang dibawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ardan menuruni anak tangga satu persatu dengan koper berukuran sedang yang dibawanya. Koper tersebut diletakkan didekat pintu keluar, karena dirinya akan sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke bandara.

Menu sarapan pagi ini begitu memanjakan mata, membuat siapapun yang melihatnya ingin segera mencicipi dan mengetahui bagaimana rasanya.

Sayang sekali sarapan pagi ini terkesan buru-buru karena Ardan harus segera berangkat.

"Bapak beneran mau pergi?" Ucap Zia ragu dan takut kejadian satu bulan yang lalu saat di cafe itu terulang kembali.

Ardan terkekeh kemudian membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Zia. Mengusap puncak kepala Zia sebentar sebelum mengecup dahinya.

"Hanya tiga hari, Zi." Ardan terus meyakinkan istrinya, bahkan sejak kemarin pertanyaan itulah yang selalu dilontarkan Zia.

Zia mengangguk lesu, ia mengantar Ardan sampai ke depan pintu.

"Saya berangkat dulu, jaga diri baik-baik."

"Umm iya."

Detik selanjutnya Ardan mendekati Zia dan mengecup dahinya, "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Zia terus memperhatikan punggung Ardan yang semakin menjauh.

"Baby pengen dicium juga sama papa?"

Ah, rasanya sangat aneh saat memanggil Ardan dengan sebutan papa. Zia terkikik geli, tangannya mengusap pelan area perut menyalurkan kasih sayang kepada calon anaknya.

Usia kandungan Zia sudah menginjak bulan ke dua, dan hari ini adalah hari pertama Zia memeriksa kandungannya bersama Hera.

Hera bilang akan datang ke apartemen pukul sepuluh pagi, maka dari itu Zia harus segera siap-siap.

Tidak akan lama, karena Zia sudah mandi tadi pagi. Sehingga tinggal berganti pakaian dan memakai makeup secukupnya.

Setelah semuanya selesai, Zia berdiri didepan cermin dan melihat pantulan dirinya yang sangat cantik dengan dress berwarna peach dan tas selempang berwarna putih.

Sepuluh menit menunggu, akhirnya Hera tiba di loby apartemen dan meminta Zia untuk turun menghampirinya.

"Assalamualaikum, maaf bikin mama nunggu." Zia meraih punggung tangan kanan Hera dan mengecupnya singkat.

"Gak apa-apa sayang." Hera tersenyum manis sembari melihat penampilan Zia hari ini yang terlihat sangat cantik dengan dress berwarna peach yang melekat ditubuhnya, "Masya Allah, manis banget mantu mama."

Zia tersenyum malu-malu menanggapinya, setiap bertemu dengan Hera pasti Zia akan dibanjiri pujian. Entah karena masakannya yang enak, pakaian yang dipakai terlihat cocok ditubuhnya, atau polesan makeup yang menambah kesan manis dari Zia.

Anulika [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang