🍁--dua puluh dua

18.5K 1.1K 56
                                    

Keesokan harinya, Ardan kembali mengunjungi cafe untuk menemui seseorang dan membahas kelanjutan kerjasama yang akan mereka lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keesokan harinya, Ardan kembali mengunjungi cafe untuk menemui seseorang dan membahas kelanjutan kerjasama yang akan mereka lakukan.

Saat pertemuan akan dimulai, tiba-tiba saja salah satu karyawan masuk tanpa izin ke dalam ruangan bersama seorang perempuan. Rambutnya terlihat berantakan, bahkan perempuan tersebut masih mengenakan pakaian tidur.

Ardan meneliti penampilannya, dia tidak memakai alas kaki dan salah satu kuku kakinya terbuka memperlihatkan cairan merah yang mengotori lantai.

"Ada apa?" Ardan menatap tajam karyawannya yang diketahui bernama Yesa.

Masih ingat dengan Yesa? Dia adalah perempuan yang pernah memarahi Zia karena datang terlambat.

Yesa selalu bertingkah sesuka hatinya membuat karyawan lain merasa tidak nyaman, hal itu terjadi karena statusnya sebagai wakil bos.

Semua karyawan yang bekerja di cafe sangat tidak setuju dengan keputusan Ardan saat meresmikan Yesa sebagai wakilnya. Tapi kalian tahu, Ardan tidak suka penolakan.

Bahkan Ardan memberikan pilihan, setuju dengan Yesa yang menjadi wakilnya atau pergi meninggalkan cafe.

"Sebelumnya saya minta maaf karena masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."

"Lalu?"

"Saya ingin pecat dia, pak."

"Alasannya?"

"Beberapa hari belakangan ini dia tidak masuk kerja dan kemarin bukannya sekolah, dia malah kencan dengan seorang pria. Saya melihatnya secara langsung sebelum berangkat ke cafe, pak."

Yesa langsung mendorong perempuan tersebut ke hadapan Ardan dan tersenyum puas karena misinya berhasil.

Sedangkan Ardan sedang mengingat sesuatu, sepertinya dia pernah melihat pakaian tidur itu.

Kakinya melangkah maju mendekat dan menyentuh dagu perempuan dihadapannya agar mendongak, sehingga Ardan dapat melihat wajahnya.

Ardan dibuat terkejut kali ini, bagaimana mungkin wajah yang tadi pagi masih baik-baik saja berubah menjadi penuh luka.

"Zia." Ardan langsung mendekapnya, memberikan ketenangan dan kenyamanan agar istrinya tidak merasa ketakutan lagi.

Hingga keadaan Zia mulai tenang, Ardan menggendongnya dan menidurkannya di sofa.

Tangan Ardan mengusap lembut rambut Zia kemudian mengecup singkat dahinya.

"Tunggu disini sebentar, ya."

Tanpa mendengar persetujuan dari Zia, Ardan langsung pergi menghampiri Yesa yang diam mematung karena melihat bagaimana lembutnya perlakuan Ardan kepada Zia.

"Pak."

"Saya kembali untuk menjawab alasan yang sudah kamu ucapkan tadi," ucap Ardan tegas.

"Pertama, dia tidak masuk kerja karena beberapa hari yang lalu kami berdua menikah dan saya tidak mengizinkannya untuk bekerja. Kedua, saya sengaja mengehentikan sekolahnya agar perhatiannya hanya terfokus kepada saya. Ketiga, kemarin siang dia berkencan dengan saya. Terakhir, silahkan kemasi barang-barang kamu dan pergi dari sini."

Anulika [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang