🍁--enam--🍁

34.3K 2K 15
                                    

Ardan dan Alena pergi mengunjungi cafe terlebih dahulu untuk mengambil barang-barang yang tertinggal di ruangan, setelah itu barulah Ardan mengajak Alena pulang bersama sekalian menemui orang tuanya yang sudah dirindukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ardan dan Alena pergi mengunjungi cafe terlebih dahulu untuk mengambil barang-barang yang tertinggal di ruangan, setelah itu barulah Ardan mengajak Alena pulang bersama sekalian menemui orang tuanya yang sudah dirindukan.

Perjalanan dari cafe ke rumah memakan waktu sekitar 30 menit sampai akhirnya tiba disana, mobil hitam miliknya pun langsung dimasukkan ke dalam garasi rumah.

Kedatangan mereka langsung disambut oleh tangisan Chika yang menggema, bahkan Sandi selaku suami Alena cukup kesulitan menenangkannya.

"Assalamualaikum," Alena menyalami tangan Sandi dan mengambil alih Chika. Tangisan anak itu langsung reda dan terlihat nyaman di pelukan Alena, selaku ibunya.

Sandi tersenyum lega dengan kedatangan Alena, "waalaikumsalam. Lihat, kayanya Chika lebih nyaman dipelukan mamanya."

Alena terkekeh kecil, dia hapal betul bagaimana rewelnya Chika saat ditinggal pergi dan bagaimana pusingnya sang suami mencari cara untuk menenangkan anaknya.

"Ya sudah aku ke kamar dulu ya, mau nidurin Chika. Kamu ngobrol-ngobrol dulu aja sama bang Ardan."

Sandi mengangguk, tangannya terulur mengusap kepala Alena dan Chika secara bergantian.

Ardan membalas uluran tangan Sandi dan bersalaman layaknya seorang sahabat. Dulu, mereka memang berteman dekat dan sering berkumpul di rumah ini bersama teman-teman lainnya.

Dari situlah Sandi dan Alena sering bertemu hingga rasa cinta tumbuh diantara mereka.

Melihat tampang menyebalkan adik iparnya membuat Ardan muak sekaligus kesal, "sana temenin adik gue!"

"Galak bener, pantesan belum laku." Bohong jika Sandi tidak tahu tentang kisah asmara Ardan, dia hanya ingin menjahilinya saja.

"Mau pergi atau gue hasut Alena buat cerai sama lo?"

"Janganlah, gue gak mau kesepian kaya lo." Sandi sengaja menyindir secara terang-terangan, namun itu hanya sebatas gurauan saja. Ardan pun memahaminya, tapi tetap saja kesal.

Jika terus dilayani, Sandi tidak akan ada lelahnya mengejek Ardan. Lebih baik dia pergi mencari kedua orang tuanya, "mertua lo dimana?"

"Di kamar, lagi bikin adik bungsu."

"Stres!" Ardan melangkah pergi, biar dia saja yang mencarinya sendiri daripada terus menerus berhadapan dengan Sandi.

"Mah, pah."

Senyum simpul terbit di wajah Hera ketika melihat kehadiran putra sulungnya di rumah, beliau merentangkan tangan meminta Ardan datang kepadanya.

"Mama kangen banget sama kamu."

"Ardan juga, mama gimana kabarnya?"

"Mama sehat kok, papa juga sama."

"Syukurlah," perlahan Ardan melepaskan pelukan Hera. Dia beralih menyapa Hamdan yang asik menonton pertandingan sepak bola di televisi

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now